Diposkan pada Super Generation FF

[ Oneshoot ] FF YoonHae – Scream

SCREAM

Title : Scream

Cast : SNSD Yoona, Super Junior Donghae

Author : Nana Shafiyah 

Genre : Horror

Rating : PG-17

~ Happy Reading ~

Konon salah satu rumah di komplek perumahan Dejoon punya sebuah misteri yang belum terpecahkan. Salah satu rumah bernomer 2A pernah beberapa kali ditinggal oleh penghuninya. Alasan mereka meninggalkan rumah itu adalah karena keberadaan nenek Song Sooji. Sebagian orang percaya bahwa nenek Song Sooji merupakan mahluk halus yang tinggal di langit – langit rumah yaitu ruang antara plafon dan atap rumah. Dulunya nenek Song Sooji adalah seorang penyanyi muda yang sangat cantik namun Ia tidak pernah puas dengan kecantikannya. Seiring bertambahnya usia, kecantikannya pun memudar. Nenek Sooji lalu mendatangi ahli kecantikan hitam yang mengatakan padanya untuk melakukan sebuah ritual. Sang ahli kecantikan itu pun memberinya sebotol minyak yang merupakan ramuan oles untuk kecantikan dengan catatan Ia tidak boleh mengumbar senyum kepada orang lain selama seratus hari. Nenek Sooji berubah menjadi cantik, keriput diwajahnya hilang dan kulitnya berubah menjadi mulus. Tepat ketika hari ke 99 seorang pemuda tampan melamarnya. Nenek Sooji kegirangan, tanpa sadar bibirnya melengkung. Dan seketika botol ramuan minyak didalam tasnya pecah. Wajah nenek Sooji langsung meleleh, kulitnya keriput dan menggelambir, bibirnya  berubah menjadi sumbing, punggungnya bengkok dan seluruh tulang belulangnya mengeropos. Nenek Sooji mendatangi ahli kecantikan tempat ritualnya berlangsung namun ahli kecantikan itu mengaku tidak bisa berbuat apa –apa karena nenek Sooji sudah melanggar janji. Nenek Sooji gantung diri di rumahnya sementara rumah nenek Sooji di kawasan Dejoon pun dijual.

Banyak yang mengatakan nenek Sooji sangat menyayangi rumah itu dan tidak pernah merelakan rumah itu jatuh ketangan orang lain. Menurut kabar sampai sekarang pun Nenek Sooji masih menetap disana. Muncul desas desus bahwa  arwah nenek Sooji gentayangan disekitar rumah itu. Konon Nenek Sooji belum akan pergi dari rumah itu  sebelum kecantikannya kembali. Nenek Sooji akan mendatangi perempuan cantik yang ia sukai untuk kemudian merebut jasadnya. Santer terdengar bahwa  Nenek Sooji sangat suka merangkak – rangkak dilangit – langit rumah, tepatnya  ruang diantara plafon dan atap. Ia akan tidur disiang hari untuk mengumpulkan energinya kemudian akan keluar dimalam hari untuk sekedar berjalan – jalan menyusuri rumah  termasuk melihat – lihat isi kamarmu. Dia sangat suka mengamatimu yang tengah tertidur, bahkan sampai memandangimu dari celah plafon. Pastikan bahwa kau benar – benar tertidur, jangan sampai terjaga atau pura – pura tertidur karena nenek Sooji sangat membencinya. Jika kau bertingkah mengelabui maka nenek Sooji akan dengan mudah mengetahuinya. Nenek Sooji akan merangkak mendekatimu, mengguncang – guncang ranjangmu lalu duduk disebelahmu dan memandang wajahmu dari jarak satu senti. Ia tetap disana… bernyanyi untukmu dan menunggu matamu terbuka. Dan jika kau ketakutan ia akan tertawa tepat ditelingamu, berbisik seperti angin. Rambutnya akan menyentuh kulitmu, berputar – putar diwajahmu, lalu ketika kau membuka mata ia akan berada tepat didepan wajahmu dengan mata bulat keluar penuh cacing dan belatung dan meringis memperlihatkan gigi – giginya yang hitam, lalu mengaung layaknya harimau kelaparan.

