Diposkan pada Super Generation FF

FF YoonHae – Sweet Legacy Part 6


sweet legacy copy

Title : Sweet Legacy

Cast : SNSD Yoona, Super Junior Donghae

Author : Nana Shafiyah 

Genre : Romance, Married Life

Rating : PG-17

Happy Reading ^__^

Part 6

Menanggung beban tubuh puluhan kilo cukup membuatnya kewalahan. Donghae harus menarik napas berkali – kali untuk memulihkan tenaganya agar mampu meggendong Yoona kekamar pengantin. Usai acara pemberkatan di gereja mereka akhirnya pulang menaiki mobil pengantin yang berhias rangkaian bunga sedemikian rupa, dibelakang mobil itu melaju iring – iringan para keluarga dan beberapa tamu undangan yang menghantarkan mereka menuju rumah besar kediaman keluarga Lee. Sesuai ketentuan  yang berlaku pasangan pengantin baru harus lebih dulu menginap di rumah mertua dari pihak lelaki.

Rombongan penggiring  pengantin bertepuk tangan riuh ketika akhirnya sang pengantin pria berhasil menggendong wanitanya memasuki kamar pengantin, beberapa dari mereka bersorak terutama kearah pengantin pria.

“Berjuanglah Lee Donghae-sii, kau pasti bisa menembusnya (?)”

“Sehun mau adik. Tolong buatkan satu.”

“Jangan lupa keluar bawa oleh – oleh ya.”

… dan hal – hal mengerikan lainnya.

Diambang pintu kamar berdiri Nyonya Lee dan Halmoni, para tuan rumah yang hendak melepas kedua pengantin itu menuju dunia baru. Sebelum menutup pintu kamar, Halmoni Lee menghimbau, “Sekarang nikmati malam kalian. Dan ingat, pintu ini tidak boleh terbuka sampai pagi, aku akan menguncinya dari luar.” Peringat Halmoni Lee mengumumkan peraturannya. Baik Donghae maupun Yoona membulatkan mata namun baik dari keduanya tidak sedikit pun membantah. Di rumah ini tidak ada seorang pun yang berani menyanggah apalagi membantah perintah Halmoni, karena  beliaulah yang paling disegani, bahkan Nyonya Lee sendiri hanya tersenyum menanggapinya.

Setelah pintu tertutup dan mengunci, Donghae berpaling kearah gadis didalam gendongannya. Kedua tangan gadis itu mengunci erat disekekliling lehernya hawatir seolah – olah Ia akan terbanting kebawah. Memang benar Donghae barusaja akan melempar tubuh Yoona keatas ranjang atau mungkin menghempaskannya kepermukaan lantai karena sepertinya ia tidak kuat lagi menanggung beban tubuh Yoona beserta gaun pengantinnya yang berlapis – lapis  kalau saja bisa, kalau saja kendali tubuhnya tidak menginterupsi.

Menemukan wajah mereka yang sedekat ini membuat debaran jantungnya tidak terkendali. Lelaki itu bergeleng menepis pikirannya sendiri. Entah dimana akal sehatnya sekarang. Donghae tidak bisa membedakan lagi, mana yang sepantasnya dilihat dan mana yang seharusnya ia hindari. Dengan lancangnya mata Donghae menyorot bibir Yoona yang merah menggiurkan.

Yoona menggeliat gelisah apalagi ketika dirinya merasakan tatapan Donghae yang terselubung penuh arti. Yoona tidak membiarkan keadaan ini berlarut – larut. Tangannya yang menggantung dileher Donghae bergeser menjangkau kepala lelaki itu, disana Yoona mencengkeram surai hitam milik Donghae lalu menariknya kuat – kuat hingga rasanya seperti dikuliti.

“Akhh..” Lelaki itu mengaduh. Tanpa sadar topangannya pada tubuh Yoona terlepas tiba – tiba. Yoona hampir saja terjengkang akibat ulahnya sendiri, untunglah Yoona lebih dulu memperkuat pijakannya.

Donghae meringis – ringis memegangi kepalanya, hampir saja lelaki itu melancarkan protes namun sayangnya Yoona  buru – buru menghadang, “Kenapa  ? Apa menurutmu aku salah melakukan itu? dengar ya.. kalau tidak buru – buru disadarkan, kau pasti akan.. akan—“ gadis itu menelan ludah, ia menghalau kegugupannya dan berkata, “K- kau pasti akan berbuat aneh – aneh, iyakan mengaku saja? Secara alami otak lelaki memang dipenuhi pikiran mesum.”

“M-mwo?”Donghae terkekeh tidak terima, lelaki itu meraup oksigen sebanyak – banyaknya sambil berkacak pinggang. Yoona yakin bahwa Donghae menyimpan sejuta penyangkalan dikepalanya namun entah apa yang terjadi lelaki itu justru diam dan menghembuskan napas.

“Oh iya, jam berapa ini?” Yoona mengingat sesuatu tanpa memperdulikan urusannya dengan lelaki itu, tatapan Yoona mengarah keatas jam dinding. Pukul sepuluh lewat lima belas menit. Yoona terpekik ditempatnya. Buru – buru gadis itu melangkah  guna memposisikan dirinya duduk di sofa yang berhadapan dengan sebuah TV LED. Kebetulan sekali, pikirnya. Yoona beranjak menenekan tombol On pada remote yang sudah berada ditangannya.

“Ketua partai nasional korea, Jung Ill Woo, akhirnya ditetetapkan sebagai tersangka dalam kasus pencucian uang. Kasus ini sendiri sedang diselidiki lebih lanjut oleh pihak kejaksaan tinggi negeri untuk menyelidiki adanya pihak – pihak lain yang terlibat—“

Klik.

“Omonaa episode terakhir drama favoritku !” gerutu Yoona menekan beberapa angka didalam remote dengan harapan bisa menemukan siaran TV incarannya.

Yoona membatu ditempatnya ketika remote yang berada didalam genggamannya hilang dalam sekejap mata. Gadis itu menatap sengit kearah pelaku penyambaran. Tidak lain adalah lelaki yang berdiri dihadapannya,  Lee Donghae.

Klik.

“Kembalikan remote itu Lee Donghae !” Peringat Yoona selagi menggapai – gapai. Donghae tidak menggubrisnya, lelaki itu menekan sebuah angka pada remote hingga tayangan didahadapan mereka berganti menjadi program berita yang memusingkan.

“Dengan terungkapnya kasus ini, para pengamat politik memprediksi bahwa elektabilitas calon wakil walikota dari partai Nasional korea akan mengalami penurunan signifikan—“

Klik.

Yoona membalas perlakuan Donghae. Gadis itu berbalik menyambar alat pengendali tersebut dari tangan Donghae. Antara kecewa dan kesal, Donghae dikejutkan oleh benda yang tiba – tiba menghilang dari tangannya seiring layar televisi yang berubah menjadi hitam. Yoona benar – benar tidak membiarkan Donghae menguasai TV, kalau dirinya tidak bisa menyaksikan drama malam ini maka tidak ada satu pun dari mereka yang boleh menikmati televisi itu.

“Im Yoona ! Mau dibawa kemana remote itu?! Cepat kembalikan !”  Donghae menghampiri Yoona hendak menangkap gadis itu, namun sayangnya menangkap Yoona tidak semudah membalik telapak tangan. Gadis itu berlari sangat kencang.  Yoona menjinjing gaun pengantinnya dan melesat kekanan dan kekiri hanya demi mengindari kejaran Donghae. Sama halnya dengan Yoona, Donghae  merasa tertantang oleh permainan ini, bagaimana pun caranya Ia harus merenggut remote itu dari tangan Yoona.

Para Petinggi Partai Nasional Korea pasti akan bekerja sama dengan oknum – oknum didalam keluarga Kim untuk mengembalikan elektabilitasnya dengan memanfaaatkan perusahaan media milik mereka.

Kabar itu terngiang – ngiang dikepalanya. Donghae menggeram. Tentu, ia tidak akan membiarkan hal itu terjadi. Donghae akan mencegah orang – orang itu mengotori SM media group dengan berbagai jenis pencitraan politik. Bagaimana pun  sehun ikut mewarisi 60 % aset perusahaan keluarga Kim. Sudah menjadi kewajibannya menjaga amanah itu, Donghae sudah berjanji dihadapan peti kakaknya, ibu Sehun.

Kini Donghae dibuat penasaran dengan kabar yang didengarnya saat ini, dan sebisa mungkin ia harus merebut remote itu untuk menjawab rasa penasarannya.

Donghae menarik pinggang Yoona, gadis itu berusaha melepaskan diri dengan meronta – ronta,  ia berhasil kabur namun kakinya tersandung lalu tubuhnya terduduk di ranjang. Donghae menyusul gadis itu menaiki ranjang. Dalam keadaan tersudut sekali pun Yoona tetap kekeuh mengamankan remote itu.

“Serahkan remote-nya !” seru Donghae mewanti – wanti.

“Tidak mau.” Yoona menjulurkan lidahnya seraya menyembunyikan remote itu dibelakang punggungnya.

Donghae menghela napas frustrasi, mau tidak mau ia harus melakukan ini…

Donghae menarik tangan Yoona, remote itu tidak ada disana kemudian ia menarik tangan kiri gadis itu. Yoona berusaha mencegah tangannya agar tidak menjulur sementara Donghae menariknya paksa hingga terjadilah aksi tarik menarik diantara keduanya.

“Berikan padaku !” perintah Donghae.

“Jangan harap tuan Lee Donghae.” Yoona mengangkat remote didalam genggamannya tinggi – tinggi. Donghae berlutut meraih tangan Yoona yang melambai – lambai menghindarinya. Yoona berusaha terbebas dari kekangan Donghae, ia beringsut kebelakang namun dorongan dari arah berlawanan menghentak tubuhnya hingga terbaring  di permukaan ranjang, tidak hanya sendiri tapi berdua dengan lelaki itu yang juga  ikut terjatuh bersamanya.

Yoona membisu ditengah keheningan. Genggaman ditangan kirinya mengendur tiba – tiba seiring wajah Donghae yang berada diatas wajahnya, menjadikan mata mereka sedekat ini… Yoona mengerjap, Ya Tuhan…. Apa yang salah denganku?

Diatasnya, Donghae menahan napas. Lagi – lagi mata bulat Yoona memenjarakannya. Desir aneh menghadang nyaris tidak mengenal tempat.  Donghae  meyakini sepenuhnya bahwa saat ini gadis itu dapat menyimak debaran aneh menggetarkan tepat dijantungnya yang berpacu tidak terkendali. Laju napas berantakan, Yoona pasti bisa merasakannya. Lelaki itu menelan ludah. Ya Tuhan, apakah dirinya berdosa jika menginginkan sesuatu yang… lebih?

“A-apa kau tidak berminat lagi de-dengan remote ini?” bibir Yoona berujar kaku.

“Ya, aku menginginkannya… bolehkah?”

“Eh?”

…………………

Usai prosesi penyambutan tamu berakhir, Nyonya Lee mempersiapkan acara selanjutnya. Acara sakral ini terbilang ekstrim dan tidak lazim diera moderenisasi seperti sekarang. Lihat saja, wanita anggun berpakaian hanbok itu terlihat sedang menempelkan telinganya dipintu kamar pengantin, sesekali ia menggerutu kepada wanita paruh baya disampingnya yang tengah melakukan hal serupa.

“Emmonim tradisi menguping ini kita sudahi saja, sepertinya mereka terlalu lelah dan hanya mengobrol biasa dan menonton TV, mungkin sehabis ini mereka langsung tidur.” Bisik Nyonya Lee kepada ibu mertuanya. Dari awal menempelkan telinga dipermukaan pintu, hanya terdengar obrolan biasa hingga perdebatan diantara keduanya, terdengar pula  bunyi televisi yang berganti-ganti. Nyonya Lee  menghela napas. Tenaganya cukup terkuras mengimbangi acara pemberkatan anaknya yang tiba-tiba ini, akan lebih melelahkan jika mereka harus menguping sampai pagi hanya untuk mendengar sesuatu yang bersifat privasi.

