Diposkan pada Super Generation FF

FF YeFany – Beautiful Days (1/2)

Image

Author : Nana Shafiyah a.k.a Nasha

Title : Beautiful Days

Cast : SNSD Tiffany, Super Junior Yesung

Genre : Romance

Words : 3500+

Rating : PG-15

Dibawah atap halte Tiffany masih menahan langkahnya. Ia terus memandangi hujan yang tidak kunjung berhenti sejak setengah jam yang lalu. Ia terus melirik jam tangannya. Hujan sepagi ini benar – benar membuang waktu. Tiffany hampir terlambat. Lima menit lagi Ia harus sampai kegerbang sekolah dan mengikuti pelajaran Lee Sosaengnim dijam pertama.

Tiffany masih memandang keujung jalan perempatan dimana sekolahnya bisa ditempuh dengan berjalan kaki lebih dulu. Tiffany terus menimbang – nimbang, sebaiknya dirinya menerobos  hujan saja atau… Ia sungguh bodoh karena lupa membawa payung.

Pandangan Tiffany teralihkan. Seseorang mencolek bahunya dari belakang. Tiffany hanya menatap orang itu sekilas. Seorang namja berseragam sekolah. Sama sepertinya.

Tiba – tiba pikiran Tiffany yang tadinya melayang seakan kembali utuh. Yeoja itu memutar  kepalanya  kearah  namja berseragam sekolah yang Ia lihat barusan.

“Kau?!” Sahut Tiffany, pupilnya melebar.

Namja itu meringis sambil tertawa. Tawa yang bahkan Tiffany benci itu. Yeah, sejak tadi Tiffany sudah merasa kalau  hawa kesialan seolah datang dan  menghujam tubuhnya.  Ternyata karena ini ?!

Rasa kesal itu selalu mengusik ketika Yesung, teman satu kelasnya datang. Bisa dibilang kekesalan itu tidak pernah hilang sama sekali.  Tiffany mulai mengenal yesung sejak duduk di bangku sekolah dasar. Kebiasaan Yesung yang paling menjengkelkan adalah mengumbar kalimat gombal yang super basi dan kedua kaki Tiffany harus tertahan untuk tidak menendang kepala besarnya.

“Apa? Mau apa?!” Desak Tiffany tersungut.

“Mau jalan bersama ?” ujarnya dengan nada santai seraya menggelar jaket hitam diatas kepalanya. Tiffany melirik sekilas, mendapati Yesung yang masih tersenyum lebar. Tiffany tak mengacuhkannya. Dia pasti merasa sok penting sekarang.

“Tidak baik menolak bantuan, kau tahu?”

Tiffany menoleh kembali dengan leher tercekat. Hah?! Memangnya sebaik apa dirimu?!

‘Wae?’Yesung mengangkat bahu sambil menggerakkan bibirnya saat Tiffany menatapnya jengkel,

Lalu Tiffany tertawa mengejek dan memalingkan wajah seperti tidak berniat menatap Yesung sama sekali, “Lebih baik aku basah dari pada me—“

Belum sempat Tiffany menyelesaikan kalimatnya, Yesung sudah menggenggam kedua tangannya duluan, menariknya kejalalan dan membawanya menerobos hujan dibawah jaket.

“Yak ! Apa yang kau lakukan ?!” Sungut Tiffany yang begitu terkejut dengan perlakukan Yesung. Tiffany ingin berbalik menuju halte namun terlambat, hujan lebih dulu menekan niatnya untuk berlari kesana. Tiffany  menghela napas, tidak ada pilihan lagi selain, meneruskan langkahnya  ke sekolah, dengan rasa terpaksa tingkat akut.

“Baiklah… Aku ikut denganmu tapi hanya sampai ruang aula.” Tiffany berpikir, “Kau tahu? wajahku bisa hangus kalau teman – teman sekelas melihat kita. Huftt.. memalukan !”

“Aishh kau berlebihan…” Yesung mengorek kupingnya sambil menggerutu. Tiffany langsung menatap tidak terima, “Mwo-ya?!”

Sambil berjalan cuek, Yesung merangkul pundak Tiffany, membuat sepasang bola mata yeoja itu membola.  Lalu Ia berkata dengan narsisnya, “Aku resmi menjadi pahlawanmu pagi ini, jadi harus ada traktiran…”

Tiffany terhenyak, Ia menahan napas ketika mendapati aroma  tubuh Yesung yang mendekapnya, bercampur  dengan aroma  hujan yang menguar.  Lalu ketika pikiran warasnya  mulai terketuk, Tiffany hanya terkekeh menanggapi,  Apa ?Apa katanya tadi? Trak-tir? Lucu sekali…

Yesung melirik Tiffany sebentar, “Kau.. Kau sangat cantik kalau cemberut tapi lebih cantik kalau tersenyum, Tiffany.” Ucap namja itu memperlihatkan matanya yang seperti bulan sabit.

Lidah Tiffany mejulur kaku.  Kalimat tadi  seakan  mengoyak perut Tiffany, membuatnya mual. Dasar mengerikan !

Ini pasti mimpi. Berjalan berdua ditengah hujan dalam satu  payung bersama… Yesung?!  Sangat amat… Tiffany takut kalau dirinya akan menderita sakit gatal – gatal akibat bersentuhan kulit dengan namja itu.

…………………

“Apa itu ?” seperti biasa, ketika jam istirahat pertama dimulai. Yesung duduk disamping Tiffany sambil melipat kedua tangannya diatas meja.

Buru – buru  Tiffany menyelipakan selembar surat ditengah  bukunya. Pagi tadi,  Tiffany mendadak  dikejutkan oleh surat dari Heechul—seorang sunbae—yang  terkubur dikolong mejanya.