“Haishh curhatan macam apa ini?” Yoona mencebik. Ia menyisipkan begitu saja ponselnya dibawah bantal. Yoona memperbaiki letak bantal seraya memposisikan tubuhnya senyaman mungkin diatas sprigbad king size nya yang hangat. Yoona menguap lebar, sayup – sayup pandangannya mengabur,  lantas Ia menyibak lalu menggelar selimutnya kesekujur tubuh.

Kini tubuh Yoona  benar – benar tertimbun dibawah selimut dari ujung kaki sampai ujung kepala. Yoona berusaha tidak ambil pusing dengan curhatan seseorang bernama Choi Sooyoung dimedia sosial, bahkan  akun itu sampai membagikan photo rumah lamanya, dan ternyata rumah lama yang dimaksud sang pemilik akun ialah rumah yang baru sehari ini Ia tinggali. Yoona pikir mereka hanya sedang berhayal karena percaya dengan mitos seperti itu. Yoona lelah membaca komentar – komentar publik yang cenderung tidak masuk akal, dan sekarang Yoona membutuhkan waktu untuk mengistirahatkan pikirannya, Ia ingin tidur melayang – layang lebih panjang ditengah pulau kapas. Dan tidak lama, kelopak matanya mulai  terkatup – katup hingga kemudian kelopak cembung itu menutup sempurna.   kemudian penutupan sempurna itu terusik.

Srek.. srek.. srek..

Spontan kelopak Yoona tersibak. Perempuan itu keluar dari timbunan selimutnya lalu duduk menyusuri sekitarnya. Tidak ada apa – apa. Yoona mulai bingung sendiri menaggapi pikirannya yang melandasi bahwa gempa terjadi dan ranjangnya bergoyang – goyang. Yoona melongokkan kepalanya kebawah ranjang. Kosong dan gelap.

Yoona bergeleng. Ia kembali menimbun tubuhnya dibawah selimut. Kali ini matanya sulit memejam. Firasat buruk mulai menggoyahkan. Mata perempuan itu bergerak waspada, sekelebat kalimat yang dibacanya mulai terbayang – bayang. Yoona berusaha mengingkari namun tidak menutup kemungkinan jika cerita itu akan menimpanya. Yoona menelan ludah. Tubuhnya yang tertimbun dibawah selimut bergidik tanpa sebab. Yoona menahan napas, benar – benar takut seandainya Ia menghela napas maka sesuatu yang entah apa… mendengarnya lalu datang menghampiri…

Gesekan rambut. Pikiran Yoona dengan sendirinya mengutip tulisan itu. Rambutnya akan menyentuh kulitmu, berputar – putar diwajahmu, lalu ketika kau membuka mata ia akan berada tepat didepan wajahmu.

Kini bunyi gesekan pada selimutnya  benar – benar nyata. Lalu hayalan gila dikepala Yoona mulai membayangkan bahwa sebentar lagi gesekan rambut itu akan berpindah, kewajahnya. Yoona memejamkan mata seerat mungkin. Napasnya sesak akibat menahan desakan udara yang sungguh telalu. Jemari Yoona tahu mencengkram selimut yang mengemulinya. Mulutnya membekap kuat meski pun Ia ingin sekali berteriak.

“Nanina… lala… lalala… hmmm.. hmm..”

Yoona bergeleng, nyanyian bisikan halus terdengar ditelinganya.. apakah arwah nenek itu disini… apakah dia sedang meletakkan wajahnya didepan selimut dengan mata penuh belatung? Yoona membekap telinganya. Bulir – bulir hangat mulai menetes – netes diatas bantal. Yoona tidak kuat menahan sesaknya. Tanpa kendali penciumannya menarik napas kasar lalu berhembus ricuh. Yoona memekik tertahan atas kebodohannya.

Malaikat pencabut nyawa serasa menarik jantungnya. Yoona tercekat nyaris kehilangan napas kala selimut yang mengemulinya tersibak kebawah. Diatas wajahnya muncul sesosok wajah yang dipenuhi tungkai rambut panjang berwarna hitam bergelombang.  Mata perempuan itu membulat sempurna.

“AAAAAAA—”

Yoona bungkam. Telapak tangan kekar membekap mulutnya. Lantas Yoona terdiam dengan mata membola. Sosok itu menyibak rambut panjang miliknya yang bergerumul di wajah, lalu ketika juntaian rambut itu terlepas dari kepala, Yoona benar – benar mengerti bahwa rambut bergelombang yang dipakainya adalah wig, dan sosok itu bukanlah nenek tua melainkan Lee Donghae, suaminya sendiri !

