Diposkan pada Super Generation FF

FF YoonHae – Sweet Legacy Part 3

sweet legacy copy

Title : Sweet Legacy

Cast : SNSD Yoona, Super Junior Donghae

Author : Nana Shafiyah 

Genre : Romance, Married Life

Rating : PG-17

Happy Reading ^__^

Part 3 ~

“Yoona-ssi… Menikah denganku.”

“M-mwo?”

Berpuluh anggapan menyerangnya sampai – sampai Yoona tidak mempercayai pendengarannya sendiri.

“Hanya sampai aku berhasil meringkus para penjahat yang mencoba mencelakai Sehun.” Pinta Donghae. Yoona berpikir mencerna permintaan Donghae, perempuan itu berdecak, “Ck ini rumit. Memangnya kalau Sehun celaka apa juga untungnya bagi mereka?”

Donghae mengela napas, “Kalau Sehun celaka, harta warisan Sehun akan beralih ke-tangan ayah kim Jongwoon, kakek Sehun yang bernama Kim Tae Pong namun karena masalah kesehatan, kemungkinan besar Kim Taepong akan mewariskannya kepada penerus berikutnya.”

“Siapa memangnya dia?”

“Sejauh yang kutahu, dia adalah anak dari istri kedua Kim Taepong kakek Sehun.”

Yoona terdiam menunggunya melanjutkan.

“Kim Heechul.”

“Hah ?” Yoona terperangah. Kalau tidak salah ingat, si aneh itulah yang bernama Heechul. Yoona sulit mempercayai ini. Jadi, dibalik keanehannya orang itu juga mengincar harta Sehun?

Donghae lagi – lagi menambah, “Aku sudah menyelidikinya. Selain berambisi meraih kekuasaan, pihak – pihak tertentu juga memiliki kepentingan politik. Mungkin dengan mengusai saham stasiun pertelevisian mereka bisa mewujudkan kepentingannya.” Lelaki itu mengarahkan tatapannya yang mengunci fokus Yoona.

“Yoona-ssi, aku berharap banyak padamu. Tolong bantu aku menjaga Sehun. Aku membutuhkan status menikah untuk bisa mengadopsi anak itu. Lagi pula ini tidak akan lama, aku tidak akan memintamu berada disisiku seumur hidupmu.”

“Tapi menikah dengan pria asing… kedengarannya mengerikan.” Yoona menimbang – nimbang ragu. Donghae tampak menggebu – gebu seolah tidak terima dengan keraguan Yoona.

“Aku bisa mengenalkanmu pada keluargaku untuk meyakinkanmu bahwa aku bukan orang jahat dan selama kau berstatus sebagai istriku, aku janji tidak akan melanggar norma – norma sosial, tugasmu hanyalah menjaga Sehun. Itu saja.”

Yoona menatap Donghae sambil berpikir. Wajah lelaki itu tampak meyakinkan sekali. Kalau saja tidak menyangkut pernikahan Yoona pasti akan menyanggupi permintaannya menjadi pengawal Sehun. Yoona sudah bisa membayangkan bagaimana pekerjaannya nanti, tentu saja Ia harus mengasuh dan menjaga anak itu sepanjang hari. Tapi kalau soal pernikahan… kenapa lelaki itu tidak menyuruh orang lain saja? Yoona menduga, dia pasti lelaki pelit yang tidak mau dipusingkan oleh hal – hal tertentu, buktinya dia hanya mengincar seorang wanita dengan paket lengkap. Tentu saja wanita dengan paket lengkap itu harus bisa mengurus, melindungi sekaligus menjadi ibu adopsi bagi keponakannya. Sayangnya Yoona bukanlah salah satu kandidatnya. Yoona belum siap dikekang oleh sebuah ikatan. Akan ada banyak resiko yang akan ditanggungnya. Dan Yoona sangat benci menyesuaikan diri dengan lingkungan baru yang tidak jelas. Pernikahan bisa – bisa menghancurkan status lajangnya meski pun itu hanya formalitas semata namun berbeda halnya jika dilihat dari kacamata orang – orang yang tidak tahu apa – apa. Meskipun toh nantinya mereka akan bercerai seperti yang dijanjikan lelaki itu, Yoona tetap saja merasa aneh. Ia akan menyandang status janda. OMO !

“Baiklah begini saja.” Suara Donghae menyadarkan Yoona dari lamunannya, “Aku akan membayarmu sepuluh kali lipat dibanding gajimu di tempat lain. Lalu setelah perceraian nanti, aku akan memberimu kompensasi berapa pun yang kau minta selama aku sanggup.”

Yoona menelan ludah. Bola matanya membesar seketika membayangkan angka nol berderet dibelakang angka satu sampai Sembilan. Kertas – kertas won serasa menghujani dari atas. Yoona bagiakan terbang keangkasa memungut kertas – kertas berharga itu sebelum jatuh kebumi. Gemuruh jantungnya berpacu membayangkan bermilyar – milyar Won ditangannya. Gadis itu menarik napas, mengehembuskannya susah payah.

“Kompensasi?” gumam Yoona ditengah angan – angannya, Donghae menyambung, “Berapa saja yang Nona minta, kita bisa bernego.”

Yoona mengerjab. Sadarkan aku dari mimpi gila ini?! jeritnya dalam batin.

Donghae mengibas – isbaskan tangannya didepan wajah Yoona, “Bagaimana Yoona-ssi?”

Baru saja berpulang kedunia nyata, Yoona langsung dikagetkan oleh pertanyaan lelaki itu. Pikiran dan perasaan Yoona seolah dikerubuni desak – desakan aneh, Ia benar – benar tidak rela menyia – nyiakan kesempatan ini dengan bersikap sok gengsi atau apa…

“B-baiklah tidak masalah.” Putusnya antusias. Gadis itu tidak berhenti menatap Donghae tanpa berkedip. Yoona terus menunggu kalimat yang akan diutarakan lelaki itu selanjutnya.

“Jadi, kau bersedia berkerja untukku?” Donghae mengangkat alis. Dasar wanita, Dimana – mana ternyata mereka sama saja. Jika menyangkut soal uang perangainya langsung berubah…

“Tapi… kau bersungguh – sungguh kan?” potong Yoona. Bukannya mencuringai Donghae, Yoona hanya sedang menyakinkan lelaki itu sekali lagi. Yoona tahu Donghae punya banyak uang. Gaji sepuluh lipat lebih tinggi barangkali tidak ada apa – apanya dibanding dengan harta yang dimiliki lelaki itu sebagai Presiden Direktur Lee Price company. Seperti keterangan yang Ia temukan didalam kartu nama lelaki itu, Lee Price company adalah perusahaan dibidang property yang kelihatannya cukup bonafit.

“Apakah wajahku kelihatan sedang berbohong?” cetus Donghae. Yoona mengangkat bahu, “Ya, sepertinya tidak.”

Seringai puas tersingkap dibibir Donghae mendengar jawaban gadis itu, “Sebagai permulaan aku memberimu gaji dimuka.”

“Kalau itu terserahmu, aku sih senang – senang saja.” Yoona tersenyum, sebaliknya lengkungan bibir Donghae terpangkas  pelan – pelan menatap senyum itu. Donghae benar – benar dikejutkan oleh debaran jantungnya sendiri. Padahal terhitung puluhan kali Ia melakukan hal-hal seperti ini dihadapan para rekan bisnis tapi kenapa di depan gadis itu pengalamannya sama sekali tidak berguna. Rasanya, didepan gadis itu Ia berubah menjadi seorang lelaki yang tengah dilanda pubertas.

“Oh ya Kira – kira berapa lama kita akan menikah?” Gadis itu menatap antusias menunjukkan bulatan matanya yang melebar. Donghae hampir saja terperangkap didalam bulatan itu kalau saja dirinya tidak langsung menunduk.

“Tergantung berapa lama aku berhasil meringkus para penjahat yang mengincar Sehun.” Jawabnya. Donghae melirik gadis itu yang sepertinya belum puas.

“Apa itu memakan waktu lebih dari setahun?” Yoona menduga – duga.

 “Mungkin tidak sampai setahun.”

“Oh ya? Waahh…”

 “Kenapa?” Donghae mengangkat wajahnya sementara Yoona sibuk berandai – andai. Pandangannya mengawang keatas bagaikan menyaksikan sesuatu yang menarik.

“Pasti menyenangkan sekali menjadi seorang janda kaya, apalagi masih perawan. Pria mana yang akan menolak ?! Huaaaahhh !!!” Yoona menautkan sepasang tangannya selagi menghitung didalam kepalanya angka nominal dari kompensasi yang dijanjikan Lelaki itu.

Usai berkutat dengan khayalannya, Yoona mengembalikan fokusnya kealam nyata dan menatap Donghae. Yoona baru saja menyadari bahwa lelaki itu memperhatikannya dengan wajah memperhitungkan entah sejak kapan. Yoona mengernyit berjaga – jaga.

“Sepertinya kau tidak percaya aku masih perawan?” terka Yoona menyuarakan pikirannya. Yoona merasa dugaannya tepat, seperti itulah yang terbersit didalam pikiran Donghae. Lelaki itu kemungkinan besar tengah mempertimbangkan sikapnya yang tidak tahu aturan, lalu membandingkannya dengan realita gadis perawan.

Yoona meniup ubun – ubunnya, lelaki itu… pemikirannya kolot sekali. Padahal diluar sana banyak sekali gadis – gadis berwajah polos berkeliaran, sayangnya kebanyakan dari mereka kehilangan segel diwaktu yang tidak seharusnya,’

“Kukatakan padamu ya Lee Donghae-sii, Dari luar aku memang urakan tapi sebenarnya aku ini pintar menjaga diri.” Ungkap Yoona berbangga hati.