Tiffany menatap Yesung dengan gugup. Yesung tampak menyunggingkan senyum santai  membalas tatapan itu.

“Kau tahu kenapa tadi pagi hujan ?” Tanya Yesung tiba – tiba. Tiffany beralih serius membaca buku, Ia lalu menjawab sekenanya, “Iya tentu saja, saat ini memang musimnya.”

“Tidak. Bukan itu maksudku.”

Mula – mula Yesung menopang kepalanya sambil menatap Tiffany dari samping. Tiffany yang merasa diperhatikan begitu lekat mulai berdecak. Ia menutup bukunya lalu membalas tatapan Yesung.

“Apa yang kau lihat?”

“Aku melihat sesuatu yang menyilaukan.”

“Eoh?”

Lalu Yesung mencondongkan wajahnya hingga Tiffany bisa melihat bibirnya bergetar dibalik  iris mata Yesung yang tajam, “Eummm… Kupikir, kau menyembunyikan sinar matahari dibalik wajahmu…” ucapnya mengamati wajah Tiffany dari jidat sampai dagu, “ Kalau sinar matahari hilang, langit akan mendung dan akhirnya timbullah hujan, bukankah begitu?”

“M-mwo?” Tiffany tergagap dan Yesung berbisik sampai napasnya menyapu pipi Tiffany, “Cepat kembalikan mataharinya sebelum langit bergemuruh. Biar bagaimana pun  wajahmu itu, jauh lebih menarik daripada sinar apa pun  diangkasa.”

Tubuh Tiffany  membeku ditempat, kedua matanya membola dan belum berkedip sama sekali hingga tiga namja, teman Yesung yang sedang bergerumul di meja pojok paling belakang mulai terpingkal – pingkal. Mereka tertawa semakin keras ketika Tiffany membanting seluruh barang – barang di sekitarnya ke wajah Yesung. Tapi seolah tidak ada beban,  Yesung malah menghampiri teman – temannya, melakukan high five,  Lalu seperti yang sudah – sudah,  mereka akan berteriak memohon ampun karena beberapa saat kemudian,  Yesung akan memukul bokong mereka satu persatu. Kelihatannya sakit, tapi mereka masih saja tertawa. Dasar sinting !

Baiklah, Tiffany sudah biasa menjadi sasaran empuk dari taruhan mereka. Mungkin dalam hal ini, Yesung akan kalah apabila Tiffany mengeluarkan tinju atau minimal tamparannya. Tiffany sangat menyesal tidak melakukan hal itu sejak awal. Tapi, Demi Tuhan !  Tiffany dengan senang hati akan menampar, atau bahkan membanting tubuh Yesung  jika sampai amarah dalam dirinya sudah melompat keubun – ubun.

……………….

Berhubung karena benda – benda dalam perutnya sudah berteriak dan gemetaran sejak tadi, Tiffany memutuskan berjalan ke kantin. Sepanjang jalan menuju kantin, Tiffany sudah memikirkan apa – apa saja  jajanan atau makanan tertentu yang bisa membuat otak dan tubuhnya bertenaga kembali.

Setelah Ia membeli sepaket nasi dan sup kimchi Tiffany mendongak melihat beberapa bangku kosong,. Tiffany akhirnya memilih untuk duduk di bangku paling pojok karena disana cukup tenang untuk menikmati makan siangnya. Sendiri, tentu saja.

“Apakah makanannya sangat enak ?” Suara seseorang membuat Tiffany behenti mengunyah makanannya. Tiffany lalu mendongak kearah pemilik suara itu dengan  kening berkerut.

“Apakah makanan itu sangat enak sehingga kau tidak menyadari keberadaanku sejak tadi ?” sambungnya lagi karena sudah beberapa menit yang lalu mereka duduk berhadapan, menonton Tiffany melahap makanannya tanpa yeoja itu sadari.

Tiffany menelan makanannya dengan susah payah, ia bergumam tidak percaya, “Oppa?” Lalu Tiffany menyodorkan makanannya dengan tatapan polos, “Oppa mau?”

Heechul tertawa, “Bukan seperti itu maksudku…” ucapnya tersenyum ramah, “Aku sudah makan… “

“Oh..” Tiffany mengangguk kemudian mulai berusaha menghabiskan makanannya secepat mungkin. Rasa tidak nyaman menderanya ketika Heechul tampak memperhatikannya. Tiffany tidak tahu perbincangan apa yang harus Ia mulai terlebih dulu, mengingat baru kali ini Heechul menyambanginya.

Dalam waktu sepuluh detik, Tiffany  sudah meneguk sebotol air mineral setelah Ia menghabiskan makanannya. Yeoja itu mulai mengambil napas karena perutnya serasa penuh akibat menelan makanan terlalu cepat tadi.

“Mianhae, kau pasti terganggu dengan keberadaanku disini…”

Tiffany mendelik, “Ah…Anio—“

“Mungkin kau heran karena aku menemuimu, padahal selama ini aku hanya sering mengirimimu surat yang terlihat kuno… Yah mungkin, aku… “ Ucap Heechul menggantung. Dia masih menerawang, membuat sepasang alis Tiffany meliuk.

Tanpa berkata apa pun lagi, Heechul merogoh sesuatu dari dalam saku jasnya. Sebuah kotak belundru merah. Heechul membuka kotak itu dan terlihatlah benda perak mengkilap. Kotak yang terbuka itu kemudian ditaruh diatas meja. Dihadapan Tiffany semakin jelas bahwa benda itu adalah kalung.  Kalung yang berhiaskan cahaya bintang ditengahnya.  Tiffany mengerjapkan mata. Menatap kalung tersebut dan Heechul bergantian.