Yoona terperangah dengan ekspresi bodoh. Dihadapannya Donghae meringis tanpa dosa. Lelaki itu menatap Yoona menanti – nanti sesuatu namun kali ini tidak ada lagi rengekan manja yang sering diperlihatkan Yoona setelahnya. Lelaki itu memudarkan senyumnya ketika justru Ia menyaksikan tatapan sadis Yoona bersarang lebat. Lama – kelaman gurat kehawatiran bermunculan dikeningnya, “Gwenchana?”

“Yak beraninya kau ?!” Yoona mengamuk dan melempari Donghae dengan bantal dan selimut. Sementara Donghae melindungi wajahnya menggunakan lengannya sebagai tameng.  Lelah meluapkan aksi pelampiasan itu, Yoona berhenti untuk mengambil napas, tatapannya menghunus tajam kearah Donghae.

“Kau hampir membuatku mati ditempat, Oppa !” protes Yoona, permukaan matanya tampak dilapisi oleh genangan.

Donghae terkejut menyaksikan air mata Yoona jatuh mengalir. Donghae beringsut mendekati Yoona namun Ia harus menerima pukulan bertubi – tubi yang diarahkan kepadanya oleh sang istri yang kesal setengah mati. Donghae menahan segala pukulan Yoona dan menarik perempuan itu kedalam dekapannya.

“Mianhae aku tidak bermaksud menakutimu—” kilah Donghae merengkuh Yoona dan menciumi kepalanya. Donghae menekuk wajahnya mengamati getaran kecil pada bibir Yoona juga tatapan perempuan itu yang kosong dan kaku. Tidak biasanya Yoona seperti ini. Yoona bukanlah orang yang begitu saja percaya jika menemukan hal- hal yang berbau mahluk halus. Apalagi  Donghae merasa bahwa penyamarannya tidak seberapa mengingat Ia hanya mengandalkan wig. Bukan hanya sekali, Donghae beberapa kali menakut – nakuti Yoona dengan trik serupa, hanya saja reaksinya tidak separah ini.

Rengkuhan Yoona  mengalung  diseputar pinggang Donghae, lantas perempuan itu menggelarkan kepalanya diatas dada bidang Donghae, melampiaskan  perasaannya yang campur aduk hingga berakhir menjadi butiran yang membasahi kemeja biru toska lelaki itu.

“Oppa aku takut.” Gumam Yoona dibarengi isakan kecil.

Donghae menyematkan rambut Yoona menuju belakang telinga lalu bebisik, “Sudah tidak apa – apa, Oppa hanya bercanda Yoong.”

Yoona menyeka air matanya. Ia baranjak dari dekapan lelaki itu. Tatapan Yoona kian memunculkan aura kegundahan.

“Aku tidak yakin rumah ini steril, oppa.”

Donghae mengangkat alis, “Maksudmu?”

“Seseorang berkata bahwa rumah ini tidak aman Oppa, katanya setiap malam akan ada arwah yang bergentayangan di atas plafon.”

Donghae memperhatikan Yoona selagi mencerna kata – katanya, “Dan kau percaya…”

“Tentu.” Sambar Yoona. “Yang mengatakannya bukan hanya satu orang, tapi dua atau… atau nanti bisa saja bertambah.”

Yoona menarik napas, “Bukankah sebaiknya kita mencari rumah lain?” ketika Donghae mengisyaratkan tatapan tidak setuju, Yoona hendak menyanggah pun dilain sisi mempertimbangkan ucapannya, “Ya aku mengerti rumah ini harganya terjangkau, fasilitasnya bagus dan lokasinya strategis tapi apalah arti semua kemudahan itu  kalau kita tidak tenang.”

Donghae tergelak  mendengar usulan Yoona yang tiba – tiba, setelahnya menatap Yoona penuh keteduhan, “Yoona, bahkan kita belum sehari tinggal disini.”

 “Tapi—“

Telunjuk Donghae menahan bibir Yoona, “Kita bicarakan besok ya.”

Yoona memutar bola matanya dan menghela napas. Perempuan itu memperbaiki letak bantal, setelahnya menjatuhkan diri dan berbaring membelakangi Donghae. Yoona mencibir tanpa henti selagi menarik selimutnya kasar.