Belum ada yang berubah dari tatapan Donghae, Yoona menambah, “Lagi pula aku bisa dipenggal oleh kakakku kalau ketahuan melakukan hal – hal seperti itu di luar nikah…” ujarnya terkekeh. Yoona berhenti sejenak memikirkan kata – katanya kembali, “ehmmm maksudku pernikahan yang sesungguhnya yaa..”

“Chankamman.” Donghae menyela, Ia menatap Yoona bersemangat, “Tadi kau bilang apa? Kau punya seorang kakak ?”

Kebingungan melanda wajah Yoona namun begitu Ia tetap menjawab, “Hmm, dia seorang Eonnie yang merawatku dari kecil semenjak orang tua kami meninggal dalam sebuah kecelakaan.”

“Kalian hanya tinggal berdua?”

Yoona mengangguk. Donghae tersenyum lebar mengundang coretan tanda tanya menumpuk diwajah Yoona, “Kau mau apa?”

“Aku… Kita akan menemuinya sekarang.” Cetus Donghae, seketika Yoona terlonjak, “Mwo? Untuk apa?”

“Untuk meminta izin.” Jawabnya, “Bagaimana pun pekerjaan ini tidak hanya melibatkanmu. Anggaplah aku bisa menyembunyikan rencana ini dari keluargaku dan kita akan tetap menikah sesuai rencana tapi khusus untukmu.. karena kau seorang wanita jadi mau tidak mau kau  harus jujur dan menceritakan semuanya pada keluargamu.”

Yoona ikut menyetujui alasan Donghae akan tetapi keberuntungan tidak selamanya berpihak kepada mereka. Mereka tidak akan lolos begitu saja jika melangkah tidak tahu aturan apalagi sampai nekat menyenggol macan kelaparan.

“Ani, tidak usah. Ya, aku akan jujur dan menceritakan pekerjaan yang harus kukerjakan padanya tapi biar aku sendiri yang mengatakannya—” Yoona menyusun kata perkata menggunakan otaknya yang sudah buntu. Gadis itu nyaris frustrasi ketika suara Donghae kembali mengudara.

“Aniyo Yoona-ssi.  Masalah ini sudah termasuk tanggung jawabku. Aku akan berusaha menjelaskannya sedetail mungkin agar Eonnie-mu tidak salah paham.” Donghae tetap kekeuh dengan pendiriannya. Tatapan lelaki itu penuh percaya diri. Kalau saja memungkinkan Yoona ingin sekali menampar wajah Donghae untuk menyadarkannya. Namun sayang tindakan itu terlalu beresiko.  Yoona mulai berpikir untuk mengerahkan kalimat persuasifnya yang muncul dari hati sanubari.

“Kau pasti tidak akan menyangka betapa ganasnya dia ! Bagaimana kalau kau terkena amukannya dan perjanjian kita  akhirnya batal? Asal kau tahu Eonniku sangat sensitive dengan masalah pernikahan. Kita akan mati kalau kau terang – terangan mengaku bahwa pernikahan kita hanyalah sebuah tameng !” Yoona menyeru lantang. Sesungguhnya Ia bisa lebih menyakinkan Boa seorang diri meski pun dengan mencampurkan sedikit bumbu – bumbu kebohongan, jauh lebih baik dibanding Donghae yang kemungkinan besar memilih berbicara terang – terangan.

Donghae bergeming memikirkan sesuatu. Yoona seolah menebak isi kepalanya kini mulai panik setengah mati.

“Donghae-ssi, sebaiknya jangan !” Yoona memohon – mohon sekali lagi. Cara seperti ini adalah yang paling dibencinya, namun Ia tidak punya cara lain untuk membujuk Donghae membatalkan niatnya. Yoona yakin, Boa tidak akan sudi menyetujuinya usai mendengar langsung penjelasan Donghae, dan itu berarti gaji sepuluh kali lipat ditambah uang kompensasi yang dijanjikan lelaki itu akan hangus ditelan bumi ! Matilah…

“Kita tidak akan tahu sebelum mencoba. Ayo.”

Entah sejak kapan Donghae berdiri dihadapannya. Yoona hanya bisa menganga selagi menerka – nerka seberapa tanggas gerakan lelaki itu menjangkaunya. Donghae datang dan pergi begitu saja menarik paksa tangan Yoona kedalam genggamannya.

Sampai didepan pintu kafe Yoona tiba – tiba berjongkok. Gadis itu menghempas – hempaskan tangannya berusaha melepaskan diri dari genggaman lelaki itu. Donghae mengurungkan niatnya menarik pintu keluar kafe. Lelaki itu menoleh kebelakang, Ia membuang napas jengah menemukan Yoona yang malah berjongkok seperti bocah.

“Yoona-ssi berdiri sekarang !” perintahnya. Yoona bergeleng memohon – mohon. Sontak lelaki itu memijat pelipisnya.

“Yoona-ssi berdiri sekarang atau—“

“Atau apa ?” tantang gadis itu menjulurkan lidah. Donghae berdecak, “Atau aku akan mengadakan audisi pencarian wanita seperti katamu dan pekerjaan untukmu akan kubatalkan. Tidak ada lagi gaji sepuluh kali lipat apalagi kompensasi—“

Belum sampai Donghae menyelesaikan ancamannya , gadis itu sudah berdiri tegak dalam waktu kurang dari satu detik. Donghae tersenyum penuh kemenangan. Benar saja.. kalau sudah menyangkut soal uang, mata perempuan itu langsung berubah menjadi kepingan dollar.

Donghae melanjutkan langkahnya dengan menarik tangan Yoona keluar dari kafe. Gadis itu mengikuti dengan gerakan malas. Ia sudah kehabisan akal. Donghae keras kepala dan suka seenaknya mengancam. Begitulah kesimpulan awal yang diperolehnya mengenai watak lelaki itu.

“Masuklah, kita hanya punya waktu satu jam, setelah itu aku harus kembali ke kantor.” Katanya. Lelaki itu sudah berdiri mempersilahkannya masuk lewat pintu mobil samping kemudi yang terbuka. Yoona melangkah terpaksa kedalam sana. Gadis itu tidak henti – hentinya menggerutu. Lelaki itu bisa dengan mudah menghacurkan mimpinya dalam sekejap mata. Ia tidak akan mungkin mengorbankan aset berharga dan menyia – nyiakan pekerjaan ini.

Usai mengeja alamat rumahnya, napas Yoona meluncur bagaikan asap kereta api. Paling tidak Ia tinggal menunggu saat – saat dimana lelaki itu terkena batunya. Biarkan saja dia tahu rasa !

…………..

Tiga puluh menit selanjutnya mereka sudah sampai didepan pintu sebuah rumah sederhana yang letaknya dikawasan pinggiran kota. Yoona menekan bunyi detak jantungnya seiiring hawa dingin yang bertebaran disekitar pintu. Gadis itu melirik seorang lelaki yang berdiri disebelahnya, lelaki itu tampak tenang – tenang saja.  Yoona meruntuki dirinya sendiri, sungguh Ia tidak bisa menjamin apakah setelah ini lelaki itu bisa pergi dalam keadaan biasa – biasa saja ataukah…

~tok.. tok… tok… ~

Donghae mengetuk pintu lebih dulu, sementara Yoona komat – kamit disampingnya. Yoona mulai gelisah, menunggu kakaknya membuka pintu sama saja dengan menunggu seorang monster yang akan muncul dari dalam.

Pintu terbuka menampakkan wajah seseorang. Yoona tersenyum cengengesan kearahnya, wanita didalam sana menyipitkan mata.

“Eonni…”

Padangan Wanita yang dianggap Eonnie itu beralih kepadanya. Donghae merasakan tatapan bertanya – tanya wanita itu yang mendesaknya segera membungkuk.

“Perkenalkan Lee Donghae imnida atasan Yoona.”

“Nde Eonnie, dia adalah presdir dari Lee Price Company” Yoona buru-buru menambah.

Wanita itu tampak terkejut. Ia mengamati penampilan Donghae dari ujung kaki  hingga  keujung rambut. Akhir – akhir ini banyak sekali  penjahat yang berkeliaran dan mengaku – ngaku sebagai orang baik, begitulah sepertinya yang terbersit didalam pikiran wanita itu. Namun tampaknya wajah Donghae yang mengkilap juga tubuh tegapnya yang penuh wibawa ditambah aroma parfumnya yang wangi, berhasil menyurutkan prasangka wanita itu yang akhirnya ternganga.

“A-aa, sajangnim.. Naneun Boa Imnida, kakak Yoona.” Balas Boa membungkuk hormat. Donghae tersenyum selagi memperhatikan, sepertinya tidak ada yang patut dihawatirkan dari wanita itu.

Mereka bertiga menuju ruang tamu. Yoona duduk disamping Boa sementara Donghae duduk didepan mereka. Yoona terus memperhatikan wajah kakaknya dari samping. Gadis itu menyimpan firasat buruk. Lelaki itu benar – benar ! padahal aku sudah memperingatkannya. Di dunia ini tidak ada hal yang paling kutakuti kecuali amukan kakakku yang seperti orang gila. Andai saja dia tahu bagaimana ganasnya amukan itu, Donghae pasti akan pipis dicelana, bahkan sebelum kakinya menyentuh tempat ini. Sekarang terima saja akibat dari kepala batumu itu, Lee Donghae !

“Maaf sebelumnya, kalau boleh bertanya, kenapa anda bisa datang kemari bersama.. bersama adik saya…” Boa memulai percakapan dengan kebingungannya. Donghae menunjukkan wajah penuh minat. Lelaki itu dengan yakin berkata. “Itulah yang ingin kujelaskan.” Kedua tangannya saling bertaut ditengah pangkuan, Donghae menatap Boa penuh keseriusan, “Aku ingin meminta izin dan restu anda selaku kakak Yoona.”