“Apa ini, Oppa?”

“Untukmu.”

“Mwo?”

“Saranghaeyo… Saranghae Tiffany-ya…” Tukas Heechul.  Tiffany mematung kaku seperti baru saja tersengat listrik. Tubuh Tiffany membeku dan otaknya mandeg, “Sun–sun-bae-“

“K-kenapa bisa?” Dengan susah payah Tiffany menelan ludah. Ia menarik napas dan mengeluarkan pertanyaan yang… kekanakan. Harusnya Tiffany senang bukan ? Heechul siswa popular dan terganteng setelah Siwon baru saja mengutarakan cinta, kepadanya.

Heechul memejamkan matanya, sesaat kemudian mulai menatap Tiffany lekat, “Tiffany… Aku menyukaimu sejak dulu saat melihatmu pertama kali masuk di sekolah ini. Ketika aku menjadi panitia ospek.”

“K-kenapa harus aku?”

“Karena selama ini sosokmulah yang bisa menyakinkanku. Kau bisa berpikir ini aneh tapi aku sudah menolak yeoja – yeoja yang ingin mendekatiku  selama dua tahun karena siapa ? karena kau.”  Heechul menarik napas lalu tersenyum kecil,  “Kau berbeda Tiffany. Kau selalu menyendiri dan itu membuatmu tampak misterius, dimataku.”

Tiffany tertegun, kedua bola matanya mengerjap. Begitukah? Heechul menganggap kalau dirinya yang tidak suka bergaul sebagai pribadi misterius. Tiffany sedikit terkejut dengan tanggapan Heechul tentangnya  dan yeah harus diakui, Tiffany memang terlalu payah dalam  berinteraksi apalagi dengan orang baru kenal. Diawal tahun sekolah saja, Tiffany  sudah memperoleh  predikat sabagai siswi tersombong di kelas.

“Tiffany, Aku menunggu saat – saat seperti ini. Saat kesibukanku sebagai bendahara organisasi berkurang dan aku  bisa berbicara serius denganmu. Aku sudah kelas tiga, sebentar lagi akan ujian dan melepas jabatanku sebagai bendahara organisasi. Aku ingin mengatakan perasaanku padamu secapatnya, aku tidak ingin ada penyesalan—“

“Lalu … lalu apa hubungannya dengan kalung ini ?” Tanya Tiffany mengalihkan suasana rumit yang membingungkan.  Heechul menatapnya terlalu intens, dan itu  membuat volume kecanggungan diantara mereka kian menanjak.

“Pulang sekolah nanti, aku aku akan menunggu di taman sekolah.”

“Mwo ?!” Tiffany menatap tidak mengerti.

“Kau harus datang membawa kalung itu. Kalau kau menerimanya, aku akan memasangkan kalung itu dilehermu tapi kalau aku ditolak, kau bisa mengembalikannya langsung padaku, bagaimana?”

“Nde?”

“Kuharap kau mengerti, Tiffany.” Heechul tersenyum sesaat. Namja itu berdiri merapihkan seragamnya kemudian berbalik menuju pintu keluar, meninggalkan Tiffany yang masih terperangah.

Brukkk

“Huaaa… Kalau jalan liat – liat dong !”

Suara gaduh dari meja tetangga disampinngnya membuat perhatian tiffany tertolehkan. Yeoja itu menyipitkan matanya, melihat seorang namja yang baru saja menabrak seorang yeoja berkuncir dua, sehingga minuman kaleng yang dibawa oleh yeoja berkuncir itu tertumpah dan jatuh membasahi lantai.

“Mianhe…” Pemilik suara berat itu menunduk menyesal.

Tiffany menyipitkan matanya sekali lagi. Namja itu… Namja bermata sipit yang sebagian besar  dahinya tertutupi poni. Dia, Yesung bukan? Bukankah Yesung sedang asyik bermain di kelasnya tadi? Lalu kenapa juga si bodoh itu ada disini ?!

Ancang – ancang Tiffany yang tadinya akan memasang wajah jutek, malah menatap kosong. pikiran Tiffany  malah mengambang ketika Yesung memilih hengkang dari ruangan kantin begitu saja,  padahal beberapa detik lalu mereka sempat bertemu mata, sempat bertatapan dalam diam.  Meskipun Yesung tidak tersenyum cerah ‘menjengkelkan’ seperti biasa setidaknya Ia melihat Tiffany duduk disana…

Dan seharsunya… seharusnya Yesung datang menggoda Tiffany seperti tadi saat di kelas…

Seharusnya Yesung berbicara sepatah kata…

Paling tidak dia tersenyum, atau… atau.. dia seharusnya—

God, tolonglahKenapa? Hari ini manusia – manusia disekitarnya tampak aneh.

Tiffany lantas menunduk seraya mengambil napas, menghembuskannya pelan. Biarlah Yesung bersikap tak acuh karena toh, Yesung itu kan manusia jadi – jadian.  Dia mungkin marah karena Tiffany tidak mau mentraktirnya.

Sejenak memikirkan Yesung, membuat Tiffany  melupakan urusannya dengan Heechul. Tiffany yang akhirnya tersadar, mulai meraih kotak beludru merah diatas meja. Sebagai yeoja, Tiffany sangat terkagum dengan cara Heechul mencintainya selama ini.

“Kalung yang indah…” Tiffany bergumam, tersenyum dan tetawa- tawa  sendiri. Mungkin otaknya sedikit bergeser… Mungkin.

……………

Puluhan siswa – siswi berseragam  mulai menggalakkan sepasang kaki mereka menuju gerbang sekolah.  Tiffany berjalan dibelakang mereka. Ia terus menatap kotak beludru merah ditangannya. Hari sudah gelap dan sebuah benda mengkilap yang ada didalam kotak, tampak semakin  menyilaukan mata seolah cahaya dari benda perak itu berpandar kemana – mana.