Merapikan bantal yang berhamburan karena amukan Yoona pada tempatnya, Donghae ikut berbaring disebelah Yoona. Donghae tebangun lagi merapikan selimut Yoona yang ditata asal – asalan, Ia menyempatkan diri mengintip wajah yoona sebentar, kelopak matanya yang mengatup cenderung dipaksakan. Donghae yakin istrinya belum tidur.

“Kau kesal padaku Yoong…” Donghae berbaring mengahadap punggung Yoona selagi menyanggah kepalanya dengan sikut.

Yoona menarik selimut hingga menimbuni sepertiga kepalanya, “Sudah tahu kenapa harus bertanya?”

Helaan napas Donghae berhembus pasrah. Lelaki itu membenahi selimut yang tersisa dan ikut menggelari tubuhnya bernaung dibawah  benda hangat itu.

“Yoong..” panggilnya setengah membujuk. Donghae  memeluk pinggang Yoona. Yoona menggeliat, perempuan itu lantas mengayuh sikutnya kebelakang dan mengenai perut Donghae.

Merapatkan dekapannya, Donghae meraih tangan Yoona, membasuh dan menguncinya agar tidak lagi berontak. Yoona terdiam sesekali memberontak kecil. Sementara Donghae menyusupkan wajahnya diantara ceruk leher Yoona,  menjatuhkan beberapa kecupan lalu menghirup aromanya.

“Bukan berarti aku menolak usulanmu hanya saja ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan.”

Tidak ada tanggapan. Donghae menghela napas lesu, “Mianhae Yoong, Aku akan melakukan yang terbaik dan…” Ia menahan kata – katanya, “ Baiklah kalau itu maumu tapi tidak sekarang.”

Pusaran kegundahan mengitari relung hati Yoona. Gemuruh napasnya lagi – lagi berdesakan. Nada kekecewaan dari kalimat Donghae menggugah ingatan Yoona. Tidak bisa dipungkiri bahwa selama ini Donghae sudah banyak berkorban untuknya. Banyak rintangan yang mereka hadapi untuk sampai ketitik ini. Termasuk orang tua Yoona yang menuntut Donghae harus punya tempat tinggal terlebih dulu jika berniat mempersunting anak mereka. Orang tua Yoona lalu memberi tenggat waktu tiga bulan setelah mereka menikah untuk Donghae menyediakan rumah yang layak. Dan sekarang ketika Donghae berhasil menepati janjinya, haruskah lelaki itu terbebani dengan sikap kekanak – kanakannya ? Yoona mengerucut sedih. Sontak Ia berbalik badan menghadap Donghae.

“Bukannya aku memaksamu.” Yoona menangkup wajah Donghae, mengamati wajah suaminya yang sudah berjuang untuk mempertahankan hubungan mereka. Kalau saja saat itu Donghae menolak menyanggupi permintaan orang tuanya yang serba menuntut, Yoona meyakini bahwa tidak lama kemudian Ia akan dijodohkan dengan pria lain.

“Mian…” Yoona menghirup napas ditengah penciumannya yang sudah terganjal oleh cairan lendir, entah apa namanya tapi cairan itu datang bersama kepedihan yang membuat penglihatannya mengabur.

Donghae berdecak lalu menyeka air mata Yoona dengan ibu jarinya.  Yoona yang sadar bahwa situasi diantara mereka terlalu melankonlis menyingkirkan tangan Donghae dari wajahnya.

“Lagi pula ini semua karena ulah Oppa. Kalau saja sejak awal Oppa tidak bernyanyi, aku pasti tidak akan sekaget ini !”  runtuk Yoona selagi menghapus jejak – jejak air mata diwajahnya

Menampik kekesalan Yoona, Donghae membasuh kepala perempuan itu lalu sedikit mengacak rambutnya.

Mungkin Yoona sudah terbiasa dengan ulah iseng Donghae yang menakut – nakutinya dengan rambut panjang atau apa, tapi lain halnya dalam kasus ini.  Nyanyian itu benar – benar mengerikan. Entahlah bisa saja karena Donghae mengetahui bahwa menakut – nakutinya dengan rambut sudah tidak mempan, lelaki itu malah berpikir melakukan aksi pembaruan yang justru membuat jantungnya meloncat.

“Bernyanyi? Siapa yang bernyanyi hmm?” Donghae menepuk – nepuk kepala Yoona gemas.