“Yak, kau ini, jangan coba-coba menghilangkan tradisi, sebelum kita mendengar suara rintihan pengantin wanita, kita belum boleh beranjak.” Halmoni Lee dengan tegas menjelaskan alasannya. Tentu saja sebagai orang yang paling dituakan dalam keluarganya ia selalu menjunjung tinggi tradisi leluhur termasuk tradisi yang sedang dilakukannya sekarang, dan juga tradisi yang saat ini dijalani oleh kedua pengantin baru. Dilarang keluar kamar sampai pagi.

“Tunggu.” Nyonya Lee dikagetkan oleh pekikan mertuanya yang menginterupsi, seakan baru saja menerima bisikan dari malaikat. “itu…. Kau dengar sesuatu ?” Mereka menyimak dalam diam.

“Sakiiitt !!!”

“Tahanlah sedikit, ini akan semakin membengkak.”

“OMO ! Nde Emmonim, aku mendengarnya.” Nyonya Lee semakin mendorong telinganya hingga benar – benar menempel pada pintu yang sebenarnya sudah di-setting sebelumnya dan akan diperbaiki secepatnya tapi setelah acara menguping ini berakhir.

 “Mwo?! Andwaeee ! bagaimana kalau besok aku pincang?”

“Kejadian seperti ini tidak akan membuat seseorang pincang, makanya jangan bergerak terus, aku jadi susah.”

“Apa yang dilakukan Donghae ?! Sepertinya anak itu langsung tancap ke bagian inti dan tidak melakukan foreplay terlebih dahulu, ckck benar-benar tidak berpengalaman.” Halmoni Lee bersungut-sungut mengemukakan pendapatnya, lalu menajamkan pendengarannya sekali lagi.

“Nde Eommonim, mungkin selama ini Donghae terlalu sibuk bekerja hingga Ia tidak pernah melakukan hal lain diluar itu.”

“Akhh… aduuhhhh… kau menekannya terlalu keras !”

“Seharusnya dia mengikuti pendidikan seks terlebih dahulu.” Halmoni Lee terus mengemukakan pendapatnya yang dibenarkan oleh wanita disampingnya. Selama ini Donghae memang terlalu fokus dengan dunianya sendiri. Ia tidak pernah memikirkan sesuatu diluar pekerjaanya. Tingkah Donghae sangat kaku seperti robot apalagi jika dihadapan para karyawan dan relasi bisnisnya. Tapi Donghae beruntung karena  Tuhan mempertemukannya dengan seorang teman hidup yang kemungkinan dapat mengimbanginya. Menurut Nyonya Lee, Yoona memiliki sifat alami yang dapat mewarnai kehidupan monoton anaknya. Terbukti dari apa yang didengarnya sendiri, Donghae berbicara lebih santai dan lepas dibanding biasanya.

“Sebenarnya kau ini mau enak atau tidak? Lewati saja sakitnya setelah ini sakitnya pasti akan hilang, percaya saja padaku !”

“Bicaramu itu terdengar mudah sekali karena kau tidak merasakan sakit yang sesungguhnya !  Coba pikirkan lagi seandainya kau berada ditengah posisiku saat ini—”

“………….”

“Ahh…Aduhhh pelan – pelannn.”

“Isshhh, posisi apa maksudnya?!” kedua wanita yang sibuk menguping didepan pintu bergidik secara bersamaan, mereka saling berpadangan menerjemahkan arti dari  teriakan sang pengantin wanita. Bayangan liar memenuhi pikiran masing – masing termasuk betapa sakitnya hantaman yang ditanggung oleh menantu mereka dimalam pertamanya.

“Ayo pergi !” Halmoni Lee beranjak mengakhiri kegiatannya didepan kamar pengantin. Wanita tua itu lalu berjalan pergi akan tetapi langkahnya terhenti ketika melihat menantunya tidak kunjung beranjak. “Kaja, So Ahn-ah !”

“Tapi Eommonim—“

“Kita sudah mendengarnya lagipula mereka berdua sudah dewasa, mereka pasti tau mana yang berbahaya dan mana yang tidak.”

“…………..”

“Nde Baiklah” pasrah Nyonya Lee ditengah kehawatirannya. Ya, ibu mertuanya benar, mereka sudah dewasa. Mungkin Donghae dan Yoona hanya belum terbiasa, cepat atau lambat mereka akan mengerti dengan sendirinya.

………………………

“Sakiiitt !!!”

Kedua tangan Yoona berlomba – lomba mencengkeram seprei dibawahnya sekuat tenaga. Gadis itu memejamkan mata menahan sakit yang memilukan dibagian kakinya. Baru saja ia terjatuh dari ranjang usai persaingan sengit mereka memperebutkan remote yang berakhir bencana. Pergulatan itu  mengakibatkan terjadinya cedera dibagian kakinya. Yoona belum bisa memvonis apakah cedera itu parah atau tidak. Donghae sedang mencoba mengobatinya. Donghae bodoh, Yoona hawatir lelaki itu  bisa saja melakukan kesalahan akan tetapi ia tidak  punya pilihan lain sekarang. Yoona terpaksa mengangguki arahannya ketika lelaki itu memintanya agar merenggangkan kaki.

“Tahanlah sedikit, ini akan semakin membengkak.”

 “Mwo?! Andwaeee !” Yoona membulatkan mata, “Bagaimana kalau besok aku pincang?”

“Kejadian seperti ini tidak akan membuat seseorang pincang, makanya jangan bergerak terus, aku jadi susah.” Donghae tampak mengira – ngira sesuatu disekujur kaki Yoona. Sekian lama mencari, Lelaki itu menekan suatu titik yang memaksa gadis dihadapannya mengaduh.

“Akhh… aduuhhhh… kau menekannya terlalu keras !” Yoona menatap sengit, refleks menarik kakinya namun secepat itu pula Donghae menahannya. Lelaki itu mendesah jengkel. Padahal Ia sudah menemukan urat yang salah tapi Yoona dengan seenaknya  membuyarkan jejak itu.

“Sebenarnya kau ini mau enak atau tidak? Lewati saja sakitnya setelah ini sakitnya pasti akan hilang, percaya saja padaku !” omel Donghae seraya memaksa Yoona meluruskan kakinya. Sementara itu gadis yang menjadi korban omelannya menatap tidak terima, “Bicaramu itu terdengar mudah sekali karena kau tidak merasakan sakit yang sesungguhnya ! Coba pikirkan lagi seandainya kau berada ditengah posisiku saat ini—”

Donghae menghela napas dan memilih melanjutkan pekerjaannya menormalkan kaki Yoona. Menghadapi seorang wanita sama halnya dengan menghadapi ribuan pendemo ditengah kerusuhan. Jika ia berbicara sepatah kata maka secara ajaib seorang wanita akan dengan mudah melipat gandakannya. Memusingkan sekali…

 “Ahh…Aduhhh pelan – pelannn.” Yoona meringis hampir – hampir mengucurkan air mata. Kalau saja lelaki itu mengalah, kejadian seperti ini tidak akan menimpanya. Paling tidak Donghae sempat berpikir untuk menekan ambisinya memenangkan remote itu. Kalau saja  Donghae membiarkannya lolos, mereka tidak harus berguling – guling diatas ranjang seperti orang gila dan akhirnya memakan korban.

Yoona membaringkan tubuhnya usai lelaki itu menyelesaikan treatment pada kakinya yang terkilir. Yoona mencoba menggerakkan kaki kanannya perlahan – lahan, sedikit ngilu dan memaksa gadis itu meringis. Yoona memejamkan mata membuang rasa sakit yang menimpa tubuhnya. Hari ini adalah hari yang panjang. Yoona cukup kelelahan menghadapinya.  Gadis itu menguap lebar, suasana yang sejuk dikamar ini semakin mendorongnya melayang – layang kedunia mimpi, ditambah lagi Spring bad king size yang mengalasi tubuhnya serasa empuk dan lembut, nyaman sekali…

Akan tetapi ada yang janggal, tidak nyaman rasanya memakai baju pengantin disaat – saat seperti ini. Tunggu… baju?

“Bajuku.” Yoona membenahi posisinya menjadi duduk. Dengan wajah kepanikan ia berpaling menatap lelaki disampingnya. Donghae bersandar dipunggung ranjang seraya  berkutat melonggarkan dasi.

 “Mana?”

“Apa?” Donghae mengangkat alis, ‘Kenapa lagi dia… tidak jelas.’

Pikiran gadis itu berputar – berputar menyadari sesuatu. Sejak awal menginjakkan kaki di kamar ini, Ia sama sekali tidak tahu mengenai keberadaan baju – bajunya yang menurut penuturan Boa sang kakak, baju – baju itu sudah dikirimkan ke rumah ini. Bahkan tidak sekali pun Nenek dan ibu Donghae menyinggungnya. Yoona makin  dirundung kepanikan.

“Bajuku… bagaimana dengan baju ganti…” ungkapnya mencari – cari sesuatu, gadis itu tertegun beberapa saat hingga tatapannya berpaling menuju sebuah lemari didekat jendela.

“Coba periksa lemarimu !” desak Yoona menggebu – gebu.

Donghae merenggangkan otot lehernya lalu menjawab dengan santai, “Ya sudah sana, periksa saja sendiri.”

“Kau tega menyuruhku yang sedang pincang ini?” protes Yoona. Lelaki disebelahnya berpaling, menatap gadis itu ‘penuh kesabaran’ selagi menjelaskan, “Kau tidak pincang Yoona-ssi, kakimu hanya terkilir sedikit, besok juga akan sembuh.”

“Tapi tetap saja. Sekarang adalah detik ini bukan besok. Sekarang ini kakiku sedang sakit, apa kau mengerti Lee Donghae-ssi?”

Lelaki itu berdecak, “Ck menyusahkan sekali…”

Donghae berjalan menuju lemari. Begitu sampai, tangannya terdorong meraih gagang pembuka lalu menariknya dan… Brukkkkkkkk

Berpuluh kado menimpa wajah Donghae. Yoona terpekik ditempatnya. Bagaimana tidak bingkusan kotak  yang seluruhnya berbalut kertas warna – warni tiba – tiba berjatuhan dari dalam lemari bagaikan hujan meteor.

“O-mo kenapa lemari itu dipenuhi kado?” tanpa sadar kalimat tersebut mencuat dari  bibirnya. Yoona terkesiap, isi lemari itu… lalu dimana bajunya?

Ditengah rasa penasaran yang melanda, Yoona membenahi posisinya berdiri terseok  lalu berjingkak menghampiri puluhan kado yang teronggok.

“Eomma… Halmoni, ini pasti ulah mereka.” Terawang lelaki itu bergumam. Yoona menoleh kearahnya, “Apa?”

Donghae bergegas menyusuri isi lemarinya. Ruang didalam lemari itu kosong tidak menyisahkan apa pun kecuali beberapa bingkisan kado yang tertinggal.

“Lalu kemana perginya baju – bajumu dan bagaimana dengan milikku?” Yoona terpekik ditengah kepanikannya. Kalau baju – baju Donghae tidak berada didalam lemari, lalu bagaimana dengan bajunya?

“Ponselmu.” todong Yoona menyodorkan telapak tangannya dengan tegas. Gadis itu merasa perlu untuk menanyakan hal ini kepada kakaknya, kalau memungkinkan ia akan menyuruh kakaknya kemari dengan membawa serta pakaiannya.

“Yoona—“

“Cepatlah berikan ponselmu, aku ingin menelpon Eonni.” Peringat Yoona setengah memaksa. Donghae mengulangi kata – katanya yang sempat tertunda “Yoona-ssi kukatakan padamu yaa.. pengantin mana yang disaat acara pemberkatan sempat – sempatnya mengantongi ponsel? Asal kau tahu, aku cukup mengormati acara pemberkatan itu sekali pun hanya pura – pura.” Lelaki itu mengambil napas dan mengaku, “Ponselnya kutitipkan pada Eomma.”

“Tapi pada saat perjalanan menuju kerumah ini aku sempat melihatmu memainkannya di mobil.” Cecar Yoona tanpa koma, Donghae sampai ngilu mendengarnya, “Ya kau benar, aku membuka e-mail pada saat di mobil, setelah itu aku langsung memasukkannya kedalam saku tuxedo. Tuxedo itu sudah tidak kukenakan lagi, acara pemberkatannya juga sudah selesai, bukan? bisa jadi tuxedonya tergeletak dan Eomma-lah yang mengamankannya.”