“Tiff…”

Sebuah suara memekikkan namanya. Tiffany menyetop langkah, Ia memutar kepala dan mendapati Yesung sedang  berlari kecil sembari napasnya terengah. Tiffany mengerutkan kening. Dia mengira Yesung sudah pulang sejak tadi bersama kerumunan  teman – teman genk-nya.

“Tiffany, aku memanggilmu sejak tadi.” Ucapnya setelah berhasil menyamakan langkah dengan Tiffany.

Tiffany mengangguk sambil berpikir. Oh ya?

“Apa itu?” Yesung memasang tampang ingin tahu setelah melihat kotak beludru merah yang dipegang Tiffany.

Arah pandangan Tiffany mengikuti arah mata Yesung. Namja itu melihat kebawah. Tiffany melirik tangannya yang masih menggenggam kotak beludru. Tiffany terlonjak. Lalu dengan kilat,  Tiffany menyembunyikan benda itu dibalik punggungnya, “Anio… bukan apa – apa.”

Yesung mengamati wajah Tiffany dalam diam. Tiffany mengigit bibir bawahnya sambil menunduk. Tak berapa lama,  kedua alis namja itu meliuk. Ia mengangkat bahu sebelum mengayunkan sepasang kakinya kembali dengan santai dan Tiffany langsung menghela napas karenanya. Tiffany  lega karena Yesung tidak menanggapi macam – macam. Mengenai kotak itu, bisa jadi Yesung sudah tahu bahwa  Heechul yang memberikannya.

Entah kenapa Tiffany jadi tidak enak dengan Yesung setelah sikap namja itu yang terbilang aneh di kantin  tadi siang.

“Eh..emm Yesung-s–” Tiffany berusaha berbicara sesuatu tetapi langkah Yesung yang terbilang cepat membuat otaknya terhambat memproses kata.

Lalu tiba-tiba Yesung berhenti.  Tiffany juga terpaksa mengerem langkahnya secara mendadak sehingga yeoja itu hampir terjengkang.

“Tiffany, kusarankan kau tidak keluar rumah besok!” Yesung menatap  serius. Suaranya datar dan rendah. Tidak ada senyuman atau ekspresi santai tidak peduli, yang biasa Ia tunjukkan.

Tiffany mengerutkan kening. Pupilnya menciut, menulusuri ketidaberesan dalam maksud kalimat Yesung. Ketidakberesan yang  bisa jadi menipanya esok. Jantung Tiffany berdebar keras melihat ketajaman mata Yesung yang kian menyilet, “A-Ada a-apa?”

“Aku hanya takut, hujan akan salah mengiramu sebagai matahari dan kau tahu? Hujan – hujan itu akan semakin membencimu. Mereka pasti menganggap kalau sekarang  matahari jauh lebih kemilau dari biasa. Tiffany Hwang, terlampau cemerlang dari matahari. Hebat kan?”

Tiffany terperangah ditempat sedangkan Yesung masih bersikukuh dengan tampang menyebalkannya yang sok serius. Tiffany memutar bola matanya malas. Lagi – lagi seperti ini…  Seharusnya Ia bisa  memprediksi bahwa setiap ucapan Yesung tidak pernah serius. Tiffany akan memboroskan beribu menit untuk menanggapi  hal percuma yang ditelanlarkan Yesung.

Tidak ingin berlama – lama, Tiffany memutuskan  untuk kembali mengayunkan langkah santai bahkan terkesan cuek.  Yesung tersenyum puas. Namja itu berusaha mensejajarkan langkahnya lagi dengan Tiffany.

Usai mensejajarkan langkahnya, Yesung menatap Tiffany sumringah, “Hei, apa yang kukatakan tadi sangat mengagumkan, bukan ?”

“Yeh, sangat mengagumkan.”

“Lalu kenapa diam saja? Setidaknya melempar tas ranselmu atau berteriak padaku, mungkin?”

Tiffany menarik napas. Ia memberhentikan langkahnya lagi kemudian menatap Yesung dengan tatapan seolah sedang berbicara dengan anak usia dini. Kalau diperhatikan, Yesung punya lengkungan mata yang manis, garis wajah err… lumayan, atau…  mungkin diatas rata – rata cuman kalau sikapnya seperti ini terus, Tiffany sama sekali tidak tertarik. Mungkin saja Tuhan terlalu adil memberikan wajah baby face atau apalah kepada Yesung, karena apa? Karena otak namja itu hanya sebesar biji jagung !

“Kuperingatkan padamu, jangan lagi memasang tampang seperti itu dan… dan mengatakan hal yang membuatku… Errghhhh…” tandas Tiffany gemas. Baru kali ini Tiffany merasa kalau Ia seperti malaikat. Malaikat yang sanggup menahan tangannya untuk tidak mencekik Yesung.

“Wae? Aku hanya mengatakan apa yang kupikirkan.”Yesung masih menuntut penjelasan sedangkan Tiffany sudah kehilangan kata – kata. Tiffany lalu memijit pelipisnya yang mulai berdenyut, “Dengar, Yesung-ssi ! Aku tidak mau lagi menanggapi bualanmu itu. Karena.. Karena Kau sangat amat membuang – buang waktuku yang berhar—“

Tiffany tertegun atas ucapannya sendiri. Ia tiba – tiba teringat dengan waktu, begitu pula janji yang samar – samar terbayang dikepalanya.

“Tiff…” suara Yesung menyadarkan Tiffany. Namja itu terlihat memiringkan kepalanya sambil menatap bingung. Yesung juga sempat mengibas – ibaskan tangannya didepan wajah Tiffany tapi tidak ada respon.