Yoona meniup ubun – ubunnya lalu menatap Donghae penuh prasangka, “Oppa bernyanyi kan? suara itu benar – benar nyata. Ayolah mengaku saja… Aku yakin setiap pria bisa mengubah suaranya  menjadi sangat mirip dengan suara wanita, kan?”

Mencerna tuduhan Yoona, Donghae tergelak, “Mungkin waktu itu kau sedang bermimpi, atau—”

“Okey sesukamu lah.” Putus Yoona. Dibalik ekspresi santai lelaki itu, Yoona mencium gelagat aneh, pasti ada sesuatu yang Ia sembunyikan. Tentu Yoona tidak akan terkecoh oleh perangkap Donghae untuk kedua kalinya.

Yoona  meraba wajah Donghae, “Nah sekarang sebelum aku kembali jatuh menuju alam mimpi—” Ia memejamkan mata penuh harap selagi menyodokan bibirnya yang  melengkung tidak sabaran.

Sekian lama dianggurkan dalam penantian, Yoona terpaksa membuka matanya. Hal pertama yang Ia ketemukan adalah Donghae yang terpaku menatapnya.

“Ayolah Oppa kenapa diam saja?!” tuntut Yoona setengah membujuk. Donghae bergeming. Yoona mengernyitkan hidung kemudian berdecak sebal menyaksikan Donghae yang belum juga bergerak.

Hingga akhirnya tangan Donghae menjulur, menjentikkan telunjuknya tepat menyentil kening Yoona.

“Aww..” Yoona meringis mengusap – usap keningnya yang malang. Sebenarnya tidak begitu sakit, Yoona hanya sengaja melebih – lebihkan agar Donghae merasa bersalah namun kenyataannya kini lelaki itu  hanya berdiam diri dan mengamatinya dengan santai.

“Otak yadong.” runtuk Donghae.

“M-mwo?” Yoona menatap tidak terima, Ia lantas mendorong bahu Donghae seraya meluruskan posisi tidurnya.

Wajah Yoona berbalik paksa ketika jemari Donghae membelokkan dagunya dari samping lalu menarik punggungnya agar kembali keposisi miring seperti semula.

Donghae mengusap rambut Yoona, menyematkan tungkai – tungkai yang menghalangi  kebelakang telinga. Pupil mata Donghae tampak membesar dan hembusan napas lelaki itu serasa menembus kulitnya. Terakhir kali Yoona melihat wajah Donghae kurang dari sati inci menjangkau wajahnya sebelum kelopaknya menutup seluruh benda kasat mata, menyambut sentuhan Donghae.

Yoona menahan napas. Kehangatan bibir Donghae menyentuh permukaannya. Saling menyentuh dan membasuh, Tubuh Yoona menggeliat menyesuaikan posisi yang nyaman untuk mereka berbagi. Jemari Donghae menyanggah rahang Yoona lalu mengangkatnya sedikit, lebih memperluas jangkauannya menyesap bibir bawah perempuan itu. Donghae mendorong wajahnya kian mengujani Yoona dengan kecapan yang saling bersahut – sahutan.  Yoona meleguh tertahan memancing hasrat Donghae kian menggebu. Donghae mempererat dekapannya, menjadikan tubuh mereka bergejolak bagaikan pasangan belut yang tengah berpelukan di medan pertarungan.

Jemari Yoona mengusap bahu Donghae, semakin lama usapan itu berpindah membuka satu – persatu kancing kemeja Donghae. Yoona mendesah, tinggal satu kancing lagi..

Drttt.. Drtt.. Drt… Getaran ponsel entah milik siapa menggugah Donghae spontan menoleh. Lelaki itu menahan tangan Yoona yang belum berhenti meraba – raba tubuhnya.

“Sebentar.” Interupsi Donghae lantas beringsut meraih ponselnya yang tergeletak diatas meja. Yoona mengerucut. Perempuan itu memilih terkulai dibawah selimut.

“Yoboseyo.” Sapa Donghae menjawab panggilannya. Lelaki itu terdiam sejenak mendengarkan seseorang yang entah siapa berbicara diseberang sana. Sesekali Ia mengernyit lalu kepalanya mengangguk – angguk mengerti, “Baiklah aku akan turun kelantai bawah sekarang.” Tutup Donghae setelahnya mengakhiri panggilan itu.

“Yesung Hyung di depan rumah untuk mengembalikan mobil, aku akan pergi menemuinya.…”

“Aku ikut.” Tiba – tiba Yoona muncul dari dalam selimut yang baru saja tersibak.