Wanita yang ditatapnya memajukan wajah tidak paham.

“Yoona akan bekerja untukku.”

“Omoo.. Akhirnya setelah berminggu – minggu menjadi pengangguran…” Boa tidak kuasa menutup mulutnya yang menganga bahagia.

“Hanya saja pekerjaan ini cenderung menyita waktu.” Sambung Donghae, “Yoona akan mengasuh keponakanku.”

“Itu hal yang mudah baginya, tenang saja.” Boa menepis yakin. Donghae kelihatan kurang setuju.

“Kurasa tidak begitu. Keponakanku sedang berada dibawah ancaman orang – orang jahat karena warisan melipah almarhum ayahnya jatuh ketangannya. Jadi selain mengasuh, Yoona juga harus mengawal anak itu selama dua puluh empat jam.”

Boa mencerna, Ia lalu mengangguk mengerti, “O-ohh jadi seperti itu? Tidak apa – apa, asal Yoona setuju dan adikku mendapatkan bayaran yang setimpal.”

“Jangan hawatir, aku bisa memberikan lebih dari yang kalian bayangkan.” Donghae tersenyum santai.

“Wah itu terdengar wajar, lalu masalahnya?”

Yoona menunduk, pasrah…

“Masalahnya… aku juga ingin menikahi Yoona.”

“Tunggu, apa kalian menjalin sebuah hubungan…?”

Donghae lantas bergeleng, “Tidak, bukan pernikahan seperti itu yang kumaksud tapi… lebih kepada urusan pekerjaan.  Aku akan membayar Yoona selama Ia menjadi istriku.”

Yoona mendelik. ‘Apakah lelaki itu tidak memiliki saringan khusus dikepalanya untuk mengolah kata – kata yang bertebaran? Lelaki itu sudah pikun atau apa? Bukankah aku sudah mengatakannya… kakakku sangat sensitive jika sudah menjurus ke-acara yang sifatnya sakral dan sekarang lelaki itu malah berbicara seenak dengkulnya ?!’

“Aku akan menikahi Yoona untuk sementara, hanya  sebagai status.” Donghae berbicara sekali lagi dan membuat Yoona nyaris terkena serangan jantung. Gadis itu menoleh kearah Boa. Gurat – gurat kejengkelan di wajah kakaknya itu mulai timbul kepermukaan sementara Donghae tampak tenang – tenang saja. Rupanya  kepekaan  lelaki itu sudah ditelan bumi untuk merasakan bahwa detik ini mereka tengah berada didalam kandang harimau yang siap menerkam. Dan benar saja  wajah si harimau itu sudah memerah.

“J-jadi adikku akan menjadi wanita bayaran, begitu?”

“Tidak seperti itu. Aku hanya membutuhkan status menikah untuk mengadopsi keponakanku. Setelah menikah tugas Yoona hanya menjaga Sehun. Kuharap Nona tidak berpikir yang bukan – bukan…” Donghae meralat. Lelaki itu menjelaskan sekali lagi, “Jadi Yoona bertugas menjaga Sehun sekaligus mengadopsinya.”

“Yak !” Sepasang mata Boa membulat.  Tatapannya menajam kearah Donghae, “Kau akan mempermainkan adikku, setelah kau berhasil mencapai tujuanmu, kau akan berbalik mencampakannya begitu?! Siapa yang akan menjamin adikku akan tetap aman setelah menikah ?! bagaimana kalau dia tidak suci lagi, apa kau akan bertanggung jawab?! Sebaiknya kau nikahi saja wanita lain !”

Yoona memejamkan matanya menangkis teriakan sang kakak yang menggelegar didalam telinga, sementara Donghae mulai gelagapan, Lelaki itu menambah,  “Aku berjanji tidak akan ada keintiman apa pun diantara kami.”

Halah, Semua lelaki sama saja ! Mahluk sejenis mereka suka sekali mengumbar janji tapi buktinya ?! Nol.”

“Aku bukan orang yang seperti itu Noona, percayalah.” Tampik Donghae. Boa melotot kearahnya. Donghae menelan ludah berusaha tidak gentar namun begitu hawa mengerikan yang datang tiba – tiba membuat bulu kuduknya merinding.

Owhh.. jadi kau menginginkanku untuk percaya ? Sayangnya aku tidak akan percaya ! cih.” Boa bangkit dari tempat duduknya lalu pergi mengambil sapu ijuk. Usai berhasil menggenggam sapu itu, Ia berjalan mendekati Donghae. “Sekarang pergi dari sini !” Tunjuk Boa kearah pintu keluar menggunakan ujung sapu ijuk.

Donghae mengangkat kedua tangannya berupaya membangun kompromi, “Noona sebaiknya jangan terburu – buru menyimpulkan— Awwwhh..”

Hantaman sapu ijuk bergantian menggebuk lengan Donghae. Boa terus mendaratkan pukulannya bertubi – tubi seolah  tubuh Donghae lebih mengerikan dari seonggok kasur gulung yang berdebu. Wanita itu terus mengumpat emosi dengan suaranya yang  nyaring “Pergi kau?! Memangnya adikku wanita murahan yang bisa seenaknya kau sewa dengan uangmu ?!”

Boa terus memukulkan batang sapunya ketubuh Donghae, sementara lelaki itu membungkuk – bungkuk menepisnya, “Ampun, ampun Noona, Awhhh—“

“Pergi kau, pergi ! Aku yakin kau bukan seorang presdir?! Kau adalah anggota gembong perdagangan wanita, iyakan?  Mengaku saja !” tandas Boa menghentak – hentakkan sapunya tanpa henti.

Pemukulan itu terus berlanjut sampai di depan teras. Donghae masih berusaha menangkis serangan itu selagi menunggu celah  untuk bisa menjelaskannya secara gamblang. Faktanya kini celah itu didominasi oleh pukulan sapu yang terus menghantam. Semakin Donghae mencoba menjelaskan, suaranya hanya berakhir dengan pekikan.

“Pergi kau dasar penipu?! Berani – beraninya mempermainkan pernikahan?!” Boa mulai geram karena lelaki itu tidak kunjung pergi dari hadapan mereka, bahkan dengan tidak tahu malu Ia sempat – sempatnya berbicara.

“Noona Aku bukan penipu—Awhh— Aku tidak akan mengambil keuntungan dari pernikahan ini, aku  janji akan membayar berapa pun.”

Boa menggantungkan pukulannya diudara guna mencerna perkataan lelaki itu yang justru semakin menyulut emosinya. Boa kembali menjatuhkan pukulannya, “Kurang ajar ! kau pikir harga diri adikku bisa dibeli dengan uangmu ?!”

“Rasakan ! Rasakan ini !”

“Eonni, cukup Eonni cukup !” Yoona datang melerai aksi kesetanan kakaknya bagaikan pawang. Gadis itu memegangi pinggang kakaknya yang meronta – ronta. Yoona tidak memperdulikan pukulan Boa yang ikut mengenai kepalanya, satu hal yang menjadi tujuannya adalah agar Boa berhenti mengundang desas – desus  para tetangga mereka yang kini menengok kanan kiri.

Sebenarnya bukan cuma itu…

Awalnya Yoona kesal karena Donghae tidak mau mendengarnya. Yoona menginginkan Donghae menyadari akibat perbuatannya yang tidak menggunakan telinga dan otaknya dengan benar. Namun melihat bagaimana lelaki itu kesakitan ditengah pertahanannya berada disini, Yoona menjadi tidak tega.

“Pergi ! jangan pernah menampakkan lagi wajahmu didepanku dan Yoona !” lantang Boa mengacungkan sapunya. Didepan sana Donghae meringis – ringis. Yoona mengibas – ibaskan tangannya sebagai isyarat agar lelaki itu  segera pergi. Yoona menduga Donghae akan bertahan dengan sikapnya yang keras kepala. Masa bodoh dengannya, Yoona memutuskan untuk menarik Boa dan menyeret kakaknya itu kedalam rumah.

Yoona mendudukkan Boa diatas sofa ruang tamu. Kakaknya terus mengomel tidak jelas menganai asal – usul Donghae dan sebagainya, Yoona semakin pusing mendengar semua itu. Pikiran Yoona lantas berkelana. Bagaimana keadaan lelaki itu sekarang ? Apakah dia baik – baik saja? Dan keputusan mala petaka seperti, apakah Donghae akan menolak mempekerjakannya?

Disaat Boa berkutat dengan omelannya yang menggebu – gebu, Yoona melesat kearah pintu, menarik sebatang kunci dari lubangnya, kemudian memutar kunci itu dari luar. Kakaknya mulai berteriak – teriak menyumpahi dari dalam rumah. Yoona memutar – mutar kunci dengan telunjuknya, dengan begini kakaknya itu tidak akan bisa mengejar.

“Donghae-ssi !”

Panggil Yoona mengejar seorang lelaki yang berjalan tertatih – tatih kearah mobilnya. Lelaki itu menoleh kebelakang, Ia mendesah lalu bersandar dipermukaan badan mobil seraya memijat lengannya yang mungkin terasa ngilu.

Yoona berdiri dihadapannya, mengamati lelaki itu dengan kedua lengan yang terlipat dibawah dada, “Aku sudah bilang kan? Tidak usah ya tidak usah. Aku bisa membujuk kakakku, kau tidak perlu melakukannya dan berbicara sejujur itu, hah?!”

Donghae mengorek telinganya. Ia tidak mengerti dengan apa yang dikatakan gadis itu, disaat seperti ini pikirannya sedang kacau hanya untuk meladeni ceramah Yoona yang tidak berujung.