“Aku– aku harus pergi… ya ampun, aku punya janji yang.. aishhh ini semua gara – gara kau?!”  sungut Tiffany didepan Yesung. Namja itu diam, tidak lagi memberikan reaksi atau bantahan seperti biasa. Tapi itu bukan hal yang patut dibahas karena sekarang ada yang jauh lebih penting. Menemui Heechul di taman sekolah.

“Tiffany kau mau kemana?”Yesung bergegas menahan lengan Tiffany ketika yeoja itu akan beranjak. Tiffany menatap Yesung dengan  panik bercampur kesal, “Aku harus pergi dan tolong lepaskan tanganku !”

“Kemana?!”

“Kesuatu tempat.”

“Dimana?”

Tiffany meniup ubun – ubunnya,“Tidak penting.”

“Lalu kenapa mesti panik ?!”

“Aku tidak panik !”

Sepasang alis Yesung bertaut.

“Ini hanya tempat biasa, Please !” Tiffany memejamkan matanya seraya menetralkan udara yang menghimpit paru – parunya, “Dengar, ini tidak penting ! Aku hanya  ingin—”

Yesung menunggu jawaban Tiffany, Ia memajukan wajahnya dan menatap curiga.

“Yeah ! Suatu tempat. Aku hanya ingin ke suatu tempat yang… yang kau tidak perlu tahu KIM JONG WOON-SSI.”  Jerit Tiffany akhirnya  didepan wajah Yesung. Sesungguhnya Tiffany tidak tega, tetapi  sikap namja itu barusan, terlalu mendesaknya. Tiffany tidak ingin Yesung tahu bahwa Ia menemui Heechul… Padahal Tiffany yakin kalau Yesung sudah tahu… Hah !

Tiffany berhasil menghempaskan tangan Yesung. Ia akhirnya lepas tapi tidak lama. Yesung meraih lengannya sekali lagi. Namja itu lalu menggiring Tiffany, melanjutkan langkah mereka menuju suatu tempat kearah… kearah gerbang sekolah, bukan gerbang… Maksudnya sisi barat gerbang sekolah yang adalah… taman?

“Kita mau kemana?!” Tiffany bergegas memastikan tetapi Yesung tidak menjawab apa – apa, Ia hanya bergumam tidak jelas dan membuat Tiffany semakin kesal.

“Yak ! Aku bisa berjalan sendiri…” sungut Tiffany kembali. Seketika itu juga Yesung memberhentikan langkahnya dan menatap Tiffany. Yesung berdiri membelakangi lampu sorot, membuat Ia terlihat bagaikan monster.

“Sttt.. kecilkan suaramu…” Yesung meletakkan telunjuknya dibibir, lalu ia berbisik lagi setelah menyapu pandangannya kesekeliling taman, “Jangan sampai suaramu menarik perhatian seseorang. Aku ingin berkata sesuatu yang penting.”

Tiffany mengakat sebelah alisnya. Ia ragu dengan sikap Yesung. Bisa jadi Yesung akan menggombal lagi seperti waktu di koridor sekolah tadi atau hal – hal aneh lainnya.

“Aku tahu Heechul baru saja menyatakan cinta padamu. Dia memberikanmu sebuah kalung, benar kan? Selama pelajaran terakhir tadi, aku memperhatikanmu dan kalung itu…”

“Lalu?” tanggap Tiffany tidak minat, meskipun Ia sedikit membenarkan pengakuan Yesung. Selama pelajaran terakhir berlangsung, Tiffany memang lebih banyak melamun dan memperhatikan kalung itu diam – diam. Tiffany juga ingat kalau Yesung beberapa kali mondar- mandir disamping mejanya.

“Aku melihat kalung itu… pernah dipakai oleh Kim Taeyeon.” Yesung berkata Yakin. Tiffany  menatapnya tidak percaya,“Maksudmu? Kalung pemberian Heechul Sunbae adalah bekasan yeoja lain?”

Yesung berpikir sejenak,  tak lama namja itu  memanggutkan  kepalanya, “Iya mungkin  bisa jadi begitu tapi aku juga curiga kalau kalung itu hasil curian.”

“Mwo?!”Mata Tiffany membola dan mulutnya menganga lebar.

“Sttt kecilkan suaramu…” Yesung membekap mulut Tiffany secara refleks. Lalu Tiffany menyinggirkan tangan itu  dalam sekali hempas. Ia bersungut, “Kau jangan bohong !”

“Kau pikir aku bohong ?”

Mata Tiffany memicing. Ia mengangguk mantap.

“Baiklah, kalau begitu mana kalungnya, biar aku lihat. Aku ingin mengecek, apakah kalung itu adalah benda yang pernah dipakai Taeyeon atau bukan…” Yesung membuka telapak tangannya didepan Tiffany. Tiffany menatapnya sedikit curiga sedangkan  orang yang ditatap menganggukan kepalanya berkali – kali. Tiffany mulai berpikir lalu tidak lama Ia merogoh Sesuatu dari dalam saku blazernya.

“Daebak !” Pekik Yesung setelah Tiffany memberikan sebuah kalung bintang perak. Yesung mulai mengamati benda itu lebih dulu. Kemudian Tiffany mulai penasaran dengan apa yang membuat Yesung menjadi seperti patung jadi – jadian beberapa detik setelahnya.

Tiffany mulai berpikir untuk  merampas kalung itu dari Yesung. Sesaat Tiffany tahu, kalau pikiran itu  percuma karena  Yesung  sudah mengepalnya– kalung itu—rapat – rapat.