“A-apaaaa?” Yoona terpatung mengamati penampilan Donghae saat ini. Lelaki itu benar. Donghae hanya mengenakan kemeja putih, Yoona mengingat bahwa tuxedo lelaki itu sudah terlepas dari tubuhnya saat mereka berada didalam mobil. Donghae sendiri tidak nyaman memakai tuxedo itu akibat peluh yang  menggenangi tubuhnya entah karena lelaki itu kepanasan atau apa, Yoona sama sekali tidak tahu.

“Huaa? Bagaimana ini? aku juga menitipkan ponselku pada Eonni.”

Yoona menjambak rambutnya frustrasi. Jika tidak ada satu pun dari mereka yang menggenggam ponsel, lalu bagaimana dengan nasib pakaiannya? Sementara pintu kamar mereka terkunci. Ini semua akibat peraturan aneh keluarga Donghae yang mencetuskan larangan kepada pasangan pengantin baru bahwa mereka tidak boleh keluar kamar sampai pagi… sampai pagi?!

Donghae menutup lemari seraya menyingkirkan kado dengan kakinya, “Ya sudah nikmati saja gaunnya sampai pagi, kurasa gaun itu amat berkesan untukmu.”

“Berkesan apa maksudnya?! Aishh dasar menyebalkan !”

Yoona menatap tumpukan kado yang berserakan. Otaknya mencerna sesuatu. Perlahan – lahan gadis itu mengambil posisi duduk dilantai, setelahnya menggapai sebuah kotak yang terbungkus rapih.  Yoona merobek – robek bungkus kado itu seperti orang kesetanan, berharap ada sepotong atau dua potong pakaian yang layak untuk dikenakan. Sayangnya… tidak ada, ‘sialaaaan.’ Teriaknya dalam hati. Yoona meremas lingerie berwarna merah menyala yang entah sudah keberapa kali ia menemukan benda – benda mengerikan sejenisnya. Ditengah kegusaran yang melanda, Yoona melanjutkan pencariannya siapa tahu diluar sana, satu atau dua orang waras menyelipkan benda – benda yang lebih berguna, namun lagi – lagi Yoona harus menelan pil pahit. Isi dari kado yang dibukanya rata – rata adalah benda mengerikan itu..

Tubuh Yoona kian memanas dan berapi – api, gadis itu mengacak – acak tumpukan lingerie dipangkuanya tanpa sadar melempar salah satunya dengan ganas,  ‘Siapa juga yang bersedia memakai baju pendek, tipis, aneh dan tidak masuk akal? Sebenarnya apa  yang ada didalam otak mereka, bisa – bisanya menghadiahkan benda yang… yang mesum dan menggelikan seperti ini?!’

Donghae tergelak tiba – tiba. Lelaki itu melirik Yoona sebentar, mengalihkan pandangan lalu tertawa lagi begitu seterusnya. Yoona menghirup napas panjang berusaha menjernihkan otaknya namun tingkah Donghae yang semakin menyebalkan justru memacu emosinya kian tersulut.

“Kenapa kau tertawa? Apa menurutmu ini lucu?” pekik Yoona hilang kesabaran.

“Tenanglah, Kau ini panik sekali, makanya jangan bodoh.” Donghae berdiri pogah dengan kedua lengannya terlipat didepan dada.

Yoona mendongak menatap lelaki itu, mempertegas kegamangannya lewat lipatan didahi.

Donghae beranjak menuju pintu lain di sudut ruangan, pintu yang menghubungkan kamar ini dengan ruang ganti pakaian. Donghae yakin para pelayan memindakan seluruh  baju – bajunya keruang ganti. Kalau dipikir – pikir gadis itu terlalu mendramatisir keadaan, masalah kecil saja bisa dibesar – besarkan olehnya.

 ~trek~trek~trek

Berkali – kali Donghae menarik gagang pintu di ruang ganti. Lelaki itu menggedor – gedornya frustrasi ketika menyadari sesuatu. ‘Sial.’ Umpatnya dalam hati. Seandainya gadis memusingkan itu tahu kebenaran ini, ia  pasti akan mengomel dan mengeluh tanpa henti. Dan itu berarti hidupnya malam ini akan seperti di neraka. Donghae tidak punya kendali untuk mengatakan bahwa semua baik – baik saja. Mau tidak mau ia harus berkata jujur meski nyatanya itu agak mengerikan.

Yoona memperhatikan Donghae mulai dari ketika Ia pergi dengan wajah percaya diri namun berpulang kehadapannya dengan wajah memucat. Barangkali ada yang salah dengan pintu itu…

Begitu sampai dihadapan Yoona, Donghae bersimpuh mensejajarkan posisinya lalu menjelaskan, “Yoona-ssi, begini… aku tidak bisa membantumu mencari pakaian. Kelihatannya walk in closet disamping kamar ini dikunci—”

“MWOOO?!” seperti dugaannya kedua mata gads itu membulat sempurna,  “Kyaa jadi bagaimana nasibku? Masa iya aku harus tidur dengan gaun pengantin ini huaaa Eonnieee hikzz…”

Yoona mengusap – usap wajahnya kasar. Lima detik selanjutnya ekpresinya berubah 180 derajat, gadis itu menatap Donghae lamat – lamat, “Bajumu…”

Donghae mengikuti arah mata Yoona, lelaki itu membuka mulutnya tapi tidak berkata – kata.

“Maksudku baju yang kau pakai.” Jelas Yoona sekali lagi, “Biarkan aku memakainya.”

Belum ada pergerakan lebih jauh, Donghae sibuk mencerna maksud Yoona, bukan karena tidak mengerti hanya saja ia tidak habis pikir bahwa jalan keluar yang diputuskan Yoona sampai sejauh itu.

“Aishh dasar lambat, sini.” Yoona menarik kerah kemeja Donghae tidak sabaran lalu membuka kancingnya satu persatu.

“Hyaa kau mau memperkosaku?” protes lelaki itu menghalau tangan Yoona. tanpa kehawatiran sedikit pun Yoona memukul lengan Donghae hingga menyingkir dengan sendirinya.

Selesai membuka kancing – kancing itu sampai kebawah, Yoona mendorong paksa kemeja Donghae hingga melewati bahu polosnya, Yoona semakin gemas dengan tingkah lelaki itu yang meronta tidak mau menurutinya, “Ayolah lepaskan. Aku tidak akan berbuat aneh – aneh. Lagipula mana bisa aku melakukan itu? posisiku jauh lebih berbahaya saat ini. Kau akan baik baik saja seandainya melepas bajumu sedangkan aku? Aku adalah wanita.” Ungkap Yoona mengguncang – guncang bahu lelaki itu.

Donghae yang merasa dipusingkan oleh tingkah Yoona akhirnya menurut. Ia beralih membuka kemejanya dengan sukarela menyerahkan pakaian itu kepada Yoona.

“Sekarang celanamu.” Todong Yoona lebih ekstrem dari sebelumnya.

Donghae terkekeh, ini mustahil.

“Maksudmu aku juga harus membuka celanaku?”

“Ya. Kau memakai boxer kan?”

Benar – benar gila. Donghae tidak bisa mempercayai ini. Yoona menelanjanginya ditengah malam pertama mereka? Ya, alasan keselamatan itulah yang digunakan Yoona. Donghae tersudut olehnya. Sebagai pria normal ia cukup tahu apa yang akan terjadi dengan mereka berdua seandainya gadis itu nekad membuka gaun pengantinnya. Donghae tidak mungkin membiarkan Yoona kesal dan pergi membatalkan kontrak pernikahan mereka. Hanya karena kesenangan sesaat bisa – bisa  rencana besar yang sudah disusunnya hancur dalam sekajap mata.

“Ayo cepat buka celanamu. Kau membiarkanku memakai baju tapi tidak membiarkanku memakai celana, itu sama saja.” desak Yoona tidak gentar sedikit pun. Donghae semakin frustrasi. Bagaimana mungkin gadis itu memaksa seorang lelaki membuka celana didepannya? Dia itu sudah gila atau apa?

Berjuta umpatan liar bertebaran dikepalanya, namun  lagi – lagi Donghae tidak punya pilihan lain. Katakanlah dirinya yang gila karena bisa – bisanya menuruti kemauan Yoona. Donghae nekad membuka celananya, lagi – lagi menyerahkan benda itu kepada gadis yang menunggunya. Kini satu – satunya busana yang melekat ditubuhnya adalah sepotong boxer biru.

Yoona menyeringai penuh kemenangan. Gadis itu merampas celana pemberian Donghae lalu tersenyum, “Bagus, gomawo…” ungkapnya sambil mengamati lelaki itu. Ternyata dia juga bisa berpikir panjang, namun tidak selalu begitu karena terkadang dia juga bodoh.

Selain bodoh,  dia juga semena – mena dan tidak tahu aturan tapi…

Yoona menatap tubuh Donghae dari atas kebawah. Tubuhnya lumayan, menyerupai tubuh model kekar dimajalah – majalah pria dewasa. Sepertinya lelaki itu rutin berolah raga, antara ia memang perduli dengan kesehatannya atau ia hanya ingin pamer didepan para wanita. Yoona bergeleng sama sekali tidak perduli. Gadis itu membenahi gaunnya lalu bersiap – siap bangkit dari posisinya.

“Jaga baik – baik, itu baju mahal.“ peringat Donghae menginterupsi gerakan Yoona. Gadis itu meniup ubun – ubunnya.  Oke, sekarang apa lagi… Dia sedang memproklamirkan kekayaannya atau dia memang perhitungan seperti itu?

“Sebagai ganti pakaianmu…” Yoona memungut lingerie yang bertebaran disekitarnya. Gadis itu menatap Donghae terakhir kali sebelum akhirnya menghempaskan lingerie itu kewajah Donghae, “Makan ini..lingerie…” sungut Yoona merasa puas. Donghae menepis benda – benda aneh itu dari wajahnya tidak suka, “Yak, apa yang kau lakukan?”

Yoona mengangkat bahu tak acuh. Ia bangkit dari posisinya lalu terpincang – pincang kearah kamar mandi, gadis itu cukup berhati – hati karena tentu ia juga memperitungkan keadaan kakinya yang terkilir.

“Ck menggelikan.“ umpat Donghae selagi menatap kepergian Yoona. Sesuatu didalam telinganya saling bersahut – sahutan, meminta agar tubuhnya berlari membantu gadis itu berjalan. Donghae baru saja akan beranjak, namun tiba – tiba rasa simpatinya hilang. Lagi – lagi karena ulah gadis itu…

“Oh ya dasi ‘mahalmu’ ini aku pinjam. Kelihatannya benda ini cukup ampuh mengecilkan lingkar celanamu yang kedodoran… hanya berjaga saja, jangan sampai kau melihat sesuatu yang bukan – bukan.” Ungkap Yoona panjang lebar. Gadis itu meraup dasinya yang tergeletak diatas meja kemudian berlalu pergi tanpa menunggu persetujuan.

Dasar aneh.. Sepertinya gadis itu baik – baik saja…

………………

Ditempat berbeda selanjutnya…

“Yoboseyo Tuan besar.”

Ya, Honey.” Sapa pria baruh baya usai mengangkat telepon dengan senyum lebar mengingat siapa yang saat ini menelponnya.

“Nyalakan TV dan lihat berita terbaru.”

“Apakah keputusannya sudah keluar ?” lengkungan dibibir pria paruh baya itu mengendur sedikit-demi sedikit kala pendengarannya menangkap sebuah nada kecemasan dari wanita diseberang sana.

“Kau lihat saja sendiri.”

Pria yang dipanggil tuan besar itu meraih remote di hadapannya dan segera menyalakan TV dan mencari siaran berita yang sedang live saat ini.

“Biar kututup dulu teleponnya.” ucap wanita itu sedikit menambahkan “Selamat malam, Tuan Besar-ku”

Bip. Sambungan telepon terputus.