“Oh ya, kau tidak berniat membatalkan pekerjaan yang kau janjikan itu kan?”

Lelaki itu menatap sebelah mata, “Menurutmu?”

Yoona mengatur napasnya yang tersengal. Beberapa saat terdiam, Gadis itu bersiap membuka mulutnya lebar – lebar, “Donghae-ssi, aku berjanji akan membujuk kakakku, beri aku waktu beberapa jam. Besok.. malam ini… ya malam ini aku akan mengabarimu keputusannya dan kupastikan kakakku akan berubah pikiran. Aku janji.”

Tatapan bimbang lelaki itu berputar – putar diwajah Yoona. Pada akhirnya Ia memutuskan, “Baiklah, kabari aku malam ini.”

“Tidak masalah.” Yoona tersenyum untuk dirinya sendiri. Wajahnya kembali datar ketika bersitatap dengan lawan bicaranya, “Pastikan ponselmu aktif.” Yoona mengangkat dagu, “Ya sudah kalau begitu, sekarang pergilah, kau pasti sangat sibuk ya…”

“Yoona-ya.”

Seorang wanita dewasa datang menghampiri. Yoona menoleh kearah wanita itu yang ternyata sudah berdiri dibelakangnya. Alis Yoona terangkat bingung, Ahjumma Kwon.

“Aigoo Ada apa lagi dengan kakakmu itu?” tetangganya itu menatap prihatin. Yoona tidak mengerti, tiba – tiba wajah keprihatinannya berubah menjadi curiga, “Hmm jangan bilang kau membuat ulah lagi sampai – sampai kakakmu mengamuk seperti itu?”

Yoona menghela napas. Baiklah terserah mereka mau berbicara apa. Yoona tidak perduli. Biasanya para tetangga mereka hanya mau tahu saja. Mereka sangat suka berkomentar tanpa memberi solusi dan itu menyebalkan.

“Oh ya siapa laki – laki ini? dia tampan sekali.” Perhatian ahjumma Kwon beralih. Ia terkagum – kagum layaknya seorang fans girl di acara konser idola. Seorang lelaki bernama Lee Donghae adalah penyebabnya. Ahjumma Kwon lantas menatap Donghae dan Yoona bergantian.

“Dia kekasihmu?” Ahjumma Kwon terdiam sejenak memasang wajah ala detektif, tiba -tiba Ia berjegit membayangkan sesuatu,  “Ya ampunn.. jangan – jangan hubungan kalian tidak direstui ya? Omonaaa, kasihan sekali, padahal kalau dilihat – lihat kalian serasi.” Komentarnya berapi – api. Lagi – lagi Yoona menghela napas, sementara Donghae membulatkan mata…

Ahjumma Kwon mengelus punggung Yoona lalu berkata, “Ya ampun, ahjumma turut prihatin. Sudahlah jangan diambil hati. Lama – lama juga kakakmu akan luluh. Buktikan saja padanya kalau kalian saling mencintai.”

Donghae ingin tertawa menanggapinya tapi keadaan seperti ini tidak ada lucu – lucunya sama sekali. Donghae membenturkan keningnya dipermukaan kaca mobil selagi  memejamkan mata.

Yoona mengangguk – angguk, “Nde ahjumma kamsamnida.” ucapnya meringis ditengah harapannya agar ahjumma itu cepat – cepat enyah dari hadapan mereka. Yoona agak risih menghadapi kemunculannya yang tiba – tiba berubah menjadi pujangga cinta.

“Serasi? Serasi apanya?” gumam Yoona menatap kepergian ahumma Kwon, wajahnya berkerut – kerut meruntuk, “Hoeekk..” Yoona memutar bola matanya, mual. Gadis itu menyisahkan tatapan terakhirnya untuk Donghae. Lelaki itu menangkis dengan wajah tidak terima. Yoona memanyunkan bibirnya masa bodoh kemudian berbalik pergi dari sana.

Mengingat sesuatu yang terlupa Yoona pun menoleh kebelakang. Kebetulan sekali Donghae belum  sempat mengalihkan tatapannya.

“Oh ya… seandainya aku berhasil membujuk kakakku, kau harus mempersiapkan gaji dimuka untukku seperti yang kau janjikan itu, Lee Donghae-ssi.”

Donghae terkekeh, “Kita lihat saja nanti Miss. Dollar.” Usai mengucapkannya tanpa ekspresi lelaki itu beranjak membuka pintu mobil, menatap Yoona sebentar hingga akhirnya masuk dan melenggang kedalam mobil.

Gigi Yoona bergemeletuk, tatapannya menajam seiring laju napasnya yang meningkat drastis, Yoona geram tidak terkendali mengingat bagaimana lelaki itu berbicara  dengan semena – sema,  Apa?! Miss. Dollar?

………………

“Kau bermimpi? jangan harap Eonnie akan menyetujuinya Yoona.” Boa tetap kekeuh dengan pendiriannya meski pun Yoona sudah  menjelaskan bahwa Donghae bukanlah anggota gembong perdagangan wanita. Sampai-sampai Yoona menunjukkan profil Donghae pada situs perusahaan Lee Price company. Tidak ketinggalan Yoona juga menceritakan panjang lebar mengenai kasus yang menimpa keluarga Sehun, anak berusia enam tahun juga tanggung jawab yang diemban Donghae untuk melindungi keponakannya. Wanita itu memasang tampang malas ketika adiknya bertubi – tubi memohon. Boa tetap bertahan dengan posisinya saat ini melipat kedua tangannya dan duduk dengan angkuh diatas sofa.

“Eonnie, kesempatan ini tidak datang dua kali.” Yoona berlutut didepan kakaknya sambil terus memohon – mohon. Biasanya dramatisasi seperti ini cukup berhasil meruntuhkan tembok pertahanan Boa, tapi kali ini tampaknya Ia harus memikirkan cara yang lebih ekstrem.

“Eonni, ketahuilah jika Eonnie melihat sendiri betapa malangnya anak itu. Sehun, dia hanyalah seorang anak kecil berusia enam tahun. Saat ini banyak pihak yang mengincarnya karena harta warisan almarhum ayahnya jatuh ketangan anak itu. Bahkan Sehun kerap kali hampir celaka karena pihak – pihak yang mengincar nyawanya berkeliaran menunggu kesempatan agar bisa menculik atau melukainya—“ Yoona sesak napas tidak jelas, otaknya terus berputar mencari kisah lain, “Dan kalau Donghae tidak segera mengambil jalan adopsi, Sehun bisa saja jatuh ke tangan orang – orang jahat itu.”

Boa tampak mengutip lewat tatapannya, dan saat itulah kepercayaan diri Yoona bertambah.

“Sehun akan menderita… dan aku tidak mungkin membiarkannya.  Aku sangat menyayangi anak itu. Asal Eonni tahu Sehun juga yatim piatu seperti kita dan aku sudah menganggapnya seperti adikku sendiri.” Yoona yakin jika sudah menyinggung kata ‘yatim piatu’ kakaknya itu tidak akan tega. Yoona lalu berusaha mendorong air matanya akan tetapi butiran itu seolah mengering. Akhirnya ia memilih sesanggukan tapi rasanya aneh. gadis itu terdiam untuk berpikir, ini terdengar seperti dirinya butuh inhaler.

“Dia bisa mencari wanita lain Yoona.”

Yoona bergeleng dengan wajah putus asa. “Belum tentu wanita itu menyayangi Sehun sepertiku, bisa saja wanita itu hanya mengincar hartanya saja kan? Ya, aku memang baru seminggu mengenal Donghae tapi aku seperti memiliki ikatan batin dengan Sehun. Eonnie.” Ungkapnya sedikit melebih – lebihkan. Seminggu? Seminggu apanya…

Yoona mencibir pikirannya sendiri kemudian melanjutkan, “Lagi pula kita juga membutuhkannya Eonni. Menurut Eonni dari mana kita bisa mendapatkan uang untuk membayar sewa rumah? Aku harus mengambil pekerjaan itu Eonni, menjaga Sehun dan mengadopsinya.”

Hembusan napas kakaknya begitu rapuh ditelinga. Batin Yoona menggebu – gebu, pasti sebentar lagi kakaknya akan luluh.

“Lalu bagaimana kalau setelah menikah kau malah dipengang – pegang olehnya?” Tatapan Boa penuh prasangka, Yoona buru – buru menepis.

“Itu tidak akan terjadi. Aku ini pandai berkelahi, apa Eonnie lupa?”

“Itu belum bisa menjadi jaminan.”

Yoona mengernyit. Penyangkalan Boa mendorong otaknya berpikir ulang. Selama ini Yoona berpikir keahliannya menghadapi penjahat bisa Ia andalkan untuk melindungi dirinya dari sentuhan – sentuhan lelaki hidung belang. Yoona tidak mengerti dengan jaminan yang dimaksud oleh kakaknya.

Hening menyerbu. Boa mengisi waktu hening diantara mereka, mengamati wajah kebimbangan Yoona. Bibir tipisnya lalu menggoreskan seringai, “Bagaimana kalau seandainya kau tertarik padanya sedangkan dia tidak tertarik padamu? Bagaimana kalau pria kaya itu hanya memanfaatkanmu untuk kesenangannya saja? Bagaimana kalau lelaki itu malah termakan oleh nafsunya lalu berbalik mencampakanmu setelah Ia berhasil merenggut sesuatu…”

Yoona mulai keringat dingin memikirkan anggapan Boa. Pernikahan mereka bukanlah pernikahan seperti acara sakral pada umumnya. Yoona tidak terlalu memikirkan hal – hal semacam itu. Ia mencamkan sebisa mungkin untuk tidak mengharapkan sesuatu yang lebih. Yoona cukup sadar diri bahwa posisinya sebagai istri hanya sebatas profesionalitas pekerjaan.