“Bagaimana?” Tiffany memberanikan diri untuk bertanya tetapi Ia tidak mendengar jawaban atas pertanyaannya karena Yesung kembali menarik tangannya menuju sisi taman. Tiffany membulatkan mata, Ia bersikukuh menolak karena melihat ada Heechul disana. Heechul sedang duduk dibangku taman tepatnya dibawah lampu remang. Dan lagi sekarang Tiffany tidak sendiri, Ia bersama Yesung… Dan coba bayangkan apa yang dipikirkan Heechul nantinya?

Suara grasak – grusuk dibelakang jejeran bunga – bunga membuat Heechul menoleh. Ia menyipitkan matanya. Lama – kelamaan penglihatannya semakin jelas. Perasaan kecewa dan takut kalau orang yang Ia tunggui tidak datang perlahan luntur. Heechul tersenyum lalu bersahut jauh, “Tiffany-ssi !” bersamaan dengan itu, kening Heechul mengerut. Ia terlalu sumringah mendapati wajah Tiffany sampai – sampai baru sadar kalau yeoja itu tidak sendiri.

Tiffany yang masih bersikukuh menahan langkahnya, perlahan melunak. Ia menoleh kepada orang yang baru saja menyahuti namanya. Tiffany meringis, menadapati kalau keberadaannya sudah tertangkap oleh Heechul.

Karena keadaan begitu mendesaknya, Tiffany lantas menegakkan badan. Ia menyematkan  rambutnya kebelakang telinga lalu mulai melangkah ketempat Heechul duduk. Tiffany merasakan napasnya mulai tidak beraturan. Ia terlalu gugup. Saking gugupnya, Tiffany lupa kalau saat itu, Yesung masih menggenggam lengannya. Begitu sadar, Tiffany berusaha melepaskan genggaman itu tapi  Ia terlambat. Yesung lebih dulu menariknya kehadapan Heechul.

Tiffany tersenyum lebar memperlihatkan eye smilenya, meski begitu ia merasa kalau senyuman itu tampak janggal, “Annyeong.”

Heechul balas menyapa beserta segudang pertanyaan dikepalanya. Situasi menjadi hening dan ia mulai menatap tidak mengerti, “Tiffany-ssi, kukira kau datang sendiri.”

“Ehh dia” Tiffany terkekeh garing, “Mmm…ini karena aku—“

“Tiffany, dia Yeojachinguku sekarang !” Yesung berkata tiba – tiba membuat dua pasang mata membelalak kearahnya.

Tiffany menginjak kaki Yesung, membuat namja itu mengaduh kesakitan. Tiffany  lalu berbisik kesal,“Yak! Kapan kita jadian ?!”

Yesung lalu memutar tubuh Tiffany menghadap kearahnya. Tiffany masih bertahan dengan ekspresi kesal yang berkecamuk, “Barusan kita jadian, kau lupa? Ah, kau pasti sedang bingung karena tidak ingin menyakiti hati orang yang mengatakan suka padamu, terlebih dia sunbae, bukan?” tukas Yesung. Heechul mendelik dengan tatapan sulit diartikan.

“Kau… kau sedang mabuk atau apa sih?!” tuduh Tiffany asal.

“Ini !” Yesung membuka kepalan tangannya, disana sudah menggantung sebuah kalung perak berlambang bulan, “Kalung ini sudah berada ditanganku, sebagai  Namjachingu Tiffany Hwang, aku berhak mengembalikan benda ini pada pemiliknya. Jelas bukan?” Sambungnya tersenyum menatap Tiffany yang mulai terperangah.

“Kukembalikan Ini.” Yesung membelokkan tubuhnya, meraih tangan Heechul kemudian meletakkan kalung itu disana, “Jangan ganggu Tiffany. Dia sudah jadi milikku.”

“Tiffany benarkah itu?” Heechul bertanya lirih. Tiffany  sekedar menatapnya tetapi tak kunjung memberi jawaban. Yeoja itu masih diam membatu.

“Ah, kurasa ini sudah malam..” keheningan diantara mereka terpecah. Yesung melirik jam tangannya  lalu menggenggam lengan Tiffany seraya membungkuk pamit kepada Heechul.

“Kami harus pulang. Annyeong.”

Tiffany gelagapan, ia ingin menjelaskan Sesuatu pada Heechul tapi… Tapi  Tiffany tidak mampu lagi memasang wajah dihadapan sunbae-nya itu. Ia terpojok karena Yesung benar – benar mengubahnya tampak jahat.

“Kita pergi.”Yesung berujar untuk terakhir kali. Yesung menarik tubuh Tiffany yang membatu. Mereka  berbalik dan berjalan kearah sisi gelap. Tiffany belum juga berkedip. Otaknya beku dan belum juga menemukan sebaris kata untuk melawan permainan Yesung.

Dalam langkahnya pergi,  Tiffany  menoleh kebelakang, memandangi Heechul yang kala itu sedang menunduk. Tiffany menatap sendu  beberapa detik, kemudian  Yesung menggiringnya untuk berbelok keluar taman, dan lagi – lagi–untuk terakhir kalinya– Tiffany  menoleh, menelusuri  keputus-asaan, kesedihan juga kegelisahan yang terpantau, setiap incinya dari  wajah seorang Kim Heechul…

Setelah malam ini lewat, Tiffany  yakin kalau Ia benar – benar kehilangan muka didepan Heechul.

“Apa maksudmu berkata seperti itu didepan Heechul Sunbae?!” Tiffany berhasil menghempaskan tangan Yesung dan berdiri menghalau langkah  namja itu ketika mereka sampai di gerbang sekolah.