Ketua umum Partai Nasional Korea, Jung Il Woo divonis hukuman 8 tahun pidana penjara oleh majelis hakim peradilan tindak pidana korupsi karena terbukti melakukan korupsi menerima hadiah dan tindak pidana pencucian uang. Tuan Jung Il Woo juga harus membayar pidana denda sebesar 300 juta Won dan harus membayar uang pengganti kerugian negara sedikitnya 57,5 miliar Won. Tuan Jung juga didakwa telah menerima hadiah dari berbagai proyek pemerintah, termasuk proyek Nami stadion senilai Rp 116,8 miliar dan US$ 5,26 juta dalam persidangan pertama awal 2016. Tuntutan jaksa menyebutkan, Tuan Jung juga menerima dua kendaraan mewah yang masing-masing seharga 670juta Won dan 735 juta Won. Dalam fakta persidangan, Tuan Jung terbukti melakukan pencucian uang dengan membeli rumah di distric gangnam dan sepetak lahan di Jeju Island senilai 20,8 miliar Won serta menyamarkan asetnya berupa tambang di luar negeri.”

Layar Televisi menampilkan sebuah liputan menjijikkan mengenai ditetapkannya seorang ketua partai sebagai tersangka korupsi dan pencucian uang. Jung Il woo beserta tim pengacaranya terlihat sedang berjalan menuju mobil dengan para wartawan yang berebut mengambil gambar dan mewawancarai petinggi partai politik itu. Akan tetapi seperti biasa para wartawan itu tidak akan memperoleh apa-apa karena sasaran pengejaran mereka langsung diseret ke dalam mobil tahanan. Miris.

Sesi itu berganti kemudian sang pembawa berita melanjutkan siarannya membahas berita selanjutnya. Kali ini  giliran seorang pria yang menyampaikan berita, “Pengamat politik dari Pusat penelitian politik, ekonomi dan sosial Seoul mengungkapkan bahwa akibat dari kasus ini, elekabilitas partai kemungkinan akan mengalami penurunan—

Bip. TV di  hadapannya tiba-tiba dimatikan oleh lelaki muda yang sejak tadi  berada didalam ruangan itu dan mendengar semuanya. Ia menduga sebentar lagi siaran berita tersebut akan memutar ulang bahkan melebih – lebihkan berita sialan itu. Terlalu memusingkan bagi laki-laki itu jika harus mendengar berita serupa yang memaksa keringat dinginnya mengucur.

“Kau dengar sendiri kan ?” Pria tua yang dikenal sebagai Tuan Besar itu tersenyum melihat kekesalan lelaki muda dihadapannya. Lalu menambahkan “Situasi semakin rumit, kau harus segera bergerak Nak, semakin cepat kau mengambil alih kepemimpinan perusahaan media ini, maka akan semakin cepat bagimu menerima hadiah terindah dariku dan aku  bisa secepatnya membantu sahabatku, tentu dibalik bantuan selalu ada imbalan.”

“Nde, aku akan melakukannya dengan baik A—aboji.”

“……………..”

“Ehmm, Maksudku… Tuan Besar.” Ralat lelaki itu penuh keyakinan lalu melanjutkanAku akan merebutnya dari tangan Ayah adopsi Sehun.

“Ya, Lakukanlah ! Jangan menyalahkanku seandainya  kau tidak akan pernah memperoleh apa yang sejak dulu kau inginkan.” Peringatnya tegas.

Beberapa menit usai berlalunya pembahasan itu, Tuan besar dihadapannya tersenyum penuh kehangatan, “Oh ya, Kau dengar kan ? yang tadi menelpon adalah Eommamu dan sepertinya dia semakin cemas. Kau tidak boleh mengecewakannya dan jalankan rencana ini dengan baik.”

“Nde, Aku tidak akan mengecewakan Eomma dan tadi siang Paman sudah menjelaskan padaku tentang rencana selanjutnya.” Lelaki muda itu membungkuk sebagai penghormatan terakhirnya kepada seorang Tuan besar yang duduk dengan segala keangkuhannya,  lantas ia beranjak pergi membawa serta ambisi didalam dirinya yang mulai tidak terkendali.

……………………….

Tumpukan guling menandai batas wilayah diantara kedua orang itu. Yoona membasuh kedua tangannya usai meletakkan guling terakhir yang meresmikan sesuatu yang tidak boleh dilanggar atau salah satu dari mereka akan ditendang keluar dari ranjang tanpa kompromi. Yoona  mengintip Donghae yang saat ini berbaring memunggunginya, gadis itu mencibir  sama sekali tidak menyukai keadaan seperti ini dimana ia terpaksa tidur satu ranjang dengan lelaki itu. Yoona bergeleng, entah bagaiamana Ia merinding hebat  jika terus membayangkannya.

Mereka memang berbagi ranjang namun tidak dengan selimut. Donghae menggelarkan selimutnya sendiri sementara Yoona memperoleh selimut dari sebuah kado yang tentunya masih waras.

Yoona ikut membaringkan tubuhnya lalu menghela napas. Akhirnya usai perjalanan panjang tibalah dimana waktu bersantai menampakkan sensasinya. Tidak tanggung – tanggung,  Yoona menarik selimut yang menghangatkan tubuhnya sampai keatas kepala. Kelopak matanya sayup – sayup mengamati keberadaanya yang seakan berada diantara dua dunia. Melayang – layang dibawah timbunan hangat yang melingkupinya, tiba – tiba ingatan Yoona terketuk oleh sesuatu. Ia terpatung atas prasangka yang tiba – tiba menghadang…

Siapa yang bisa menjamin seandainya ditengah malam, lelaki itu menyingkarkan guling – guling ini lalu berpindah menggerayanginya ??? Atau mungkin… lelaki itu mencari – cari kesempatan dalam kesempitan…

“Donghae-ssi…” panggil Yoona menurunkan selimutnya hingga keleher.

“Hmmm…” lelaki bergumam.

“K-kau belum tidur?”

“Menurutmu?”

Yoona menahan napas lalu berkata, “Kau… maksudku, kita tidak akan kenapa – napa kan?”

“Sudahlah, apa guling pembatasmu ini tidak cukup meyakinkan ? Kalau begitu tidur saja sana di sofa.” Donghae menimpali dengan suaranya yang setengah melayang. Ia tidak terlalu memperdulikan Yoona usai tingkah kekanak – kanakan gadis itu yang bisa – bisanya  berpikir membangun guling pembatas, padahal kalau Donghae menginginkannya, Ia bisa dengan mudah menyerang Yoona. Hanya karena gadis itu pandai berkelahi bukan berarti Ia takut.

“Aku tidak suka tidur disofa, lagi pula aku menumpuk gaun itu disana ..” jawab Yoona tiba – tiba. Donghae semakin geram atas jawabannya. Lelaki itu menghela napas ditengah energinya yang kian menipis,  “Ya sudah kalau begitu diam saja ! Aku lelah tidak punya tenaga lagi untuk meladenimu.”

“Jinja?”

Lelaki itu membuang napas kasar, “Aishh, apa kau tidak bisa berhenti bicara? Jangan mengangguku atau aku akan menindihimu sekarang juga !”

Ishhh…” desisnya terdengar tidak suka. Kemudian sunyi menggantinya. Yoona tidak berkata apa – apa lagi. Donghae tersenyum penuh kemenangan. Tidak disangka – sangka, ternyata ancaman seperti itu cukup ampuh menyumpal mulut Yoona.

Donghae memposisikan tubuhnya senyaman mungkin. Sejak tadi Ia sudah menantikan saat – saat seperti ini dimana pikiran dan perasaannya beristirahat untuk beberapa jam kedepan. Donghae menguap lebar ketika kantuk mulai menyerangnya…

“Omoo dibalik tingkahnya yang menyebalkan ternyata tubuh lelaki itu sexy dan sixpack hmmm…”

Kelopak mata Donghae yang tadinya menutup terbuka kembali. Pendengarannya tiba – tiba terganggu usai feeling-nya menangkap sinyal – sinyal negatif dari ucapan gadis disebelahnya. Donghae membenahi posisinya setengah berbaring hanya untuk memeriksa keadaan gadis itu.

Donghae menghela napas, lagi – lagi seperti ini. Yoona berbicara sendiri entah ditujukan kepada siapa. Gadis itu memejamkan mata namun tetap saja ia berbicara sesuka hati, bahkan disaat – saat seperti ini pun mulutnya tidak berhenti mengunyah kata. Sekilas Donghae mengira tingkah Yoona barusan hanya sebatas pura – pura. Hingga ia mengamatinya lebih lanjut, mengguncang – guncang tubuh Yoona sampai ia harus menepuk wajah gadis itu berkali – kali, Donghae tidak menemukan fakta yang mendukung dugaannya. Gadis itu memang tertidur pulas, dan tiba – tiba merengek seperti ini. Sekarang apalagi?!

“Eonnieee aku tidak sengaja, mianhaeee.” Ucap gadis itu sempoyongan. Donghae berdecak, lelaki itu mengorek kupingnya yang mulai gatal akibat suara – suara pengganggu. Kalau begini terus, bisa – bisa Ia terjaga sampai pagi.

Gadis itu terdengar menghela napas lalu bergumam seperti halnya mabuk berat. Sungguh tidak bisa dipercaya, padahal sebelum ini Ia tidak meminum apa- apa.

“Yak yak Lupakan soal tubuh sexy lelaki itu  Im Yoona… Kau tahu? matamu akan ternoda menikmati pemandangan menggiurkan yang penuh dosa. Segeralah bertobat dan buang pikiran kotormu, hmmm kalau dipikir – pikir ini semua juga bukan salahmu tapi salahnya yang terlalu sixpack…” anggapan Yoona memaksa kening Donghae mengerut kebingungan. Sexy? Sixpack? Apa maksudnya?

Donghae tertegun, sejenak ia menyadari sesuatu. Rahangnya lalu mengeras. Tenyata pikiran Yoona sudah menyimpang kemana – mana. Tapi benarkah dirinya yang dimaksud gadis itu ?

Kalau memang benar… Donghae tidak tahu apakah seharusnya Ia merasa  malu atau… Ya, seharusnya hal ini akan menjadi sangat memalukan. Ia sudah menyebabkan seorang gadis beranggapan miring tentangnya, tapi saat ini pengecualian. Donghae terkekeh merasa konyol dengan keadaannya sendiri. Pasti ada yang salah… anehnya ia tidak menemukan sesuatu yang pantas ditertawakan.

“Memangnya apa yang kau harapkan darinya? Selain uangnya, Dia tidak punya apa – apa lagi yang bisa diharapkan…” Gadis itu menggeliat lalu menggaruk – garuk wajahnya asal. Sementara itu Donghae sibuk dengan pikirannya sendiri. Goresan dibibirnya musnah tergantikan oleh kernyitan didahi yang menyuarakan rasa ingin tahu. Lelaki itu menunggu… entah menunggu apa.

“Heii… Dia hanya seorang Lee Donghae, lelaki bodoh, gila dan menyebalkan… Sudahlah lupakan saja dia… dan kau..” telunjuk gadis itu mengacung kearah  plafon kamar. Arah mata Donghae mengikutinya.

“Katakan padaku, wanita malang mana di alam semesta ini yang menyukai pria seperti itu, haahh..”

Tanpa sadar jejeran giginya bergemeletuk. Hampir saja Donghae menggetok kepala Yoona.  Berani beraninya gadis  itu berpikiran buruk tentangnya lalu membawa – bawa alam semesta…

Donghae menelan rasa kecewanya bulat – bulat, kenapa ini terlalu menyakitkan ? Padahal gadis itu hanya mengigau tidak jelas. Donghae mengacak rambutnya gusar. Berlarut – larut memikirkan hal ini  bisa – bisa Ia akan terkena gangguan mental.