“Menurutku prasangka Eonni terlalu jauh.” Sangkalnya.

“Bukan masalah terlalu jauh. Eonni hanya mencoba berpikir panjang.”

Yoona terdiam mencerna kalimat Boa. Gadis itu menarik napas lalu menghembuskannya sekali, “Eonnie perlu jaminan? Baiklah.” Yoona memejamkan mata selagi memikirkan sesuatu, “Aku akan menyerahkan semuanya kepada Eonnie,”

Sebuah solusi tercetus begitu saja didalam kepalanya. Yoona tidak tahu bagaimana pikirannya yang sudah buntu tiba – tiba dianugerahi oleh inspirasi mencengangkan semacam ini. Yoona pernah menonton sebuah drama yang berkisah mengenai coretan hitam diatas putih sebagai jaminan pemecahan masalah. Mungkin… berawal dari situlah ide ini menetas…

 “Apa?”

Bibir Yoona menggoreskan lengkungan sempurna, dengan mantap ia berkata, “Eonni bisa menulis surat perjanjian mengenai apa yang tidak boleh kulanggar. Aku tidak akan memprotes apa pun peraturan Eonnie didalam surat itu. Aku akan melakukannya dengan sepenuh hati asalkan Eonni berjanji memperbolehkanku menikah dengannya.”

“Apa pun?”

Yoona menggangguk antara pasrah dan yakin, “Ya, apa pun itu.”

Boa mengamati wajah Yoona, wanita itu mengerjap beberapa kali. “Sepertinya kau benar – benar yakin dengan keputusanmu. Baiklah tunggu sebentar.”

Boa bangkit dari sofa. Lantas wanita itu melenggang kedalam kamar. Yoona menatap kepergian kakaknya dengan wajah bertanya – tanya. Yoona tidak ingin berpikir yang bukan – bukan. Ia memutuskan menunggu kedatangan Boa dengan tiduran di sofa. Yoona menguap lebar. Sudah lewat dari sepuluh menit namun kakaknya belum juga menampakkan batang hidungnya. Kedua mata Yoona sayup – sayup menahan kantuk. Baru saja pikirannya memasuki alam bawah sadar, bunyi langkah kaki tiba – tiba mengusik pendengarannya.

“Ck, baru saja ditinggal sebentar…” Boa menatap prihatin. Adiknya malah enak – enakan tidur di sofa. Yoona yang menyadari kehadiran Boa bergegas membenahi posisinya. Gadis itu duduk seraya menggaruk – garuk kepalanya.

“Nde Eonni…” Yoona nyengir lebar kearah Boa yang kini berkacak pinggang.

“Ini..” Boa menyodorkan selembar kertas kearahnya. Yoona mengangkat alis bingung. Ia lantas meraih kertas itu.

“Apa ini?”

“Peraturan yang kau minta.”

Bola mata Yoona bergerak menyusuri kata perkata didalam kertas itu. Dahinya mengeryit ketika menerjemahkan kalimat didalam sana. Bibir bawah Yoona mencebik setelahnya.

Boa berdehem, arah pandang Yoona seketika beralih. Boa melipat kedua lengannya memperingatkan, “Apabila salah satu peraturan itu kalian langgar dan memunculkan dampak yang berakhir fatal, aku tidak akan segan-segan mematahkan kedua kaki lelaki itu. Jangan kaget kalau aku juga akan mengamuk dan menuntutnya sampai ke neraka,  dan untukmu, tidak ada lagi toleransi. Aku akan mengurungmu didalam kamar selama berbulan – bulan jika terbukti melanggar, ingat itu?!”

Yoona menelan ludah, peringatan kakaknya itu bagaikan mimpi buruk yang siap menjadi momok mengerikan sepanjang hari. Tapi sekali lagi Yoona tidak perduli, toh pernikahan itu hanya sebatas tameng akal – akalan saja. Yoona merasa tidak perlu bersikap paranoid seperti kakaknya, Justru ia harusnya senang menerima besaran gaji yang ditawarkan lelaki itu. Lagipula setelah lelaki itu berhasil meringkus penjahat yang mengejar – ngejar Sehun, mereka akan segera bercerai dan Ia akan menerima kompensasi, ya kompensasi…

Tatapan Yoona bergejolak penuh ambisi, “Oke, tidak masalah.”

…………..

Langkah kakinya berhenti di depan sebuah gedung tinggi yang kira – kira lebih dari dua puluh lantai. Yoona mencocokkan alamat yang tertera dikartu nama lelaki itu, lalu menatap sekali lagi nama gedung tinggi dihadapannya. Tanpa menunggu waktu lama, Yoona masuk kedalam gedung, Ia menaiki lift dan berhenti di lantai lima belas. Yoona keluar dari lift bersama para pekerja yang berlalu lalang. Gadis itu celingukan kesana kemari. Jujur ini pertama kalinya Yoona memasuki gedung elit seperti ini ketika biasanya Ia lebih sering menyambangi ruko.

“Maaf, apakah benar disini kantor Lee Price company ?” Yoona menyambangi seorang wanita dibalik meja, sepertinya dia resepsionis.

“Iya benar, ada perlu apa?”

Yoona menyibak poninya kebelakang, Ia maju selangkah. Pinggangnya lalu bersandar di permukaan meja, lengan kirinya bersanggah diatasnya. Yoona menghela napas menatap sang resepsionis yang tampaknya mulai risih, “Im Yoona imnida. Saya ingin bertemu dengan Lee Donghae.” Jawab gadis itu sembari mengetuk – mengetuk meja dengan telunjuknya.

Resepsionis bersanggul itu terdiam sejenak. Matanya menyusuri penampilan Yoona dari atas kebawah. Yoona mengikuti arah tatapan wanita itu dan mengangkat bahu.

“Kenapa?” tanyanya tak acuh. Resepsionis itu tersadar dari lamunannya, Ia bergeleng, “Tidak, tidak apa – apa Nona. Apakah anda sudah membuat janji ?”

Yoona memutar bola matanya, “Sudah.”

“Jadi sekarang dimana Lee Donghae?” untuk kesekian kali Yoona bertanya. Resepsionis itu membisu dengan wajah kebingungan yang kentara. Yoona terkekeh menatap tingkahnya. Ia beralih memutar – mutar ujung rambutnya yang tergerai sebahu. Sekian detik berlalu Yoona menguap bosan ditengah penantiannya yang tidak berujung. Kebosanan itu nampaknya telah mendorong kepekaan Yoona terhadap sesuatu yang luput dari perhatiannya selama ini. Oh, my, Gosh, Yoona mencibir rambutnya sendiri. Benarkah ini rambut? Sepertinya bukan… benda ini lebih mirip sabut kelapa. Yeah, bahkan sampai detik ini Ia belum sempat menyisirnya.

Setelah mengetahui pekerjaan itu, Boa sudah tidak mau ambil pusing, apalagi ketika mendengar bahwa Ia akan menemui Donghae. Kakaknya tidak lagi berselera mengomentari masalah penampilan. Yoona pergi memakai apa saja yang ia suka. Kemeja kotak – kotak merah dengan kancing terbuka dari atas kebawah, memamerkan tanktop abu – abu super ketatnya, celana jeans belel , sepatu snekers butut dan tas selempang. Mungkin kakaknya yang over protective itu akan langsung menari ballet jika saja Ia diusir dari sini.

Belum ada jawaban, Yoona berdehem. “Berapa hari lagi yang anda butuhkan untuk menjawab pertanyaanku Nona, Shin Bo Young?” ucapnya mengeja name tag wanita itu dengan sedikit penekanan.

Wanita itu gelagapan. Yoona mulai berpikir, mungkin ada yang salah dengan pendengarannya.

“Apakah pertanyaanku kurang  jelas atau… perlu kuulangi?”

“Aniyo.. “ jawabnya menggeleng, “Sajangnim sedang ada pertemuan di luar, anda bisa menunggunya.”

“Berapa lama?”

Sekian lama memperhitungkan, wanita itu menjawab, “Kira kira dua jam lagi—“

“Dua jam ?!!!” Mata Yoona terbuka lebar – lebar. Padahal Yoona sudah menelpon lelaki itu sebelumnya untuk membuat janji. Sekarang ini, selain ponselnya yang tidak aktif sang presdir juga sudah berani mangkir dari tanggung jawab !

“Atau anda ingin menunda pertemuan itu sampai besok—”

“Tidak.” Gadis itu menegaskan, “Aku akan menunggunya disini !”

Yoona melemparkan tubuhnya duduk diatas sofa tepatnya didekat meja resepsionis. Matanya tidak sengaja melirik sebuah majalah diatas meja. Yoona meraih majalah itu. Ternyata majalah itu berisi informasi tentang bisinis, peluang investasi, fluktuasi saham dan lain – lain yang tidak Ia mengerti. Lama  kelamaan huruf – huruf yang tercetak didalam sana mengabur sepenuhnya. Kedua mata Yoona terkatup – katup seperti ada magnet yang menariknya setelah itu Ia tidak merasakan apa – apa lagi kecuali sensasi melayang – layang dialam mimpi.

…………

“Sepertinya tuan Hwang setuju untuk menjual tanahnya.”

“Baiklah kalau begitu atur pertemuan dengannya.”

“Nde sajangnim.”

Memacu langkah seribu, Donghae keluar dari pintu lift. Seorang wanita mengikuti dibelakangnya sembari melayangkan sejumlah pertanyaan tertentu yang dibalas Donghae dengan sepatah dua kata. Wanita yang mengekorinya buru – buru mencatat.