“Aku hanya menunjukkan padamu kalau dia bukan namja baik – baik, bukankah begitu Ryeowook, Eunhyuk ?” Yesung mengakat wajahnya kearah Ryeowook dan Eunhyuk yang berdiri dibelakang Tiffany. Ryewook dan Eunhyuk adalah sahabat Yesung. Sepertinya mereka berdua menunggu Yesung untuk pulang bersama.

“Ne… Ne…” keduanya kompak mengangguk. Tiffany memicing lama, memperhatikan anggukan mereka yang tampak dibuat – buat.

“Lalu kenapa kau harus berbohong padaku demi mengambil kalung itu dari tanganku dan memperlihatkannya pada Heechul Sunbae, bahkan sampai mengaku – ngaku sebagai namjachinguku?  Kenapa kau sampai menuduh Heechul Sunbae mencuri kalung ?!” tukas Tiffany berusaha menggali kebenaran dibalik mata Yesung.

Yesung tergelak, “Aku tidak menuduh, itu hanya perkiraannku Tiff..”

“Oh begitukah…”Tiffany tertawa remeh, “Jadi anggapanmu tentang Heechul yang bukan pria baik – baik juga hanya perkiraanmu saja ? huh ?! Seperti anggapanmu tentang kalung ‘curian’ itu, apakah kau menganggap Heechul sunbae pria jahat, berdasarkan bukti nyata ? Tidak bukan? Kau tidak tahu kebenarannya dan dengan mudah berbicara macam – macam tentang orang lain.”

“Aku bukannya berbicara macam – macam… Hanya saja, kupikir kau harus selektif. Kau  harus tahu siapa namja yang akan menjadi namjachingumu…” Yesung mencoba menjelaskan. Pandangan Tiffany yang tadinya liar kini terfokus pada Yesung,”Ohww… jadi kau meng-ha-wa-tir-kanku?” Ujar Tiffany menyelipkan intonasi mengejek,  “Jadi, Menurutmu siapa? Kriteria namja seperti apa yang boleh kuterima?!”

Sampai tiga detik, Tiffany bertanya  tapi Ia belum mendengar suara apa pun kecuali nyanyian jangkrik yang bersembunyi dibalik rerumputan.

Aishh sincahh…” Tiffany meniup poninya kesal, Yesung tidak kunjung bereaksi. Namja itu mematung layaknya robot korslet..  “Kurasa tidak ada gunanya berdebat denganmu, itu hanya membuang waktu.”

“Kalau kubilang, kau harus memilih namja dengan kriteria sepertiku. Apa aku salah ?” Tiba – tiba Yesung bersuara. Tiffany terhenyak ditempat,  Ia baru saja akan pergi sebelum Yesung menatapnya tajam.

“Entahlah.” Tiffany mengangkat bahu tidak peduli.

“Entahlah ?” Nada suara Yesung terdengar dingin membuat Tiffany merinding sedetik kemudian. Yeoja itu  mencoba bersikap biasa meski bibirnya menggigil. Belakangan Tiffany menyesal sudah menyinggung tentang kriteria namja didepan Yesung.

“Dan kalau detik ini juga aku bilang ‘saranghae Tiffany’, apa tangganpanmu ?”

“Huh?” Tiffany mematung. Ia menatap Yesung lamat – lamat kemudian merasa konyol sendiri. Tiffany terkekeh, “Berhentilah membual ! Aishh dasar kau—”

“Aku tidak membual. Aku serius.”

Tiffany menatap Yesung sekali lagi. Kali ini Tiffany tidak akan terjebak lagi oleh strategi Yesung yang bersikap sok serius demi melancarkan bualannya. Namja itu mengaku serius tetapi satu hal yang  perlu ditandai bahwa, tidak ada maling berteriak maling.

“Baiklah, kau sangat ingin tahu tanggapanku, bukan?” Tiffany memicingkan mata. Ia ikut memasang tampang serius, “Jadi katakan, keuntungan apa yang bisa kudapatkan kalau aku jadi pacarmu ?!”

Satu detik… Dua detik… Tiga detik… Yesung memperhatikan wajah Tiffany, mulai dari kening sampai dagu. Kemudian dua bola matanya berhenti menatap  bibir Tiffany yang merah ranum, satu – satunya benda yang tidak pernah luput dari perhatiannya. “Kalau menjadi pacarku…”

“Wae…” Tiffany memundurkan wajahnya. Ia agak terkejut dengan tatapan Yesung yang berubah… Terselubung. Tiffany memicingkan mata melihat ada ketidak beresan dibalik tatapan itu, seperti…

Yesung semakin mendekatkan wajahnya, hingga Tiffany bisa merasa kalau pipinya memanas akibat sapuan napas yang baru saja keluar dari paru – paru.

“A-apa, apa yang kau lakukan ?!” Tiffany mendekap dirinya sendiri lalu di detik itu juga, otaknya mulai mencerna sesuatu…

“Kau sedang bertanya, keuntungan apa yang bisa kau dapatkan kalau kita berkencan ?”

Tiffany menelan ludah lalu mengangguk lekas. Yesung tersenyum. Senyum mengembang dibalik wajahnya yang mengerikan.

“Kau… Kau akan kulayani setiap malam.”

Tiffany tercengang. Me-laya-ni… Setiap malam ? “A-pa mak-sud—“

“YAKKKK!!!”

Buanghhh

Bukan lagi sekedar tamparan, Tiffany mendaratkan kepalan tangannya tepat diwajah Yesung. Berani – beraninya namja aneh seperti Yesung  menyinggung harga dirinya sebagai  yeoja  terhormat ! Ini pertama kalinya, Tiffany menerapkan ilmu taekwondo yang selama ini Ia sembunyikan. Jangan salahkan Tiffany karena Ia refleks melakukan itu, semata – mata karena dorongan energi dalam dirinya. Yesung pantas mendapatkannya. Demi Tuhan ! Melayani ?! Setiap malam ?! Apa maksudnya, apa maksud Yesung berkata seperti itu kalau bukan itu…

Yesung meringis sambil mengusap dahinya yang memar, Ia  mundur selangkah dan mengigit bibir bawahnya, “Tiff… Aku tidak tahu kalau tinjumu sekeras ini, memangnya apa salahku?”