“Lihat pakaianmu.” Selangi mengancingi kemejanya, Donghae menunjuk Yoona dengan dagunya.

Yoona cemberut kala memastikan penampilannya. Malam ini Ia hanya mengenakan lingerie tipis berwarna merah maroon. Penampilan yang cukup menggoda iman.

“Yoona kau disini saja ya, aku tidak akan lama.” Donghae yang terburu – buru merapikan kemejanya menatap Yoona sesekali.

Menghela napas lalu menatap sekitarnya, Yoona memilih pasrah, “Baiklah.” Putusnya setengah terpaksa.  Didalam hati Yoona mengakui bahwa perasaannya masih terganjal oleh Sesuatu. Entah apa yang terjadi, masih banyak pertanyaan dikepalanya yang belum terpecahkan. Salah satunya tentang fiirasat aneh yang belum juga berhenti  menggerayangi batinnya. Seharusnya Yoona tidak membaca curhatan akun bernama Choi Sooyoung di media sosial. Ini semua karena Tiffany yang memaksanya membaca curhatan itu. Kalau bukan karena rekomendasi Tiffany, Yoona pasti tidak akan sampai membacanya dan tidak akan berubah menjadi paranoid seperti ini.

“Aku kebawah dulu, Yoong.” Donghae memperbaiki letak selimut Yoona lalu mendaratkan kecupannya dikening perempuan itu.

“Cepat kembali.” Yoona mengusap tangan Donghae yang membasuh kepalanya. Hingga sentuhan mereka berakhir, bibir Yoona menarik garis lengkung menguatkan perasaannya yang penuh harap.

Pintu tertutup dan punggung Donghae termakan olehnya. Fokus Yoona berpindah menatap langit – langit kamar. Yoona menarik napas, menghembuskannya perlahan – lahan, melemaskan bahu dan  mulai menikmati sensasi dari selimut hangat yang menggelari tubuhnya. Kelopak mata Yoona memejam erat namun begitu bibirnya terkulum gelisah.  Perempuan itu menghembuskan napas kasar lalu mengangkat selimutnya sampai keatas kepala.

“Nanina… lala… lalala… hmmm.. hmm..”

Yoona tercekat. Nyanyian halus itu lagi – lagi berbisik ditelinganya. Yoona memposisikan tubuhnya duduk mengamati setiap sudut kamarnya. Tidak ada Donghae atau siapa pun disini… Yoona bergeleng menepis pikiran bodohnya. Ia kembali membenamkan tubuhnya dibawah selimut lalu memejamkan mata.

“Laaa.. la.. laaa..na.. na.. haa..la.. la.. la..”

Napas Yoona sesangguk. Perempuan itu membekap mulutnya sendiri dan bergeleng tidak percaya. Ia berusaha memejam namun debaran jantungnya yang meledak – ledak didalam dada membuat matanya sulit berkedip.

Srkk.. srekk.. srek…

Tangan kiri Yoona mencengkram sprei. Pendengaran Yoona mengangkap suara gesekan langkah  seseorang  yang baru saja naik keatas ranjangnya. Gesekan itu semakin mendekatinya seiring guncangan pada ranjang. Yoona menahan napas. Apakah itu Donghae?

Srek.. Srek.. Srekk..

Suara gesekan kini berganti menjadi bunyi gemericik. Yoona mendelik keatas. Sekilas penglihatannya menangkap beberapa helai tungkai hitam seperti rambut bergoyang – goyang diatas selimutnya. Yoona mengingat lagi soal wig yang dipakai Donghae untuk menakut – nakutinya. Yoona menelan sesaknya. Itu pasti Donghae… Yoona  terus mengulang – ulang kalimat itu dikepalanya bagaikan mantra.

“Shhsss…shsss…”

Selimutnya tiba – tiba terangkat, bulir – bulir keringat menetes – netes membasahi kulit bantal.  Bibir Yoona bergerak – gerak mengutarakan permohonan bahwa tidak akan terjadi sesuatu yang mengerikan. Selimut yang menggelari tubuhnya semakin terangkat oleh seseorang dari luar, Yoona menghirup napas ditengah  paru – parunya yang terhimpit.