Benar, mentalnya memang sudah terganggu. Dan sialnya tanda – tanda itu mulai nampak…

Donghae menatap gadis itu sebentar, wajahnya begitu damai seperti halnya bayi mungil yang  baru saja dilahirkan , tapi siapa yang menyangka bahwa setelah bangun dari tidurnya ia akan berubah menjadi gadis mengerikan. Juga… Siapa yang akan melarang jika saat ini Donghae menyingkirkan guling – guling  pembatas diantara mereka. Siapa yang akan marah jika saat ini tangannya menjulur dan mengusap kepala gadis itu perlahan – lahan. Karena saat ini Donghae melakukannya. Lelaki itu memandangi wajah Yoona cukup lama hingga akhirnya ia bergeleng menepis anggapannya yang semakin liar. Donghae membenamkan tubuhnya kembali menuju tempat asalnya didalam selimut, tidak lupa menyumpal kedua telinganya dengan bantal untuk berjaga – jaga. Hening menyerbu. Donghae memejamkan mata, menjatuhkan diri kedalam dunia bawah sadar. Hembusan napasnya meluncur bebas karena sepertinya igauan aneh gadis itu sudah menghilang ditelan sunyi.

…………

Baru sedetik rasanya memejamkan mata, ketukan pintu dari luar datang mengusiknya. Donghae terpaksa bangun dari posisi tidurnya seraya menggerutu. Lelaki itu menatap jam dinding lalu matanya membulat. Jam tujuh lewat lima belas menit. Donghae bergeleng, tidak mungkin ini sudah pagi, kenapa rasanya cepat sekali?

“Donghae-ya Halmoni sudah tidak mengunci pintu kamar kalian sekarang buka pintunya atau Halmoni akan masuk tanpa permisi.” Peringat seseorang dari luar membuyarkan lamunan Donghae. Lelaki itu menoleh kesana – kemari, sontak ia  menyadari situasi yang dihadapinya saat ini. Halmoninya berada didepan pintu dan Yoona… Bisa – bisanya gadis itu tertidur pulas diantara gedoran pintu yang sangat berisik. Donghae hampir saja membangunkan Yoona kalau saja Halmoninya itu sedikit bersabar.

“Baiklah kalau begitu, Halmoni akan menghitungnya… lima, empat, tiga… dua.. sat—“

Donghae meloncat dari ranjangnya lalu  bergegas meraih kenop pintu.  Lelaki itu berlari kencang sebelum Halmoninya mendapati keadaan mereka, terlebih Yoona yang memakai baju seperti itu..

“Omo !!!”

Wajah Halmoninya yang begitu terkejut dan seorang pelayan yang memekik dibelakangnya  menjadi awal pemandangan dibalik pintu. Donghae terkesiap dan merasa tidak bisa bernapas dengan cara seharusnya. Ia tidak menyangka Halmoninya datang bersama salah seorang pelayan. Dan kini pelayan itu serius memandanginya dari atas kebawah.

“Tidak apa – apa Halmoni mengerti… Pasti sangat melelahkan bagi kalian usai mengarungi malam yang panjang.”

Donghae menganga lebar. Pandangannya jatuh menyusuri tubuhnya sendiri. Lelaki itu membuang napas kasar, amat frustrasi menyadari penampilannya saat ini. Bagaimana tidak… Berdiri dengan hanya mengenakan boxer, didepan neneknya dan seorang pelayan. Sungguh memalukan.

“Sudahlah bangunkan istrimu, kita akan sarapan bersama. Bergegaslah karena sepertinya orang – orang itu sudah tidak sabar menunggu kedatangan kalian.” Halmoni Lee menarik napas panjang, wanita tua itu melirik penampilan Donghae beberapa kali sebelum Ia mempertajam fokusnya, “Dan…”

Pelayan Choi menjulurkan sebuah kotak kearah Donghae. Sang pelayan wanita menahan kegugupannya sewaktu menunggu Donghae meraih kotak itu. Fenomena yang langka untuknya menyaksikan bagaimana penampilan sang majikan tertampannya di rumah ini yang tidak biasa.

Halmoni Lee menatap Donghae lalu berujar dengan nada memerintah, “Ganti bajumu dengan ini, dan ini juga salah satu pakaian Yoona yang diantar oleh kakaknya semalam. Selebihnya,  pelayan Choi-lah yang akan membereskannya nanti. ”

Donghae membuang napas kasar, saat ini ia tidak punya pilihan lain. Donghae meraih kotak itu dengan sejuta penyesalan yang membelenggunya. Dan kini, entah bagaimana pikiran orang – orang itu tentangnya.

……………….

Sekitar pukul 8 pagi Yoona menikmati sarapan bersama anggota keluarga barunya. Dihadapannya duduk sang nenek mertua, Eomma mertuanya, dan Donghae. Yoona memutar pandangannya, Ia tidak melihat Sehun. Bibir Yoona membuka berniat menanyakan hal ini tapi entah bagaimana keberaniannya ciut dihadapan Halmoni Donghae. Sebagai Eomma baru bagi Sehun, Yoona merasa bertanggung jawab atas kehadiran anak itu. Hanya saja, Ia tidak nyaman dengan keadaan ini. Pikirannya kosong dan Yoona bingung harus bagaimana memulainya.

“Eomma, Dimana Sehun ?” Donghae bertanya kepada Eommanya mencegah pertanyaan serupa dilayangkan oleh Yoona.

Nyonya Lee tersenyum lalu menjelaskan, “Sehun belum bangun, kelihatannya anak itu sangat  bersemangat  menyambut  pernikahan Appa dan Eomma barunya, Sehun bahkan menyapa para tamu. Semalam anak itu  baru tertidur sekitar jam sebelas malam ketika rumah sudah benar-benar sepi dan para tamu meninggalkan tempat. Mungkin sekarang anak itu kelelahan.” Nyonya Lee terkekeh nyaris tertawa. Yoona balas tersenyum, ibu mertuanya itu benar-benar anggun dan ramah. Mungkin profesinya sebagai pembawa berita membuatnya mempunyai sifat seperti itu. Padahal  Ia sempat berpikir bahwa sebagian besar ibu mertua identik dengan mereka yang senang menyiksa menantunya seperti di drama-drama.

Mendengar penjelasan Eommanya Donghae mengangguk paham. Sehun membutuhkan istirahat yang cukup. Sama halnya dengan orang dewasa yang sekiranya membutuhkan asupan. Cukuplah semalam Ia kehilangan waktu tidur, namun jika menyangkut soal makan Donghae tidak berniat menunda – nunda. Lelaki itu menggerakkan sumpitnya menikmati satu per satu  hidangan yang tersaji dengan lahap. Acara pemberkatan semalam sudah cukup melelahkan baginya ditambah lagi Ia harus menggendong Yoona beserta gaunnya yang berlapis – lapis, wajar jika saat ini Donghae kelaparan. Ia hanya menyentuh sepotong roti tadi malam, berbeda kasus dengan Yoona. Gadis itu  memakan apa saja sampai puas tanpa memperdulikan bobot tubuhnya. Terkadang hal inilah yang mengherankan. Yoona kerap kali mengunyah sesuka hati, namun anehnya gadis itu mempunyai bentuk tubuh yang lumayan sexy— dimata Donghae. ‘Anggaplah ia sudah gila karena membayangkan sesuatu yang tidak pantas, padahal ini masih pagi.’

“Pelan – pelan sedikit. Kau ini seperti belum makan tiga hari.” wanita paruh baya tiba-tiba berkomentar. Ia terdiam sebentar lalu menambah, “Ehmm… Seharusnya kau menyimpan tenagamu untuk resepsi siang nanti, bukan malah menghabiskannya di atas ranjang.”

“Menghabiskan waktu diranjang justru mengembalikan staminaku, Halmoni.” Donghae menanggapi komentar Halmoninya dengan santai lalu melanjutkan sarapannya. Lelaki itu menyetujui bahwa ia memang sangat lapar karena aktivitas fisik yang melelahkan tadi malam. Menggendong yoona, berdebat, berebut remote TV serta berguling-guling dengan Yoona  membuatnya kelelahan. Setelah itu ia mengistirahatkan tubuhnya diranjang. Pendapat Halmoninya sungguh aneh dan tidak masuk akal. Mana mungkin menghabiskan waktu diranjang berakibat pada berkurangnya tenaga ? justru seseorang harus menghabiskan waktu yang cukup diatas ranjang, dengan bergitu staminya akan terjaga.

“Bukan begitu Hae-ya, jika kau terlalu bersemangat, kasihan Yoona, bagaimana kalau  istrimu terjatuh saat berdiri dipelaminan nanti.” Tiba-tiba Nyonya Lee menimpali sembari menatap anak dan menantunya.

“Aku baik-baik saja Eommonim.” Yoona tersenyum menanggapi kehawatiran ibu mertuanya lalu menambah, “Donghae Oppa memang hampir mencelakaiku tapi dialah yang bertanggung jawab menolongku. Donghae Oppa sangat pandai memijat—“

“Mendengar betapa menggilanya Donghae semalam, aku tidak yakin dengan keadaannmu yang katanya baik – bak saja.” Belum sempat Yoona melanjutkan kalimatnya, Halmoni Lee tiba-tiba memotong ucapan Yoona dengan pandangan lekatnya.

“M-menggila ?” Yoona menatap Donghae yang sama bingungnya. Mereka saling pandang mempertanyakan soal maksud dari kata ‘menggila yang diucapkan Halmoninya beberapa saat lalu.

Nyonya Lee tersenyum sembari menjelaskan,  “Iya, Syndrom yang menyerang pengantin pria pada malam pertama. Syndrom ini bisa berakibat pada tersakitinya pengantin wanita—”

“Uhuk, uhuk…” Donghae tersedak oleh makanannya sendiri. Ia menyambar segelas air lalu meminumnya hingga tandas. Donghae termenung  sambil mencengkeram gelas kosong.  Ia tidak mengerti dari mana Eommanya menarik kesimpulan yang menyesatkan itu. ‘Malam pertama ? yang benar saja’.

“Mianhae Halmoni, Eomma. Aku tidak ‘menggila’ di ‘malam pertama’ dan aku juga tidak menyakiti siapapun. Dari mana kalian menyimpulkan sesuatu yang konyol seperti itu ?”

“Kami mendengarnya sendiri ! Apakah sebelumnya mendiang kakakmu—Jin hae tidak pernah bercerita  kepadamu tentang kebiasaan ini di rumah kita?” Halmoni lee kembali menimpali sanggahan Donghae. Sepertinya wanita paruh baya itu sedikit kesal karena Donghae tidak mau mengakui kesalahannya, bahkan cenderung mengalihkan pembicaraan.

“Kebiasaan ?” Donghae kemudian mengingat-ingat.  Ia melirik Yoona yang sudah pasti kebingungan menghadapi  situasi ini. Donghae membongkar ingatannya dan Ia tidak menemukan apa – apa kecuali…

“Apakah yang kalian maksud adalah tradisi — didepan pintu ?” Donghae terdiam selagi berkutat dengan pikirannya. Tradisi leluhur yang hingga saat ini  menjadi keharusan didalam keluarganya. Selain pengantin pria yang harus menggendong pengantin wanita kedalam kamar, para tuan rumah juga memiliki kebiasaan tersendiri, yaitu menyempatkan waktu minimal lima menit untuk memantau keadaan di depan kamar pengantin. Dulu kakaknya juga pernah menjalani kebiasaan semacam ini, tetapi Donghae tidak terlalu mengingatnya karena ia tidak begitu peduli dengan hal-hal yang menurutnya ‘konyol’ seperti itu.

“Tradisi didepan pintu…” Yoona menimpali dugaan Donghae, Ia benar-benar kebingungan dengan alur pembicaraan keluarga ini, ‘Benar – benar aneh, tradisi didepan pintu ? Apakah ini seperti menguping?  Ya Tuhan memangnya apa yang mereka dengar semalam.‘

Halmoni Lee mengalihkan tatapannya kearah Yoona, “Kudae. Di keluarga ini, Kita harus menjunjung tinggi tradisi-tradisi leluhur baik itu di dalam pernikahan, kelahiran maupun kematian atau perayaan-perayaan lainnya diluar itu.”  Jelasnya dengan mata yang membidik tajam, “Sebagai wanita yang mengurus rumah tangga keluarga ini, kau seharusnya paham dengan hal – hal semacam itu, Yoona-ya.”

Yoona menelan ludah kemudian menggangguk sambil berucap, “Nde, Halmoni. Aku mohon bimbingan Halmoni untuk selanjutnya dan mianhae aku tidak menyadari adanya tradisi itu, jeongmal mianhae.” Yoona kemudian menunduk penuh penyesalan.