“MWO? Haruskah kau bertanya ‘APA SALAHKU’, huh?!” Tiffany berapi – api. Ia semakin merasa kalau matanya mulai memanas,  “Dengar yah ! AKU TIDAK SUDI PUNYA TEMAN MESUM sepertimu, jadi pergi sana !!!”

Tiffany mendorong tubuh Yesung menjauh. Namja itu tersungkur kebelakang. Ia sibuk menggesek keningnya sambil meringis kesakitan.

“Dasar mesum !” Terakhir kalinya, Tiffany berteriak didepan Yesung sebelum Ia melenyapkan diri.

What?” tanya Tiffany kepada Ryeowook dan Eunhyuk yang berdiri didepannya ketika Ia berbalik. Mereka yang acap kali tertawa  kini hanya bergeleng sambil menatap Tiffany tidak percaya. Mereka tampak kecewa…  Lalu  haruskah Tiffany peduli?

…….….

Cuaca pagi ini mendung. Tiffany sudah duduk dibangku kelasnya ketika cuaca mendung berubah menjadi hujan. Tiffany merasa hujan kali ini sunyi, rintikannya tidak terdengar berisik seperti biasa, begitu juga dengan suasana didalam kelas, hening dan  sangat tenang bahkan mendekati… datar. Atau mungkin Tiffany saja yang tidak menyadari keramaian dalam kelasnya. Tiffany tidak lagi mendengar teriakan para siswi yang sibuk memperebutkan idola mereka atau para siswa yang berteriak mendukung club sepak bola. Tiffany tidak bisa melihat itu semua karena ia terlanjur hanyut dalam la  munannya.

Tiffany menghentak – hentakkan pensilnnya seraya menatap kosong buku gambar didepannya. Sejak tadi Ia hanya sibuk mencorat – coret lembar putih itu. Dan Tiffany tercengang sendiri ketika tanpa sadar jemarinya mengukir nama ‘Yesung’ dibagian tengah lembaran. Orang itu…

Yesung tidak masuk sekolah.

Tiffany berpikir, ini aneh. Yesung tidak pernah absen  walau bumi terbelah dua sekali pun. Dan kalau sekarang namja itu tidak masuk sekolah…. Mungkinkah ? Mungkinkah karena kejadian semalam?

Tapi masa iya?!

……………..TBC…………….

Cuma TwoShoot jadi mungkin akan end di next part…

Semoga suka yaaa ^^

Penulis:

nyanya nyinyi nyonyo :p

10 tanggapan untuk “FF YeFany – Beautiful Days (1/2)

  1. Lucu!!!!
    Tumben baca ff yg yesungnya se-swag ini biasanya yesung digambarinnya pria misterius dan dingin mulu
    Jangan sad ending ya eon
    O ya part selanjutnya ditunggu banget tuh masih banyak hal yg bikin penasaran
    Fighting drh nulisnya ^^

  2. Bwahahahahaa…
    Emang nih ya.. Yesung rada2 4D gitu sifatnya..
    Aneh..
    Mana ada orang memperkirakan.. Hahha.. Lucu lucu banget..
    Sebnernya dah mau baca dri kemren2.. Cuma lagi sibuk bgt, jd cm sempet baca ff YH aja..
    Nextnya ditunggu..
    YeFany harus bersatu ne??
    Fighting!

  3. Lama gak kesini, dan pas kesini ada ff yefany baru yeyyy #jingkrak2
    Haha itu yeppa kenapa? Kalimatnya terlalu ambigu tuh jiahhh =D
    Tiffany eon jangan marah yaaa, mungkin yeppa cm gak mau kalo eonni jatuh ketangan yg salah, cieee

    Semgo yefany bisa bersatu… Nexttt part…
    Daebak pokokx ><

  4. Sha, udh lm nih ff yefany gak nongol (?)
    Itu bang yeye ngaku2 ato ngarepp ? Moga ngarep Hehwww >_<
    Yesung kasian bgt tuh haha tp kocak /dicekek/
    Lanjut shasha…. Fightinggg !!!

  5. Hmmm kok aku ngerasa kalo Fany unni suka gt sama yesung ya? Smoga aja bener hehe…
    Heechul bnr2 ska ma Fany unni gak si? Kenp ysung bsa bilang kalau hechul bkn namja baik2.,
    dibagian akhr2 itu komplak bngt hehe ><
    seru… Seru next…

  6. senyum2 sndiri wktu bcanya,.ff.nya lucu,menarik..
    yesung sepertinya bneran suka sma tiff,tp tiff slalu nganggep klo omongan yesung itu bhong..
    next part ne

  7. WHOA AUTHOR TAU GAK SIH INI FF DAEBAK SEKALEE LOVE LOVE LOVE THIS EP EP LAHHHH!!!!!
    Dan, ntah knapa suka banget sama karakter Tiff dan Yesung disini. Persis kayak dua temen aku di dunia nyata, satu ceweknya ini dingin sama si cowok yang pikirannya mesum and kerjanya ngengombal ini cewek (ampe pernah ni cewek di flying kiss lagi thor, –”) Eh. Kok malah curcol lagi.
    YA THOR, FF NYA MAKIN DAEBAKK!!! SUKSES YA THOR ❤

Tinggalkan Balasan ke Uni Batalkan balasan