Tiba – tiba datanglah tiupan angin yang bersiul dari atas meniup pucuk kepala Yoona, tubuh Yoona gemetar hebat. Lantas matanya bergerak ragu menoleh kearah ujung selimut diatas kepalanya. Yoona terdorong untuk berteriak sekencang – kencangnya namun teriakannya yang sudah mencapai ujung lidah tertahan kala Ia tidak menemukan apa – apa kecuali tumpukan rambut hitam. Entah bagaimana Yoona bernapas lega. Setidakanya Ia masih menggenggam harapan bahwa seseorang diatas selimutnya ialah Donghae.

Yoona hanya terpaku ditempatnya. Usai mengumpulkan nyali, Yoona menurunkan selimutnya sedikit demi sedikit. Rambut hitam panjang bergelombang memenuhi sesosok wajah. Yoona menelan ludah, setitik harapan tersisa dibenaknya  bahwa sosok itu bukanlah sesuatu yang…

“O-oppa.” Suara Yoona tersendat – sendat dan menggigil, meskipun disela – selanya terdengar secercah keyakinan. Jemari Yoona menyibak sedikit demi sedikit tumpukan rambut hitam dihadapannya. Leher Yoona tercekat, nyatanya Ia menyadari bahwa  Donghae tidak memakai baju putih lalu… Tubuh Donghae tidak sekurus dan serapuh ini.

Namun sudah terlambat untuk menyadarinya. Yoona mundur kebelakang, Ia terkejut bukan main ketika punggungnya membentur kepala ranjang. Tubuh Yoona tersentak kedepan. Sosok itu beranjak seiring bunyi patahan tulang yang keropos, Sosok itu menaruh wajanya kurang dari sejengkal menghimpit Yoona. Sekujur tubuh perempuan itu bergetar, kedua kakinya lemas, pasokan udara didalam darahnya berbalik mencekik nadi. Yoona mengerang bersama tangis ketakutan. Perempuan itu memejamkan matanya dan tergolek lemas dipunggung ranjang.

“Nggg.. ngrrr…”

Yoona berupaya menguatkan pejaman matanya namun lama kelaman tungkai –tungkai kasar yang berserakan entah bagaimana menusuk – nusuk kelopaknya, tiba – tiba  bisikan napas yang terdengar seperti mantra meniup kulit wajahnya, Yoona menahan napas.

Satu detik… dua detik… tiga detik lalu setelahnya Yoona tidak merasakan apa – apa lagi. Bisikan napas itu menghilang bersama tungkai – tungkai kasar yang menusuk kelopaknya. Yoona berupaya menenangkan jantungnya, Ia menghela napas.

Sosok itu menghilang. Yoona memegangi dadanya yang melaju berantakan, Perempuan itu menarik napas lalu menghembuskannya pelan – pelan.

“Haaaaa..”

Alunan sepoi aneh menyentak pendengarannya. Pandangan Yoona menyapu sekitar dan..

“HOAAAMMMM ?!!!”

“AAAAAAAAAAAA…”

Wajahnya putih pucat dan kulitnya yang penuh keriput menggelambir. Sosok itu menatap dengan bola matanya yang penuh belatung. Bibirnya sumbing penuh darah dan nanah. Giginya yang hitam tonggos dan bergeringi terekspos jelas tepat dihadapan Yoona ketika sosok itu mengaung, menggeram – geram menatap mangsa dihadapannya.

Yoona histeris dan meronta – ronta. Kengerian menyedot habis tenaganya. Yoona sesak napas setelah akhirnya tubuh perempuan itu terkulai membentur kepala ranjang, merosot kebawah lalu tergolek tidak sadarkan diri.

Gedoran pintu terdengar dari luar. Sosok itu terkikik layaknya seorang nenek tua. Kepalanya berputar kearah pintu yang terkunci otomatis. Sang nenek meringis menampilkan gigi – giginya yang keropos.

“Yoong?! Sayang buka pintunya ! Yoona ?!  Yoona jawab aku !“ Seseorang diluar sana mencoba mendobrak. Bunyi hentakan pintu menggebrak suasana. Teriakan penuh kepanikan dan ancaman dari luar tidak sedikit pun mengganggunya.

Sang nenek menjulurkan lidahnya yang panjang. Tangan keriputnya meraih paras Yoona, menyentuh dengan balaian maju mundur, mengusap – usap wajah mulus perempuan cantik itu dengan kuku jarinya yang panjang dan hitam.

“Yeoppone.” Ia berbisik halus, mendesah lalu menjilati paras wanita dihadapannya.