“Eomonim mengerti Yoona-ah, wajar jika kau tidak tahu. Sekarang yang perlu kau lakukan adalah mempelajari itu semua.” Nyonya Lee tersenyum pada orang-orang di sekelilingnya lalu melanjutkan, “Dengan adanya tradisi ini kita dapat mengetahui masalah yang menimpa pengantin pada malam pertamanya. Begini Yoona-ya, jika kau merasa tidak nyaman dan tersakiti kau tidak usah menutupinya dan kau, Donghae-ya.” Nyonya Lee menatap tajam anaknya, “Eomma mengerti pengantin baru mempunyai hasrat yang tinggi mungkin karena rasa penasaran yang berlebihan tapi kau juga harus mengerti istrimu, jika dia merasa sakit dan tidak nyaman kau harus berhenti sejenak, bukan memaksanya.”

 “Chankaman Eomma, Sepertinya ada kesalahpahaman disini.” Donghae menyanggah,  “Aku dan Yoona semalam itu hanya—“

“Ani-ya, itu tidak penting lagi. Sekarang  yang terpenting adalah kalian  harus bersiap-siap menghahadapi resepsi siang nanti. Oh ya, Aboji akan tiba dari Jepang hari ini dan ikut serta menghadiri pestanya.”  Wanita itu  menjeda sebentar lalu menghimbau, “Dengarkan Eomma, jika ada waktu kosong, pergunakan untuk istirahat dan jangan digunakan untuk ‘berperang’ lagi.”

“Eomma aku belum selesai berbicara.” Donghae mengiterupsi. Kali ini Eommanya benar – benar salah paham. Donghae ingin menjelaskan sesuatu namun entah bagimana lidahnya kelu bahkan untuk berucap sepatah kata.  Lelaki itu  melirik Yoona yang justru menyembunyikan wajahnya. Donghae berdecak gusar. Apa yang sedang dilakukannya? Semakin Yoona  bersikap seperti itu maka semakin kuat pula kecurigaan Eomma dan Halmoninya terhadap mereka.

“Sudahlah kami mengerti Donghae-ya, tidak usah malu. Kita adalah keluarga besar dan ini bukan kesalahan.  Kami hanya sedang menjalankan tradisi, tenanglah kami berjanji tidak akan menyebarkannya.” Tutur Nyonya Lee memberi pengertian. Baik Donghae maupun Yoona tidak berniat menyanggah. Apapun yang para orang tua pikirkan mereka tidak akan bisa mengubahnya.  Lagipula bukankah hal ini bagus untuk menunjang kepura – puraan mereka? Setidaknya Eomma dan neneknya percaya…

…………………

On-je-yot-don-gon-ji / gi-yong na jin ah-na
ja-ku nae mo-ri-ga / no-ro u-ji-rop-don shi-jak

han-du bon-shik / doh-oh-ryu-dun seng-gak
ja-ku nul-o-ga-so / jo-gum dang-hwang-su-ru-un i ma-umpyol-il-I ah-nil su it-da-

go / sa-so-han ma-umi-ra-go

ni-ga ne-ge ja-ku (ne ge ja ku)
ma-rul ha-nun / geh o-saeng-han-gol

 

Sa-rang-in-ga-yo / ku-de nah-wa gat-da-myon shi-jahk-in-ga-yo
ma-mi jah ku gu dael / sa-rang-han-dae-yo
on se-sang-i dud-du-rok / so-ri-chi-ne-yo
wae i-je-ya dul-li-jyoh oooohh…
so-rol man-na-gi we-hyae / i-je-ya sa-rang cha-jat-da-go

Lagu berjudul perhaps love mengawali berlangsunya kemegahan acara. Rombongan tamu beriringan mengahampiri kedua mempelai dan jejeran keluarga mereka di kanan kirinya yang tengah sibuk menyalami satu – persatu tamu undangan. Beberapa dari mereka mempersiapkan diri disamping panggung untuk nantinya mengikuti sesi berfoto guna mengabadikan peristiwa sekali seumur hidup yang tengah berlangsung.

Musik romantis berbagai soundtrack drama mengalun bergantian mengiringi situasi resepsi dengan tema ‘White love’ kala itu. Rangkaian bunga mawar putih menghiasi setiap sudut ballroom hotel yang didekorasi dengan style classic elegant, lampu – lampu hias berjejer menambah kerlipan indah berpendar di antara langit – langit ruang yang membentang diantara pita – pita kelambu serba putih. Putih, kesan yang mendominasi acara resepsi pernikahan Lee Donghae dan Im Yoona yang berlangsung meriah. Para kerabat, kolega bisnis bahkan beberapa jurnalis berdatangan silih berganti meliput segala kesan disetiap momennya.

Sebagian besar tamu undangan tampak menikmati acara ini, suguhan hidangan menggugah selera yang mengelilingi ruangan tak satu pun luput dari perhatian mereka. Sambil menyicipi hidangan, para tamu undangan sibuk bergerumul dan bercakap satu sama lain menambah situasi keakraban yang tengah berlasung.  Tidak hanya berkumpul dengan rekan sesamanya, beberapa dari mereka terpaku ditempatnya, memilih sibuk menikmati nuansa indah dari setiap lirik lagu yang mengalun.

yh sweet 3 a copy

“Omo ! benarkah gadis ini adalah Yoona teman kita?!” pekik seorang gadis berambut pirang selagi menikmati ice cream strawberry ditangannya. Sekian lama gadis itu tidak henti hentinya mengagumi foto temannya yang terpajang di dekat pintu masuk ballroom. Ia terus menganga sambil mengamati sosok yang dikiranya bukan Yoona dari sudut kesudut.

“Sudahlah Jessica-ya kau ini norak sekali… apa kau tidak sadar? Orang – orang memperhatikan kita..” bisik temannya memperingati. Gadis bernama Jessica itu menepis wajah temannya lalu memasang ekpresi diwajahnya bahwa ia sangat terganggu, “Yak, Tiffany… Hwang Miyoung dengar ya, aku tidak perduli dengan orang – orang itu, sekarang lihat, kita adalah bagian dari tamu undangan, lalu kenapa harus malu?”

“Tapi tetap saja—“

“Sudah ya Stooppp, aku sedang berpikir.” Jessica merenungkan sesuatu, kemudian sorot matanya berputar kearah pelaminan. Gadis itu mengangguk – angguk mengerti, “Tidak ada yang tahu nasib seseorang akan bagaimana. Kau tidak ingat, dulu waktu disekolah, Yoona sering menyelamatkanku dari aksi bullying. Mau tidak mau dia juga ikut di bully tapi siapa yang menyangka Yoona akan menikah dengan seorang presdir. Aku yakin gadis – gadis jahat yang pernah mem-bully kami di sekolah pasti akan iri setengah mati. Ya Tuhaaan—”

Saat Jessica melayang – layang ditengah kekagumannya, Tiffany meraih tangan gadis itu lalu menariknya menuju pelaminan. Tiffany sudah tidak tahan dengan sikap Jessica yang seperti ini. Lebih baik mereka pergi dari pada harus dituding bersikap aneh.

“Selamat Ya.”

Donghae menatap jemari yang menjabat kearahnya. Ia terpaku hanya membiarkan niat baik itu menggantung diudara.

“Sepertinya kau tidak begitu mengharapkan ucapan selamat dariku?” gadis dihadapannya tersenyum ditengah kekecewaan yang menyesakkan. Ia mengangguk – angguk mengerti.

“Aku mengharapkannya darimu Yuri-ssi, tentu saja.” Donghae berbalas menjabatnya sebelum gadis itu bertambah kecewa dan menarik tangannya.

“Gowamo, sejak dulu aku sudah yakin kau pasti akan menemukan jodohmu. Jadi mulai sekarang berfokuslah dengan masa depanmu bersamanya.”

“Ya, terimakasih atas sarannya.” Donghae menarik kedua sudut bibirnya mengukir senyum untuk gadis itu yang juga tersenyum membalasnya hingga berlalu menghampiri Yoona dan mengucapkan selamat atas pernikahan mereka. Kedua gadis itu lantas berpelukan. Yuri sempat membisikkan sesuatu yang dibalas Yoona dengan senyuman.

“Selamat Donghae-ssi. Aku tidak menyangka kau akan menikah lebih dulu dariku.” Siwon menyusul Yuri mengutaran selamat. Donghae menepuk lengan Siwon usai mereka bersalaman, “Makanya cepat – cepatlah menyusul.” Ucap Donghae ditengah kepedihannya. Lelaki itu tersenyum nanar.

“Tentu, jangan lupa datang kepernikahanku nanti. Kalau perlu datanglah bersama istrimu yang sedang hamil.” Siwon terkekeh. Donghae membalas kekehannya dengan santai. Yoona membulatkan mata. Apa katanya?!

“Kau beruntung bertemu dengannya.” Ujar Siwon selagi menyalami. Yoona membungkuk sopan sebagai tanda terimakasih. Beruntung? Apanya yang beruntung? Donghae yang sesungguhnya beruntung karena dipertemukan denganku.

“Yoonaaa !!!!”

Seorang gadis berambut pirang merentangkan tangannya lebar – lebar diikuti gadis dibelakangnya yang tersenyum cerah dengan eye smile sebagai ciri khasnya.

“Jessica… Tiffany-yaa !” Yoona membekap mulutnya tidak percaya. Ia pikir tidak satu pun dari teman – temannya yang hadir dikarenakan acara resepsi yang terlalu mendadak tapi rupanya kehawatiran tersebut batal seiiring kemunculan para sahabatnya disini.

“Chukkae my baby…” Jesisica memeluk Yoona penuh haru.

“Huaa kau cantik sekali malam ini, Chukae !” Kini giliran Tiffany yang melakukannya.

“Oh ya, ini suamimu ? Waahh dia tampan juga. Tapi kenapa kau tidak pernah bercerita kepadaku?” ujar Jessica terkagum – kagum usai menyalami Donghae. Lelaki itu tersenyum menyambutnya.

Yoona mengambil alih pembicaraan, “Itu.. ceritanya panjang, aku ingin membuat surprise dan… semacam itu.” kilahnya selagi memikirkan alasan lain yang cukup rasional.

Jessica menimbang –  nimbang alasan itu, lalu mengangguk “Hmm arrasseo.”

“Kalian sangat serasi.” Timpal Tiffany penuh kekaguman.

Yoona tidak setuju dengan anggapan itu. Namun Ia berusaha menarik sudut bibirnya meskipun agak kaku, “Jinja-yo?”

Tiffany dan Jessica mengangguk bersamaan. Kalau sudah begini Ia tidak bisa berbuat apa –apa.

“Yoona-ya kami menunggu ceritamu. Selesai makan kita berfoto ya…” Tiffany dan Jessica tersenyum lebar, “Selamat menempuh hidup baruu.”

Yoona terkekeh menyaksikan tingkah kedua sahabatnya . Gadis itu melambai – lambai kearah Tiffany dan Jessica yang sudah berdiri jauh disana.

 “Mereka temanmu?” Donghae bertanya tiba – tiba. Terselip nada ingin tahu dari pertanyaannya. Yoona melirik curiga.

“Tentu saja, kenapa memangnya?”

“Tidak apa – apa, hanya ingin tahu saja…”

Yoona membuka bibirnya menyuarakan huruf O bulat. Mungkinkah Donghae tertarik dengan salah satu temannya ? Tapi kalau dilihat – lihat Jessica dan Tiffany belum sesuai dengan kriteria lelaki itu. Yoona menduga, kriteria Donghae adalah wanita seperti… siapa itu? Yuri.

Donghae mundur selangkah lalu duduk beristirahat diatas pelaminan, Yoona mengukitinya. Sebagian besar tamu sibuk menikmati hidangan, situasi legang,  rombongan tamu yang hendak menyalami belum nampak.

“Oh ya bukankah tadi kau ingin menunjukkan padaku orang – orang dari keluarga Kim?” tiba – tiba Yoona penasaran dengan obrolan mereka yang sempat tertunda karena beberapa saat lalu mereka harus berfoto dengan kolega bisnis Lee Company.

“Itu disana,” Lelaki itu menunjuk dengan wajahnya.