Bagaikan tersengat radar aneh, pandangan Donghae berpaling seketika menuju bangku sofa di samping meja resepsionis. Langkah Donghae berhenti mendadak begitu pula dengan wanita dibelakangnya. Wanita itu menoleh bingung.

“Kembali saja ke ruanganmu, kita bicara nanti.” Perintah Donghae kepada seorang wanita yang juga sekertarisnya. Wanita itu menganguk patuh, ia membungkuk pamit usai  kemudian berjalan mendahului sang atasan.

Donghae berjalan menghampiri seseorang yang sepertinya familiar. Semakin langkahnya mendekat, identitas orang itu kian benderang. Donghae menghentikan langkahnya tepat dimana sang wanita berkemeja kotak – kotak itu duduk bersandar dipunggung sofa dengan kedua mata terpejam. Donghae menerbangkan napasnya di udara usai mematiskan bahwa gadis itu benar – benar tertidur pulas. Bahkan ditengah para karyawan yang berlalu lalang, ia masih sempat – sempatnya mendengkur.

“Im Yoona-ssi.” Panggil Donghae disertai penekanan. Lelaki itu berdecak, Ia kembali memanggil ketika tidak ada reaksi. Donghae menaikkan intonasi suaranya. Terhitung sudah panggilan ketujuh gadis itu belum juga bergerak.

Lelaki itu berdecak. Kali ini tidak ada lagi toleransi. Donghae menendang – nendang sneakers Yoona, “Im Yoona-ssi, sttstt.. Im Yoona..”

Yoona meleguh atas senggolan yang mengenainya. Gadis itu hanya bergumam tidak jelas. Donghae pikir gadis itu akan terbangun tapi rupanya tidak. Yoona tetap seperti itu melanjutkan gaya tidurnya yang seperti orang mati.

Donghae geram bukan main. Lelaki itu menengok kesana kemari. Ia tidak menyangka bahwa orang-orang yang tengah berlalu lalang menjadikan mereka tontonan. Bahkan seorang resepsionis membidik mereka dengan tatapan penuh gossip. Donghae mengangkat dagu kearah resepsionis itu lalu ditanggapi dengan ekspresi penyesalan.

Donghae berdehem penuh wibawa. Jemarinya lantas berpindah menyibak rambut Yoona yang berserakan memenuhi wajah, menggiringnya kebelakang telinga. Kasar sekali… Donghae memandang prihatin sekaligus kasihan.  Memangnya dia semiskin apa sampai – sampai tidak  mampu membeli shampoo?

Ketika sibuk menyingkirkan beberapa anak rambut, gerakan tangan Donghae berhenti di udara. Tatapan lelaki itu jatuh menuju bibir merah Yoona. Bibir itu bergerak perlahan menggumamkan sesuatu. Donghae terpaku, entah karena penasaran dengan apa yang digumamkan gadis itu ataukah karena sesuatu yang lain. Sesuatu yang tiba – tiba memancing debaran aneh di jantungnya…

“Kyaaaaa berhenti !!” teriak gadis itu mengangkat tangannya tiba – tiba membuat Donghae terlonjak. Posisi duduk Yoona tegak lurus tapi tidak dengan matanya yang tertutup rapat. Gadis itu berteriak heboh seperti ahjumma yang baru saja tercebur kolam. Donghae memiringkan wajahnya tidak habis pikir. Selain konsentrasi tidurnya yang tahan gempa, cara mengigaunya juga tidak luput dari kata luar biasa aneh. Benar – benar gadis mengerikan, tingkahnya itu… dia pasti sedang kemasukan roh halus.

“Kajima ! jangan loncat ke jurang itu ?!” Yoona menutup kedua telinganya lalu menjerit keras. Donghae merasakan pandangannya berputar – putar menahan jeritan itu. Dahinya mengernyit.

“Huaaa ada penjahat dibelakangmu, Ohtokhaeee?!” Yoona menunjuk sesuatu dibelakangnya. Donghae menoleh mengikuti telunjuk Yoona. Lelaki itu mendesah. Mau tidak mau ia harus melakukan ini ; Donghae mencapit kedua pipi gadis itu lalu menggoyang – goyangkan wajahnya kekanan dan kekiri. Gerakan bolak balik itu dikerahkannya terus menerus hingga tiba dimana kelopak mata gadis itu terbuka sayup – sayup.

Yoona terbangun. Mata gadis itu mengerjap kearah tangan Donghae yang mencengkeram wajahnya. Sementara Donghae yang hendak membombardir dengan kata – katanya justru mematung ditempat. Pandangan lelaki itu terpaku kearah tangannya yang mencapit bibir Yoona hingga terdorong sejauh tiga senti kedepan. Donghae menelan ludah.

Bibir itu sepertinya, manis… ~deg.. deg.. deg.. ~ Ya Tuhan sadarlah Lee Donghae ?! Dia hanya seorang gadis biasa !

Donghae bergeleng menepis pikirannya yang sudah melalang buana. Lantas Ia berpindah menancapkan ujung telunjuknya diatas kening Yoona, kemudian menekan kepala gadis itu kebelakang hingga menyentuh punggung sofa, “Aku tidak punya banyak waktu untuk menanggapi halusinasimu.” Cetus Donghae mengetuk – ngetuk kepala Yoona dengan telunjuknya. Kemudian Lelaki itu berbalik badan, ia sedikit menolehkan wajahnya lalu menghimbau, “Sekarang ikut aku. Kita selesaikan urusan ini secepatnya lalu segeralah pergi dari sini.” Donghae bergegas melangkah usai menyelesaikan kata – katanya yang menusuk seperti pedang es. Lelaki itu melenggang bebas tanpa memperdulikan gadis yang  terpaku dibelakangnya.

Yoona terperangah tidak percaya menatap kepergian lelaki itu. Otaknya yang belum sepenuhnya pulih terpaksa memutar ulang kejadian beberapa jam lalu. Dan Yoona semakin pusing  membayangkan kenyataan ini. Ada apa dengannya ? kenapa malah orang itu yang PMS ? Kalau bukan karena uang, manusia.. tidak, jangankan manusia, seekor tupai pun tidak akan sudi berlama – lama di tempat membosankan seperti ini, cih…

………..

Kehadiran Yoona disambut oleh ruang kerja Donghae yang sejuk dan wangi. Udara yang berhembus dari balik pintu menyerbu wajahnya hingga Yoona tergugah untuk menarik napas dalam – dalam. Suasana didalam ruang yang  sepi dan tenang. Yoona bahkan bisa mendengar derap langkahnya sendiri. Gadis itu berpaling kebawah. Lantai mengkilap juga licin seketika memantul dipermukaan matanya yang berbinar – binar. Pandangan Yoona menjelalah kesekeliling bagian lain. Jendela besar terpajang di bagian sisinya menampakkan pemandangan ibu kota, warna dindingnya putih bersih tanpa cacat dan noda layaknya istana di negeri dongeng. Yoona berdecak. Ini hanyalah ruang kerja tapi luasnya bisa mencapai tiga kali lipat melebihi rumahnya sendiri.

Usai memeriksa berlembar – lembar kertas didalam map, Donghae beranjak dari kursi kebesarannya. Ia berjalan kearah jejeran sofa kemudian meletakkan map yang dipegangnya keatas meja didepan sofa itu.

Donghae mendaratkan tubuhnya diatas sofa lalu duduk santai dengan kedua sikutnya bertumpu diatas paha. Seseorang itu belum juga menampakkan batang hidungnya, Donghae menatap Yoona dengan alis terangkat, “Mau sampai kapan kau berdiri disitu, Nona?”

Yoona tersadar otomatis, sosok Donghae yang menunggunya didepan sana meyebabkan moodnya lagi – lagi berantakan. Belum apa – apa, wajah Donghae sudah angkuh, dingin dan menyebalkan. Tubuh Yoona sontak lemas tidak bertenaga. Gadis itu berjalan mendekatinya selagi bersungut – sungut.

Yoona memilih sofa didepan Donghae, mendudukinya selagi bersilang kaki. Hawa diantara mereka semakin panas mendorong keinginannya untuk cepat – cepat keluar dari sini.

“Jadi mana? Mana yang harus kutandatangani?”

“Ini.” Donghae menyodorkan map terbuka didepan mata Yoona.

“Apa?”

“Kontrak kerjamu. Kau tidak mau membacanya ?”

Yoona meraih map itu malas – malasan. Ia bisa melihat dari jarak setangah meter, paragraph – paragraph  panjang berderet dari atas kebawah. Yoona menyusuri isi dari kertas itu, bola matanya seakan berputar – putar.  Rasanya Ia ingin sekali mengibarkan bendera putih. Yoona mendesah lalu menutup map itu tiba – tiba.

“Aduh panjang sekali. Aku pusing membaca tulisan – tulisan seperti ini. Maklumlah otakku ini jarang dipakai berhadapan dengan kalimat rumit dan sejenisnya. Jelaskan saja padaku langsung ke- inti.”

Donghae mengamati wajah kelesuan Yoona, lelaki itu menyipit; Tepat sekali otaknya pasti sudah dipenuhi lumut.

“Ada beberapa tugas yang harus kau kerjakan.” Jelas Donghae tersenyum singkat, “Beberapa diantaranya adalah menjaga dan mengawasi Sehun, menemaninya sepanjang waktu baik itu waktu makan, tidur, sekolah dan sebagainya. Kau juga harus pintar – pintar memainkan peranmu sebagai ibu dan istri yang baik didepan semua orang.”