Tiba – tiba pandangannya mencekam lurus.

Dan jika diperhatikan lebih jauh sosok putih itu merangkak… semakin dekat dan semakin jelas memperlihatkan gigi – giginya yang mencuat dan berubah runcing lalu… Kepalanya yang dipenuhi rambut bergoyang – goyang menerobos layar gadget kalian dan selanjutnya….

Sosok itu terbang dengan bola mata penuh nanah. Lalu disebuah tempat entah dimana.. sosok itu duduk tenang memperhatikan kalian yang sedang membaca ff Ini…

hantu kkk

Penulis:

nyanya nyinyi nyonyo :p

45 tanggapan untuk “[ Oneshoot ] FF YoonHae – Scream

  1. aigooooo…trus yoonany dmna skrg…jiahhhhh…endingnya gx bgt… wkwkwkwkw…. dan sosok itu jg sdng memperhatikan org yg nulis ff ini…kekekek :v :v

  2. aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa!!!!!!????!!!!!!!!!!!¡??!!!!!!!! #lebai
    hehehe pas bagian awal horor nya dapat tapi makin ke akhir nggak dapat karena akhirnya yang gantung banget
    wkwkwk
    nice fiction author
    cayo

  3. oeeeeennnni saya ga bsa tdur skrang..ayo tnggung jwab -,-
    ngeri bgt teh..apalgi ada pict dbwhnya..bcanya aja udh cpt2 biar ga trlalu dihayati tp ttp aja merinding..huhu
    itu endingnya gmn?yoong kmn?hae sih ga prcyaan

  4. Anjrikkk sport jantung parahhh ,walaupun nyoba tenang tetep aja pikiran buruk melayang” ..eonie parah share
    ff kek gini malem” ,Gak tega sama Yoona dan penasaran sma nasib dia kek gimana ..tapi aku gak terlalu berharap ini di next atau apa apapun itu ,aku lebih minta di next aja ff MYMBF ^^ hahah

  5. Ffnya nyeremin, untung aja bacanya pagi”
    Tp endingnya kok nganu wkwkkw
    Ceritanya gantung, gmn nasib yoona, donghae ga bisakah nyelamatin dy?
    Kasian yoona

  6. llu bgaimana dgn nasib yoonaku unn, knpa jg si haeppa gak ngijinin yoong ikut k bawah, kan bisa pake jubah haha
    kudu ada kelanjutan ini mah biar jelas nasib yoona na unn

  7. Si donghae jail amat ya istri lagi ketakutan dy malah nakut2n tegang
    banget bacanya itu neneknya ngelewein banget haha yah trus yoonanya kemana itu ga enak banget endingnya authornya ngeledek untung bacanya enga malem jdi enga serem amat

  8. smph bca’a deg2an nii, untg bca’a gk pas mlm2
    chingu plg jago deh klo bikin crta yg end’a gantung
    gmna ya nasib yoong, kira2 ada sequel kah atau yoong dah bnr2 dah gk slmt

  9. Hah?seram,terus bagaimana dengan yoong onnie?iih,dsr nenek tua gak tau diri,sudah jadi arwah masih aja mau mengambil kecantikan orang.bikin sequalnya thor.

  10. Donghae jail bgt bkin yoona smpe ketakutan gtu. Tp ternyata cerita itu beneran. Apa yg bakal dilakuin nenek itu ke yoona?? Penasaran, sequel chingu.

  11. Yaaaakkkkk.. Sial.. akhirnya bkin naik darah.. Baca kata2 nya nggk takut tpi lngsung liat fotonya bkin merinding.. Serem sendiri

    Hiiihhiiiii 😀

  12. aaaaa endingnya!!!….sereemmm ga bisa tidur ini eon tanggungjawab huhuu TT
    seru bgt tp sayang gantung itu nasib yoona gimana..??

  13. woah? horor ni FF.. 😀

    Ni cerita berlanjut atau gimana Thor..
    kasian amat Yoona ama nenek itu…

    ditunggu cerita yang lain Thor.
    Fighting (y)

  14. Yoona eonni nya gimna ?
    Truss Donghae oppa ?
    Ada apa dngan endingnya ?

    Omaigat eonn lagi tegang²nya baca,tapi endingnya… aaah sudahlah!

Tinggalkan Balasan ke NonnieLast Batalkan balasan