“Pria tua yang berdiri disamping meja bagian kiri, dia adalah Kim Tae Pong, kakek Sehun.

kim sang joong

“Lalu yang disamping kakek Sehun adalah istrinya, Park Soo hee, anaknya bernama Kim Heechul. Soohee sendiri adalah istri keduanya.”

“Sebenarnya kakek Sehun punya berapa istri ?”

“Sejauh yang kutahu ada dua. Istri pertamanya yang kaya raya, sudah meninggal, hartanya jatuh ketangan Kim Jongwoon, ayah Sehun tapi karena Kim Jongwoon juga sudah meninggal maka hartanya jatuh ketangan Sehun.”

“Sepertinya kau sudah pernah menjelaskan ini.”

Donghae menatap Yoona sebelah mata, “Aku memang pernah menjelaskannya sampai mulutku berbusa.  Makanya kalau ada yang berbicara, dengarkan baik – baik.” Lelaki itu membenahi posisinya menghadap Yoona lalu meghimbau,  “Ingat, sekarang ini komplotan itu mengincar Sehun, tidak, lebih tepatnya mereka mengincar harta anak itu berupa lebih dari setengah saham perusahaan. Sepertinya Keluarga Kim mulai merancang strategi mendekati Sehun. Aku yakin mereka akan melakukan segala cara untuk mencapai tujuannya dengan motede halus mau pun kasar,”

“Ini rumit, aku tidak begitu pintar menghapal nama asal kau tahu.” Ucap Yoona  selagi mengingat – ingat penjelasan Donghae

“Tidak perlu  repot – repot menghapal nama mereka cukup tandai saja wajahnya.”

Yoona mendongak sekali lagi menatap wajah – wajah yang dimaksud lelaki itu. Jadi wanita bernana Sohee dan pria tua disana  adalah orang tua Heechul. Yoona penasaran bagaimana cara mereka mendidik anaknya hingga menjadi kurang ajar seperti itu. Dari luar mereka tidak terlihat seperti orang jahat.

Tersentak oleh sesuatu, Yoona menatap sekelilingnya. Ia tertegun merasakan sensasi aneh ketika menemukan tangannya berada didalam genggaman lelaki itu. Oksigen yang baru saja terhirup secara otomatis meluap–luap, bahkan menghangat didalam tubuhnya. Lalu perasaan apa ini?

“Kau tidak mau menyalami tamu ‘spesial’ kita ? Dia sedang menuju kemari.” Donghae mengangkat alisnya penuh arti. Tadinya ia hendak bangkit namun tidak dengan gadis disampingnya. Donghae menarik tangan Yoona sedikit memaksa. Yoona mengerti makksud lelaki itu. Ia lantas berdiri mengikutinya.

Padahal Yoona berpikir Donghae menggenggam tangannya karena punya tujuan lain, atau.. atau sesuatu yang entahlah.. ‘Memangnya apa yang kau harapkan Im Yoona?’

“Selamat atas pernikahanmu, Lee Donghae-ssi.” Uluran tangan seseorang didepan sana menanti sebuah balasan.

Rupanya tamu spesial yang dimaksud Donghae, tidak lain adalah pria kurang ajar itu. Kim Heechul. Dia datang membawa rombongan yang kemungkinan adalah karyawannya. Mengingat apa yang dikatakan Donghae, saat ini Heechul mengisi kekosongan posisi presdir di perusahaan SM media group.

Yoona menatap kedua pria disampingnya. Donghae dan Heechul saling beradu ditengah atmosfer yang memanas.

“Kau pintar juga.” Aku heechul. Lantas Donghae membalas jabatannya. Bukan, tepatnya meremas tautan mereka seolah mencanangkan bendera perang.

“Aku harus lebih pintar darimu agar bisa bertahan hidup. Diluar sana ada banyak anjing yang kelaparan.” Donghae menyeringai.

“Yak kau benar. Hanya tinggal menunggu siapa yang akan jadi pemenangnya.” Pria kurang ajar itu mengangkat bahu.

 “Tentu saja aku tidak akan kalah darimu.” Donghae tersenyum penuh kemenangan. Heechul tergelak masa bodoh. Lelaki itu bergeser dan kini Ia sedang berdiri didepan Yoona.

“Hai cantik, cemberut saja? Selamat atas pernikahanmu.” Heechul mengulurkan tangannya. Yoona menatap lelaki itu tidak berselera. Namun karena tidak mau berlama – lama, Ia membalasnya terpaksa.

 “Kau gadis yang di kafe itu kan?“

“Ya benar, lalu?”

“Sayang sekali kau sudah menikah, padahal aku baru saja mempertimbangkan tawaranmu. Kau belum lupa dengan tawaran kencanmu bukan?”

Belum sempat Yoona berkata apa – apa, Donghae lebih dulu menepuk bahu Heechul. Sorot  mata lelaki itu nyalang dan sengit.

“Selain menyulut emosi, apakah menangganggu istri orang juga termasuk hobby-mu ?!”

Heechul menepis tangan Donghae, lalu menatap remeh, “Istri? Kau yakin dia istrimu?”

“M-wo?”

“Berapa kau membayarnya?”

“Ya ! jaga ucapanmu.”

Donghae mendorong Heechul penuh emosi. Yoona tidak menyia – nyiakan kesempatan ini begitu saja. Disaat orang – orang menggerubuni mereka dengan wajah ketegangan. Yoona justru mengguncang bahu Donghae sambil berkata, “Cepat hajar dia.”

Tersadar oleh tatapan orang – orang disekitarnya termasuk sang Eomma dan Halmoninya yang berdiri cemas, Donghae mundur selangkah. Lelaki itu menghela napas berusaha mengendalikan diri.

“Gwenchana, aku baik –baik saja.” Tutur Donghae dihadapan semua orang, menyusul senyumnya yang ia jadikan tameng untuk menepis kehawatiran orang – orang itu.

Suasana acara resepsi kembali seperti semula. Kedua mempelai itu melanjutkan kewajibannya menyalami satu – persatu tamu yang berjalan melewati pelaminan. Mereka tersenyum dan menyapa penuh kebahagian. Yoona cukup terbiasa. Mungkin aktingnya saat ini belum seberapa dibandingkan nanti saat Ia menjalani permainan  sesungguhnya.

“Sayang sekali kau melepaskannya begitu saja.” Sesal Yoona penuh emosi. Saat ini mereka berdua  sudah duduk dipelaminan. Yoona berharap setelah ini tidak ada lagi ‘tamu spesial’ lebih tepatnya ‘tamu tak diundang’ yang menyambangi mereka.

“Tadi itu seharusnya kau hajar saja dia.” Desak gadis itu menggebu – gebu. Donghae mengusap – usap wajahnya, lantas membuang napas kasar.

“Aishhh kau ini kenapa? Tidak seharusnya kau memanas – manasiku didepan semua orang. Tadi itu seharusnya kau menahanku atau lakukan apa saja yang masuk akal.”

Yoona menatap Donghae sebentar, “Jadi kau mau aku bagaimana? datang membujukmu? Seperti ini… ‘Oppa berhenti Oppa’ .. begitu?”

Donghae berdecak sama sekali tidak berselera mendengar apa pun. Termasuk didalamnya  akting bodoh yang dibuat – buat seperti itu.

“Tapi… Donghae-ssi apakah dia  mengetahuinya—“ Prasangka aneh membayangi pikiran Yoona. Gadis itu menguncang bahu Donghae dengan wajah cemas.

“Sudahlah jangan didengarkan.”

Yoona memutar bola matanya tidak suka, “Cih, melihatnya saja aku tidak sudi,”

“Eh ngomong – ngomong Sehun kemana?” Yoona mengernyit. Padahal beberapa saat lalu Ia melihat anak itu berkeliaran disekitar panggung.

“Kelihatannya Sehun meminta Aboji membawanya pergi. Entahlah setiap anak itu  melihat salah satu dari anggota keluarga Kim, dia selalu kabur atau paling tidak bersembunyi.”

“Jadi begitu…” Yoona mengangguk. Seperti apa sebenarnya keluarga Kim itu? Malang sekali… anak kecil saja tidak suka dengan mereka…

“Tapi…” disela pikirannya mengenai Sehun, entah kenapa Ia malah penasaran dengan hal ini; Seingatnya Donghae pernah berkata bahwa sebagai walinya nanti,  lelaki itu akan mengambil alih kepemimpinan di perusahaan yang menanamkan aset Sehun. Ini berarti Im Yoona akan menjadi ibu presdir  dan sebentar lagi ia akan membuat lelaki kurang ajar itu gigit jari.

“Boleh kutahu kapan rencanamu akan dimulai?” Pertanyaan Yoona mengetuk renungan Donghae. Lelaki itu menatapnya dengan wajah memperhitungkan.

“Itu…  aku akan melakukannya segera.”

“Jinja?” Yoona mengangkat alis. Tampak dihadapannya lelaki itu menghirup napas panjang, lantas ia mengangkat wajahnya dengan segenap keyakinan, “Ya, aku akan menjalankan rencanaku, setelah kita berbulan madu.”

“A-apa?”

Next :

Seperti inikah yang disebutnya bulan madu ?!!

………TBC…….

Haiii.. ketemu lagi dipenghujung part 6 hehe

Gimana part 6 nya??

Aku nggak tahu part ini bagus atau malah sebaliknya. Cuma segini aja yang bisa aku tulis, aku udah berusaha tapi kalau ceritanya ngebosenin gitu aku jg nggak tahu harus gimana (?) mungkin cerita ini terlalu jalan ditempat?

Yaudah kalo gitu, see next part yg nggak tahu kapan >_<

Byeeee

sweet legacy copy

Penulis:

nyanya nyinyi nyonyo :p

81 tanggapan untuk “FF YoonHae – Sweet Legacy Part 6

  1. hahahaha… nenekny hae ad2 aj…. dikira yoonhae lgi ekhm2. trnyata kaki yoonabterkilir to… wkwkwkwk…mrk lucu. mlm prtama mlah rebutan remote… dtggu nextnya..

  2. Setelahhh lama nungguu,akhirnyaaaaa.part ini banyak ketawa masaaawkwk.tapi ceritanya masih belom kebongkar semuaaa.next jangan lamaaa

  3. Akhirnya di post, keren kok thor aku suka jalan ceritanya, yoona sama donghaenya lucu
    Kayaknya mereka udah ada benih cinta kkk
    Ditunggu part honeymoonnya, pasti kocak kkk

  4. Aigoooo.. Eommany hae sma neneknya kepo jga yah 😀 Salah paham lagi 😀 YoonHae mah cuma bisa iyain aja 😀 Mereka kira mrek bneran gituan,, eh trnyata sling pijit atuh 😀 Kluarga Kim udh mau mulai tuh rncananya,,, jgn smpe klah hae 🙂 YoonHae nggk berhenti brantem mulu dahh 😀 Jdi mereka mau Honeymoon ?? Huaa penasaran sma honeymoon mereka 😀

    Next. Fighting eonni 🙂

  5. Astga
    Tradisi keluarga lee aneh2 aj
    Ksihan sehun
    Hidup dlm ktakutan
    Lucu dgn tingkah yoonhae
    D tnggu chap sljntny
    Fighting:)

  6. haha kocak lgian kluarga lee ada2 aja tradisinya segala nguping , si yoona ama donghae emang udah kaya kucing ama tikus ga ada yg mao ngalah tapi si donghae lucu juga mao aja dsrh yoona haha , sebenernya siapa itu ya org dlm d.kluarga kim jadi penasaran

  7. Ya ampun klakuannya yoonhae bnr2 bkin ngakak,kmren pas di altar cincin jatuh skrg pas mlm pertma rebutan remot tv ma kaki yoona terkilir gr2 kjar2an e pas resepsi pas hae mau brntem ma haechul,yooba bknnya misahin mlh nyemangatin donghae bt cpt hajar haechul..hehehe bnr2 dh 😂😂
    Kgn momennya sehun ma yoona.
    Pa lg nanti sehun manggil yoona eomna gak sbr bcanya hehe
    Yoonhae mau bulan madu kemn?
    Bncna pa lg nanti yg terjdi pas yoonhae bulan madu 😃😃
    Ditunggu nextnya saeng ☺

  8. Wekawekaweka.tradisi yang konyol :v Si keluarga lee salah paham tuh tentang malam pertama mereka :v bulan madu nya ada adegan itu nya dong eon :v

  9. Keren thor,tapi pengen’y mereka cepet2 saling suka,biar moment’y sweet,oya unn sekali lg aku minta,konflik’y jan terlalu berat ya???
    Trus aku mash penasaran sm karakter yuri sm siwon,apa donghae menyukai yuri? atau ada hal lain yg buat sikap dia kya gtu tiap ktmu yuri?