Yoona mengangguk – angguk mengerti, “Aku sudah bisa memperkirakannya jadi kupikir hal itu mudah bagiku.” Ujarnya enteng. Yoona tersenyum, hitung – hitung menanggapi senyum Donghae yang tadi, lalu Ia menambah. “Aku juga punya peraturan yang butuh perhatian.” Yoona mengeluarkan selembar map dari dalam tas selempangnya kemudian berkata, “Agar setimpal, aku akan menjelaskannya saja langsung ke inti.”

“Tidak masalah.” Donghae mengangkat bahu.

Yoona menatap Donghae serius kemudian mulai menghimbau,  “Baiklah tidak perlu muluk – muluk, intinya semua berdasarkan profesionalitas semata, kedua belah pihak tidak boleh mencampuri urusan pribadi masing-masing. Selain itu  ada beberapa hal yang tidak boleh dilanggar. Pertama, Yoona mengingat – ingat, “No phsycal contact.”

Persyaratan pertama tidak langsung menerima tanggapan. Donghae tampak menimbang – nimbang lalu tatapannya membidik dengan penuh perhitungan, “Kurasa itu agak sulit.”

“Kenapa?”

Intonasi Donghae seolah tidak tergoyahkan ketika mencetus, “Karena aku berencana menyembunyikannya dari keluargaku.”

“Maksudnya keluargamu tidak akan tahu bahwa pernikahan ini hanya sebatas perjanjian begitu?”

Lelaki itu mengangguk sekali, “Kira – kira begitu.” Ucapnya memperjelas, “Aku ingin kita berpura – pura didepan mereka.”

Bola mata Yoona menyebrang kesana kemari. Kebingungan, kecemasan dan segala prasangka bergerumul jadi satu didalam tatapannya.

Donghae sudah menduga, Yoona akan berpikir yang tidak – tidak maka sebelum pikiran gadis itu berkelana melebihi batas wajar, Ia  lebih dulu mengutarakan alibi,  “Yoona-ssi, asal kau tahu selain di lingkungan keluarga almarhum ayah Sehun, aku juga sedang mencurigai masuknya mata – mata dilingkungan keluargaku. Aku harus mencegah bocornya tujuan pernikahan kita yang sebenarnya. Jangan sampai mata – mata itu mengetahuinya atau kenyataan itu bisa saja dimanfaatkan oleh pihak – pihak yang tidak bertanggung jawab.”

Ya ampun apa lagi ini? kenapa dia malah mencurigai keluarganya sendiri ? Rasa – rasanya kehidupan lelaki itu sudah seperti benang kusut, serupa dengan wajahnya… Yoona meruntuk didalam hati selagi menimbang – nimbang. Pekerjaan ini layaknya sandiwara, sudah sepantasnya berjalan dengan kebohongan yang mulus. Ia hanya memerlukan bumbu – bumbu kebohongan tanpa adanya campur tangan perasaan. Yoona menyadari sepenuhnya bagaimana sandiwara itu dan ia sudah memutuskan.

“Oke tidak masalah, selama itu demi tuntutan pekerjaan, bukan disengaja apalagi cari – cari kesempatan.”  Yoona mengangguk setuju lantas mengalihkan pembicaraannya menuju topik lain,  “Aku lanjutkan ya. Peraturan kedua, No sex.”

Donghae terkekeh, dengan entengnya lelaki itu menyombongkan diri, “Memangnya siapa juga yang mau melakukannya denganmu.”

“Baguslah, kalau begitu aku tidak perlu menghawatirkannya.” Tanggap Yoona mengangkat bahu tidak mau ambil pusing. Gadis itu sudah mempersiapkan segalanya, kalau sampai Donghae punya keinginan melanggar salah satu aturan maka Ia tidak akan segan – segan menendang bokongnya dari atas gedung pencakar langit.

“Dan Peraturan yang terakhir, No falling in love.” Yoona melanjutkan, mudah saja menurutnya. Mereka memang tidak punya perasaan apa – apa. Kalau dipikir – pikir kakaknya berlebihan sekali sampai – sampai mencetuskan ketiga larangan itu yang menurut Yoona sangat konyol.

Yoona menguap bosan, menunggu Donghae menyetujui persyaratannya sama saja dengan menunggu kapan kakaknya yang  hampir menginjak kepala empat menikah. Yoona hampir lupa, mungkin Boa tidak suka dilangkahi oleh adiknya, karena itulah kemarin Ia menyerang Donghae, apalagi setelah mengetahui bahwa pernikahan ini hanya sebatas sandiriwara. Boa mungkin sakit hati karena acara sakral yang selama ini diimpi – impikannya, berubah menjadi ladang Won ditangan adiknya sendiri.

“Kenapa? Kok diam?” Yoona menggaruk – garuk  kepalanya mencibir. Tampak didepan sana lelaki itu sibuk bergeming ditemani lamunannya. Batin Donghae seperti dilanda peperangan. Yoona cukup bisa menerka isi kepala seorang lelaki yang nampak bimbang sepertinya… gadis itu  menyeringai sembari mengamati wajah Donghae dengan mata menyipit.

“Jangan – jangan… kau diam – diam menyukaiku yaa ?” tudingnya penuh curiga.

Donghae mendelik dengan wajah terkejutnya seolah baru saja tersengat listrik. Yoona tersenyum puas. Gadis itu mengangkat dagunya dengan pogah menantang lelaki dihadapannya untuk buka suara.

“Percaya diri sekali.” Donghae berdecak, memalingkan wajahnya sebentar lalu menatap remeh.

 ‘Uh yeah?’ Bibir gadis itu mengeja tanpa suara menegaskan sesuatu yang menakjubkan, ‘J-i-n-j-a-y-o?’

Donghae mengangkat alisnya tinggi – tinggi, “Aku hanya sedang berpikir dari mana datangnya peraturan mustahil yang kau tuliskan itu..”

“Tauk.” Yoona mengangkat bahu, “Tanyakan saja pada kakakku kalau berani.” sambungnya menjulurkan lidah.

Gerak gerik Donghae mulai menunjukkan tanda – tanda kegelisahan, lelaki itu seolah mencari kata – kata yang pas  untuk menanggapi tantangan Yoona,  sayangnnya tidak ada.

‘Kena kau,’ Yoona bersorak dalam hati.

“Sekarang mana kertasnya?! Sini, biar kutandatangani.” Donghae mengulurkan tangannya, tiba – tiba ia tidak berselera membahas masalah kakak Yoona.

Yoona mengulum tawanya, Ia ingin sekali menertawakan sikap Donghae yang seolah mati kutu. Kakaknya memang ganas dengan siapa pun yang berani menyulut kemarahannya. Tidak jarang Yoona harus menanggung amukan Boa jika dirinya terbukti berbuat ulah, melompati pagar tetangga dan lain sebagainya. Apalagi di saat kakaknya menganggur, Yoona yang dulu merasa kurang diperhatikan kini lebih sering menghadapi ceramah kakaknya sepanjang waktu.

“Ini. Kau juga perlu menandatangani kontrak dariku, Yoona-ssi.” Selesai menandatangani perjanjian Yoona, Donghae mendorong map yang berisi kontrak kerjanya kearah Yoona.

Gadis itu meraih pulpen pemberian Donghae, lantas membubuhkan tanda tangannya  diatas selembar kertas putih dengan tegas. Yoona menutup sampul map itu lalu menatap Donghae penuh percaya diri.

“Ini simpan baik – baik.” Donghae mengembalikan map Yoona. Gadis itu meraihnya lalu mengintip tanda tangan lelaki itu dibalik map. Tanda tangannya besar panjang disertai penakanan berlebihan. Sifatnya pasti sangat bossy. Yoona mencebik.

“Karena kau sudah menandatangani kontrak kerjanya, berarti aku berkewajiban memerintahmu sesuai tuntutan pekerjaan.” Tandasnya. Yoona menggangguk pelan. Tanpa Donghae menjelaskan, ia juga sudah mengetahuinya.

“Jangan hawatir soal gaji, aku akan mengirimkannya langsung kerekeningmu malam ini.”

Yoona memainkan bibir bawahnya selagi berpikir, “Bagus, itulah yang kutunggu – tunggu.” Gadis itu menyeringai, “Jadi aku sudah boleh pergi kan?” Yoona hendak beranjak namun gerakannya tertahan oleh interupsi Donghae, “Yak, siapa yang menyuruhmu pergi ?”

Yoona terperangah menuntut penjelasan, “Kau yang memerintahku sebelum ini ! kau bilang… ekhmm… ‘Sekarang ikut aku. Kita selesaikan urusan ini secepatnya lalu segeralah pergi dari sini’. ” ungkapnya menduplikat perkataan Donghae yang sedingin es beberapa saat lalu.

“Aku tidak pernah mengatakannya.” Donghae menjawab tanpa ragu. Bola mata Yoona berputar 180 derajat lalu mengamatinya selagi berpikir, mungkin… kebanyakan para pebisnis berbicara dengan wajah meyakinkan seperti ini, tidak jarang penipu juga banyak yang mengaku – ngaku sebagai pebisnis karena mereka sama – sama meyakinkan.

“Owh tidak pernah ya?” Yoona mendesah malas, “Apakah aku harus mengangkat gedung ini dan membenturkannya dikepalamu? Jelas – jelas tadi kaulah yang menginginkanku cepat- cepat pergi setelah penandatanganan kontrak.”

Lelaki itu memajukan wajahnya, “Nona, sudah kukatakan aku akan menyuruhmu pergi sampai urusan kita selesai, tapi bukan berarti kau boleh pergi begitu saja.”

“Ya, Urusan yang kau maksud itu hanya penandatanganan kontrak, bukan?” ralat Yoona mengeja kata – perkata.

“Tidak seperti itu.”

“Apa?”