  10. Aduhhh kacau tradisi keluarga Donghae ekstrim ya ^^ hahaha tapi seruuuuu dan bikin ngakak abis .
    Oiya ,buat lebih sweet dong moment YH nya dan kalau bisa Yoona jangan terlalu keras ..buat mereka kaya malu malu mau gitu pasti seruuu .
    Cepet di next ya ,aku penasaran nunggu honeymoon mereka ..kalau bisa Sehun ajak ya aku pengen liat moment kebersamaan mereka dan moment YH sebagai appa-eoma baru buat Sehun .

  11. akhirnya di lanjut juga..
    yoonhae tingkahnya lucu selalu aja ada yg di ributin..kkk
    next ditunggu thor penasaran gimana bulan madunya 😀

  12. akhirnya YH menikah kkk~ dan part ini snagat konyol 😁 apakah boss besar itu sebenarnya kakek sehun?.-. penasaraannnn. Next part juseyo unnie 😊

  13. wahhh….. ngakak baca part ini lucu bgt ibu sama neneknya donghae nguping, dan berpikiran yang tidak-tidak padahalkan kaki yoona terkilir

    next next next…………

  14. Emang bikin salah paham tuh kelakuan YoonHae pas di kamar hahhah jadi senyum2 gaje 😁😁😁
    Sampe rebutan remote pasti tuh gara2 Yoona mau nonton DOTS ya??? Eh tp sekarang dramanya udah tamat 😊
    Jadi cinta Hae ke yuri bertepuk sebelah tangan ya?? Tp kenapa si yuri harus jd pasangan suamiku(?) 😢😭😭🙅
    Next cerita bakal seru nih keknya.. mau bulan madu ecieee 😂😂😂

  15. Kocak bgt malam pertamanya wkwkwk makin seruuu btw klo bisa banyakin yoonhae moment dongg yg romantisan dikit hehehehe .. Fightingg thor ^^

  16. Wkwkwkkkk……mpnya yoonhae da yg nguping…..si heechul mulutnya mnt disumpal kali ya…… Lanjut thor….

  17. waaa, ceritanya makin seru aja
    akhirnya yoonhae nikah juga
    malam pertama mereka konyol banget, disangka melakukan sesuatu, padahal ga terjadi apa” wkwwkwk

    yoona lucu banget, suami mau berantem bukannya dilerai, malah disemangatin
    makin penasaran sama si tuan besar
    sayang banget di chapter ini sehun ga nongol, padahal penasaran ngeliat interaksi dia sama orang tua barunya

    ditunggu kelanjutannya

  18. Tradisi keluarganya donghae ada2 aja,masa nguping di depan kamar pengantin baru.udh gitu kuncinya dipegang sama neneknya dan boleh dibuka klo udh pagi 🙂
    Serunya pas keluarga donghae nguping dan mereka salah mengartikan teriakan yoona,padahal yoona teriak gara2 kakinya terkilir.Jadinya malam pertama yoona sama donghae diisi sama peperangan mereka gara2 berebut remot ^^
    Ditunggu next chapternya 😉

  19. Yoonaaaa koplak bgt jadi cewek ahahahahahhhha ngakak bgt adegan kamar yg pada nguping udah omes ajjjja lucuuuuu iiih author storynya dilanjutkan ya. Makin seru kalo heechul jatuh cinta sama Yoona wkkkk

  20. hahahaha pernikahan mereka lucu.. gimana jdnya nanti..
    sebenarnya yuri dan donghae itu ada hubungan apa sich..
    waah kakek sehun itu aktor yg jd ayah minho di city hunter dan yg jd ayah jongsuk di doctor stranger..
    aku sangat suka banget acting itu aktor senior..

  21. Next.. Kkkk.. 😀 tradisi depan pintu, untung cuma di depan. Malam pertama yg penuh kenangan 😀
    apa yg yuri bisikin ke yoona.

  22. hwaaa, akhirnya Yoonhae nikahh.. akhh, mreka slalu kocak, ntr gmn qlow hidup bareng terus, apa bakalan perang terus kek g-t… hmm, ini lucuuu bgtzz
    Aq tunggu bgtzz next partnyaa

  23. lucu tradisi didepan pintu,
    untung cuma didepan pintu coba langsung depan yoonhae nya.
    heechul aga ngeselinya
    nex….

  24. kayaknya bener deh si tuan besar itu ayahnya heechul alias kakeknya sehun,
    keluarga donghae emang aneh, nenek dan ibunya masih menganut tradisi leluhur jadi mereka salah paham dikiranya yoonhae lagi ngelakuin malam pertama … hahaha
    ditunggu chapter berikutnya, jangan lama – lama ya … 🙂

  25. ternyata halmoni sama nyonya lee mesum juga ya..wkwkwk
    tapi emang keluarga lee seru orangnya,jadi ngebayangin kalo yoonhae punya anak jadinya gimana ya??
    oke eonni ditunggu next chapter yahh
    fighting..!!

  26. ff nya makin keren nd makin seru cerita’nya, na eonni..
    itu sehun kasian, sampe segitu takutnya sama keluarga kim..
    pengen liat interaksi sehun sama ke dua orangtua barunya..
    bikin yoona sedikit kalem dong eonni, nurut gitu sama donghae.. kasian donghae dikerjain yoona muluk.
    donghae kalo dikerjain atau diganggu yoona, langsung ancem aja mau nidurin yoona, biar langsung diem 😝
    ditunggu next chapter’nya, na eonni.. fighting 💪💪🏻

  27. ffnya debakk oenni 👍haha yoonhae disini lucu berantem mulu kapan akurnya coba?penasaran gimana bulan madu mereka nanti,,pasti lucu klo betengkar mulu
    lanjut ya oenni ditunggu 👌

  28. Lucu sama tradisi keluarga Donghae..
    Nguping malam pertama hmmmmm…

    Yang ku tggu saat YH saling jatuh cinta..

  29. uwaa ga tau kenapa aku jadi ga sabar nunggu klimaks nyaa. pengen banget baca yoonhae romance nyaa . semoga cepet di publish next chap nya. fighting thor!!!

  30. Wkwkwk aja deh thor konyol banget deh nggak halmoninya, nggak nyonya Lee, pakek acara nguping segala.. Donghae mau aja lg disuruh buka baju + celananya sama Yoona.entah kok aku lihatnya malah sweet nggak tahu kenapaa aaaaaaa daebakk bngt FF nya, bikin nggak sabar nunggu moment mereka ^^

  31. Next OMG YH mirip tom and jerry ini mah bentar bntr berantem nanti akur lg. Gimana ya honey moon mereka? pnsran thor

  32. Hahaha tradisi keluarga Lee bener” konyol masa mereka harus nguping didepan kamarnya Yoonhae sih 😀
    Gimana ya bulan madu mereka ????
    Akhhh makin penasaran next thor jangan lama” ya hehehe

  33. hhahahabmereka kocak sekali.. yoona yg cerewet hhihi penasaran sma bulan madunya . jgn lama2 kakak.. di tunggu next chap

  34. ff’nya makin keren nd makin seru cerita’nya, na eonni..
    itu sehun kasian, sampe segitu takutnya sama keluarga kim..
    pengen liat interaksi sehun sama ke dua orangtua barunya..
    bikin yoona sedikit kalem dong eonni, nurut gitu sama donghae..
    kasian donghae dikerjain yoona muluk.. donghae kalo dikerjain atau diganggu yoona mluluk,donghae langsung ancem aja mau nidurin yoona, biar langsung diem yoona’nya..

    ditunggu next chapter’nya, na eonni.. fighting 💪💪

  35. Annyeong thor q readers baru n baru nemu blok ini
    Salaam kenal
    Q dah baca ff ney n ceritanya kereenn baru bisa comment di part ini thor
    Dilanjuut thor penasaran gmna bulan madu yoonhae

  36. hahaha.. lucu parah mereka, ada-ada aja tradisi keluarga lee.
    kasian banget si sehun, segitu takutnya sama keluarga kim.
    ditunggu moment family yoonhae+sehun juga.
    juga ditunggu bulan madu yoonhae.. smoga mereka makin deket nd sosweet.

  37. Hallooo..
    Salam kenal, aku nova reader baru dsni..
    Sblmnya maaf krna br ninggalin jejak dipart ini, pdhl udh baca dr part 1.
    Aku suka cr penggambaran karakter dsni, anti mainstream. Alurnya juga pas, ga kecepetan jd reader ga bingung jga.

    Itu dipart ini sehun ga nongol, pdhl nungguien interaksi yoona, donghae sm sehun. Jd ceritanya sehun dksi kelebihan, bsa baca pkiran org. Dia tau mana org yg berniat jhat, yg jhat dn yg baik sm dia. Hahaha seru jih kyk2nya chapter slnjutnya.
    Ngakak ajj ngebayangin halmoni sm ny.lee yg nguping ddpn kmr pengantin. Eeh dkira bnran mlm pertama yp yg sbnrnya terjadi cmn yoonhae, author dn reader doang yg tau. Hahhahahhahaa..
    Nungguin yoonhae momen yg sweet2..

  38. Anjir yang dikamar sweet2 bikin salah paham wkwkwk😂😂 jadi bayangin betapa awkward bgt pas makan ditanya2in😂 temen2nya yoona rempong bgt ya heheh
    Sehun kayanya phobia banget sama kelurga kim. Penasaran honeymoon nya gimana😂😂

  39. ada2 aja kelakuan keluarga donghae, ngunci kamar YH lah, ngunci walk in closet lah, nyembunyiin koper yoona lah, dan yg paling konyol itu tradisi nguping di dpan pintu kamar YH pas malam pertama =D kelakuan YH konyol bgt dah pas malam pertama yoona make baju donghae sgala dan donghaenya cuma make boxer wkwkwk, trus yg rebutan remote lebih konyol lagi nyampe bikin nyonya lee dan halmeoni salah piham gtu dikiranya mreka lg enaena hahaha. what? beneran nih YH mau bulan madu? bakal romantis apa bakal konyol nih? wkwkwk

  40. Heol,, tradisi keluarga donghae aneh bgt. Kasian donghae jadinya,dia pasrah2 aja. Yoonhae mah dimanapun dan kapanpun berada gak pernah akur -_- mereka mau bulan madu ? Wkwk gk bisa bayangin mereka nnti disana,jgn bilang nnti debat terus tuh yoonhae :V keep writing thor ^^

  41. Tradisi di depan pintu… Ada2 saja ya keluarga Lee…. Neneknya Donghae kok udah baik sama Yoona pdhl udah bayangin mereka berantem lucu

  42. Heechul biking gedek bat, mana lagi keluarga kim paan sih. Tuh kakek pong ga mikir apa cucunya yg unyuk gitu malah digituin anjir :v Kasian kan dekhun :’) Btw sukak saya ama donghae yoona emang serasi sangat (luv luv), bener tuh sica ama fanny. Ngukuk saya gegara halmoni wkwk.
    Nice ff thor ❤

  43. Keluarga Kim srius skali dgn harta Sehun ya..baru awal gini Heechul udah curiga kalo pernikahan Donghae-Yoona ga beres…Donghae harua gerak cepat kan ya
    Honey moon mereka pasti kacauu niihhh…heheheheh

  44. Tradisi keluarga Lee ada-ada aja. Kepo gitu… Donghae sama Yoona ambigu sih, jadinya kan halmoni sama eommanya donghae salah paham. Hihihi…
    Dulu aku pernah baca ff ini, tapi lupa sampe part berapa. Pas liat ff ini udh sampe endingnya, jadi pengen baca lagi…

Tinggalkan Balasan ke fatmiatun azhar Batalkan balasan