“Kau harus melakukan tugas pertamamu…”

Yoona tidak mengerti. Gadis itu mengernyit ketika menyadari tatapan lekat Donghae memacu kearahnya.

……TBC……

Penulis:

nyanya nyinyi nyonyo :p

80 tanggapan untuk “FF YoonHae – Sweet Legacy Part 3

  1. Makin tambah seru aja
    Apalgi dgn karakter mereka
    Donghae sich ngga mau dgr yg d blg yoona eoni
    Jdi kena getah nya sendri
    Ngga sabara dgn khdupan mrka nanti
    D tnggu chap slnjtny
    Fighting:)

  2. Daebakkk smoga aja yg prtma jtuh cinta donghae n ngaku k eonninya yoona klw dia mulai jtuh cnta sma yoona 😁😁next thor hwaiting 🙂

  3. ceritanya makin seru..
    jd penasaran sama kehidupannya yoonhae nanti setelah menikah “pura pura”nya itu hahaa 😀
    next ditunggu thor 🙂

  4. Eaakkkkk.. BoA sangar banget dah.. Awalnya pnuh minat lma2 jdi singa 😀 Hae udh ada perasaannya sma yoong.. Peraturan dri kknya yoong, pasti lama2 dilanggar deh.. Apalagi yg ktiga , hae aja mikirnya pnjang 😀 Wah yoong hrus laksanain tgas pertmanya,, apa itu??

    Next.. Fighting eonni 🙂

  5. suka karakter BOA unnie yg melindungi YoonA dari sentuhan2 pria …
    Tugas pertama apa yg akn diberikan Donghae untuk YoonA yahh ? penasaran unnie ditunggu next’a …

  6. Astga lht tingkhnya yoonhae bkin senyum2 sndri wlu mreka berdua cm berargumen tp lucu ja lhtnya hehe.jd gak sbr pungin cpt lht mreka nikah.n pingin lht interaksi yoona ma sehun hehe
    Ngakak pas bca hae dipukuli ma boa.mknya lox lum tau kakaknya yoona jd percya ma omongannya yoona.org yoona ja klh ma kakaknya pa lg org asinv.kna kn btunya hahaha
    Ditunggi nextnya saeng.jgn lm2 ya al y mkin seru crtanya hehe

  7. sepertinya DH udah mulah suka sm Yoong, tapi yoong masih cuek bgt kkk~ duh BoA unnie surat perjanjiannya sepertinya sangat sulit 😭 Next part juseyooo unnie~ fighting😊

  8. Yah ko TBc sih,org mash srius baca juga hiihi..,
    makin seru,ngbayangin gaya’y yuna ko lucu.jgn lama2 lanjutan’y ya unn

  9. BOA ganas bgt….wkwk kasihan hae kena pukul sapu ijuk
    Kira2 yoong di suruh ngpaen ? mgkn ngrubah penampilannya g
    Nexttt

  10. Wkwkwkkkk……boa klou ngamuk kaya macan….. Tugas pertama yoona apa ya? Kayanya memperbaiki penampilannya ni…..Lanjut thor

  11. Yahhhh, ko tbc sih :3 kan mau tau tugas pertamanya apaan. Btw boa eonni bner2 sadis amat yak. Mengerikan haha.
    Next nya dtunggu eon 🙂

  12. haha yg sbr ya haepa kena pukul sama boa oenni(galak bngt),,seru akhirnya yoong oenni sama haepa mau nikah walaupun cuma pura”..
    lanjut ya oenni fighthing^^

  13. wah donghae mau ngasih tugas pertamanya yg harus di jlanin yoona, kira-kira apa ya tugas di diberikan donghae untuk yoona???

    next partnya di tunggu chingu

  14. haha donghae abis dpukulin pake sapu dy kebangetan pede lgian bangunin singa dri tidurnya ya jls marah haha lucu ngbayngn ekpresinya si donghae , donghae emang uda tersepona am yoona biar dy urakan juga tapi mata ga bisa bohong hehe aduh si donghae mau ngpain itu
    next dtnggu chap slanjutnya

  15. penasaran gmn tanggapan keluarga donghae tentang yoona,, moga2aja mereka semua suka dngan yoona,,
    kira2 pekerjaan pertama yoona apa??

    ditunggu next part’nya thor…

  16. wkwkwk aq ketawa ngakak pas ngebayangin hae di pukulin ama boa eonnie itu lucu bgttt
    gmna yah kira2 kelanjutan hbgn mrk dgn hbgn kontrak mrk
    lnjt chingu tmbh seru nii

  17. wah apakah itu?
    ngomong-ngomong isi perjanjian donghae itu apa sich?
    penasaran.. please lanjut thor dan jg cepat di publish..

  18. Makin seruuuu…
    Pengen ketawa+kasihan juga ama si Ongek hahhah dipukulin pake sapu ama Boa 😁
    Puas jg bacanya nih part panjaaang *asekkk xD
    Jadi makin penasaran kedepannya mereka nati hew heww 😃😃😃

    Ditunggu lanjutannya~~~

  19. Hayooo.. Donghae mo ngapain yoona tuhh?? Wkwkwkkk. Nie cerita kocak plus somplak amat sihh..,
    Yoonhaenya sma2 aneh bin ajaib. Tpi baguslahh, nie FF konfliknya ringan, jdi g terlalu membebani hati dan pikiran.. #plak
    Pokoknya d tunggu next partnya yachhh

  20. Hahah lucu pas Donghae kena amukan Boa ,makin seruuuu tapi peraturan Boa terlau ketat ya aku malah berharap banget peraturan itu semua Donghae langgar biar lebih ekstrim ^^ !!!
    Di tunggu part mereka menikah .

  21. yuhuuu perjlnn cinta yoonhae dmulai….ykin gk falling in love hahahaa… mrka lucu bgt tmbh seru thor, jdi tmbh pnsran ama next.a dtggu ya thor fighting 😀

  22. hahahahahaha donghae belom apa2 udh falling in love duluaaan wkwkwkwk ga kebayang sama rambut yoona Yang kusut wkkwkw pengen cepet2 liat yoona do make over, yoona berantakkan aja bang has klepek2 gimana di make up. WOW

  23. Next thorrrrr….cerita ny menarik….meskipun ak blum baca part 1 sama 2 tpi ak udh greget baca part ini….next ny di tunggu

  24. syarat dari boa kayakny bakal dilanggar semua sama yoonhae dehh..hahaha
    mana mungkin hae bisa nahan deket2 sama yoona
    ditunggu part selanjutnya ya eonni..

  25. Wah..oppa donghae sampai harus babak belur gitu gr2 gak percaya omongan yoona ttg kakaknya. ^^
    Makin seruu kak…jadi gak sabar ama kelanjutannya.
    Fighting kak… ^^

  26. gilanya boa sampek kayak orang tua yang mergokin anaknya pacaran haha. killer banget kalo lagi ngehajar donghae, yoona sampek susah ngebantunya hihi. next part ditunggu chingu, mudah2an yoonhae bisa falling in love yaa

  27. Wkwkkkk seruuu,,perjanjiannya bakal di langgar enggak ya nntinya??
    Hae kyknya yg bakal fall in love dulu,, hihihiii
    Kok yoona enggak baca perjanjian hae siih?? Curiga…
    Apa ya tugas pertama yoona?

  28. 대박 ! ㅋㅋㅋ 😊
    suka deh ^^
    maaf untuk 2 chapter sebelumnya aku ngga komentar Karna sinyal. Ini konfliknya drama sekalii 😍
    okee intinya ane sukaa ..
    semoga ndak panjanng2 chapter nya yahhh

  29. hehe maaf ya thor aku komennya disini,so far ceritanya menarik nih, jarang2 yoonanya badgirl tapi masih kalem2 gitu😂
    tapi gamungkin sih donghae gatertarik sama yoona,makanya dia pilih yoona wkwk
    si sehun ini ajaib banget ya anaknya wkwk
    tapi kayaknya si yoona bakal baper sama pekerjaannya😂😂
    eh ternyata aku ketinggalan bgt ini udah part 11 dan masih baca part ini,maraton baca ff ini😂😂😂

  30. Akhirnya yoona mau menerima jg tawaran donghae. Wlwpun sempet ada kejadian konyol dan juga lucu wktu donghae minta izin dan restu ke boa buat ‘nikahin’ yoona. Sumpah ngakak pas donghae dimarah2in dan dipukulin pake sapu sama boa hahaha. Tapi akhirnya boa luluh jg dan mengizinkan yoona buat menerima tawaran donghae dg beberapa syarat. Wah kira2 apa ya tugas pertama yg donghae berikan buat yoona? Baca dulu part2 selanjutnya hehe

  31. Njirr kakaknya yoona ganas bgt :V remuk tuh badannya donghae dipukul pke sapu.. Donghae juga sih kalau ngomong to the point aja,terlalu jujur trus gk peka lagi. Jdi kepo sma lnjtnnya. Keep writing thor ^^

  32. Kece bat njir :v
    Ga ada kontak fisik, sex ama ga cinta2an. Kok yakin ya saya kelanggar semua nanti, iya kan ya. Iya ya. Si anjay boa sangar sangat mbaknya. Tugas pertama ye kan thor, jadi sukak saya.
    Nice ff ❤

  33. Seru bget cerita’y unnie, yoona sma boa unnie pnya sifat yg sma! Kasian donghae oppa, jdi pngen baca part selnjutnya aph sih tugas pertama yoona unnie.

  34. Ngebayangin sangarnya Boa…eeeerrrrrrr
    Yoonhae selangkah lg menuju pernikahan..akankah perjanjian itu berlaku??kyk’y ditengah jln bakal dilanggar deh…heheheheh

Tinggalkan Balasan ke Nha elna Batalkan balasan