Diposkan pada Super Generation FF

FF YoonHae – Sweet Legacy Part 4

sweet legacy copy

Title : Sweet Legacy

Cast : SNSD Yoona, Super Junior Donghae

Author : Nana Shafiyah 

Genre : Romance, Married Life

Rating : PG-17

Happy Reading ^__^

Part 4 ~

Usai menempuh perjalanan selama dua puluh menit, Donghae memarkirkan mobilnya disekitar gedung putih yang berjejer. Yoona mengamati pemandangan diluar jendela dengan sorot mata bingung. Yoona amat mengenali tempat ini. Gadis itu terpaku menatap tulisan besar yang menunjukkan nama tempat ini, Seoul National Hospital. Tatapan Yoona berpaling kearah lelaki disampingnya tidak sabar ingin menanyai maksud dan tujuan lelaki itu membawanya kisini. Donghae baru saja melepaskan seatbelt ketika Ia membalas tatapan Yoona.

“Tugas pertamamu adalah mengikutiku dan tidak usah banyak tanya.” Ujarnya sekali napas. Ia membuka pintu mobil samping kemudi lalu menginjakkan kakinya keluar. Lantas lelaki itu menyeberang, membuka pintu disamping Yoona.

“Apalagi yang kau tunggu?” Donghae berbicara datar namun intonasi suaranya memperdegarkan ketegasan. Yoona sendiri tidak mau berlama – lama menghadapi lelaki itu, Ia melepaskan seatbelt-nya kemudian melompat keluar dari mobil. Donghae menghempaskan pintu  mobil itu setelahnya.

“Donghae-ssi, sebenarnya aku juga tidak mau banyak tanya tapi keteranganmu penting untukku. Sebenarnya apa yang akan kita lakukan ditempat ini?” ditengah perjalanan mereka menuju pintu masuk rumah sakit, Yoona menuntut Donghae menjawabnya. Langkah Donghae berhenti mendadak sampai – sampai Ia harus bertabrakan dengan bahu lelaki itu.

“Kau benar – benar penasaran ya?” Donghae mengangkat alisnya penuh selidik. Lelaki itu seperti mencurigai sesuatu yang bisa saja membuatnya tertawa jika dugaannya benar.

Yoona sedikit disudutkan oleh tatapan Donghae namun bukan berarti Ia akan membenarkan hal itu, “Tidak, biasa saja.” Putus Yoona tidak perduli, “Untuk apa aku penasaran mencari tahu tentangmu? Aku lebih penasaaran dengan katak dibelakang rumahku.” Yoona berdehem, “Lagi pula akhir – akhir ini marak terjadi kasus penjualan organ.”

Donghae terkekeh, “Oh jadi kau berpikir organmu layak untuk dijual? Kita lihat nanti.” Lelaki itu meraih tangan kiri Yoona dan menariknya kedalam rumah sakit. Disepanjang perjalanan, Yoona tidak henti – hentinya menatap lelaki itu penuh curiga. Dia tidak sungguh – sungguh mengatakannya bukan?

“Ada yang bisa kami bantu ?” Donghae membawa Yoona menghampiri meja resepsionis. Wanita berpakaian serba putih itu tersenyum ramah .

“Kami ingin melakukan medical check up pra nikah.” Ujar Donghae. Yoona membulatkan mata menatap lelaki itu.

“Baiklah Tuan, Silahkan pilih paket yang anda inginkan.”

Resepsionis itu menjelaskan, “Paket pertama adalah paket terlengkap. Paket ini terdiri dari tes kesehatan umum, penyakit hubungan seksual, persiapan kehamilan, kesuburan dan tes genetika.”

“Aku pilih paket yang terlengkap.” Putus Donghae selagi menandai kertas didepannya.

Pandangan Donghae sibuk menyusuri tulisan diatas formulir, ketika ia bersiap menandai sesuatu, Yoona bergegas menahan gerakan lelaki itu, mendekati wajahnya lalu berbisik sengit, “Yak ! Memangnya siapa yang mau membuat anak dengamu?! Itu tidak ada didalam perjanjian.”

Donghae ikut mendorong wajahnya, “Sttt, pelankan suaramu.” Bisiknya melirik resepsionis yang sepertinya mendengar ucapan Yoona, dan kini resepsionis itu tersenyum aneh kearah mereka. Donghae berbisik lagi, “Pemeriksaan ini hanya untuk melengkapi dokumen pernikahan, jangan membuatku malu dan ikuti saja prosedurnya.”

“Aissh, kau harusnya bilang dari tadi.” Yoona menyenggol lengan Donghae sekaligus menyingkirkan tubuh lelaki itu sebisa mungkin. Yoona meniup ubun – ubunnya yang  sudah memanas entah karena apa.

“Maaf Tuan, Nona, saya tidak bermaksud ikut campur tapi kalau berkenan saya ingin mengklarifikasi.” Resepsionis dihadapan mereka berbicara penuh minat, “Sebenarnya anda tidak perlu menghawatirkan masalah kehamilan. Justru dengan adanya tes kesehatan pranikah ini anda  bisa mengetahui alat kotrasepsi yang tepat untuk menunda kehamilan.”

Yoona mengerjap bingung, “Alat… kontrasepsi?”

Resepsionis itu mengangguk, “Nde, Ada banyak pasangan yang melakukan hal itu.”

“Iya sayang, Nona ini benar, Dokter yang akan menjelaskannya nanti.” Donghae meranggkul pundak Yoona tiba – tiba, memeluknya dengan hangat. Sontak mata Yoona membulat dan ia menggeliat gelisah.

Yoona berpaling menatap wajah Donghae yang rupanya sudah berada kurang dari lima senti menyentuh wajahnya. Yoona hampir saja tersedak oleh napasnya sendiri menemukan wajah Donghae yang tampak raksasa. Lelaki itu berbisik.

“Ingat, sesuai perjanjian itu, kita harus berpura – pura didepan keluargaku, apalagi didepan semua orang.”

Bibir Yoona berkomat – kamit mencibir. Gadis itu menghela napas lalu berkata, “Baiklah.”

Resepsionis dihadapan mereka tersenyum senang atas pikirannya bahwa ‘sang calon pengantin wanita’ setuju untuk melakukan tes kesehatan. Donghae mengakhiri dekapannya dan kembali mengisi formulir yang belum lengkap. Sementara Yoona bertopang dagu, sesekali gadis itu menguap bosan menunggu Donghae berkutat dengan formulir itu.

“Donghae-ssi?” Seorang wanita memanggil namanya. Spontan Donghae menoleh begitu pula dengan Yoona.

Wajah Donghae berubah kaku. Lelaki itu hanya berdiri mematung tanpa membalas wanita yang menyapanya.

“Apa yang kau lakukan di—“ Wanita itu berjalan mendekat. Ia datang  bersama seorang pria tinggi, pria itu memiliki struktur wajah nyaris sempurna menurut kebanyakan orang. Sebagai wanita normal Yoona mengakuinya. Pembawaan pria itu juga penuh wibawa yang menambah nilai plus dari penampilannya.

“Siapa dia?” wanita itu berusaha menyadarkan Donghae dengan membangun tatapan dengannya, “Apa kau juga ingin melakukan pemeriksaan pra nikah?”

Yoona menyikut pinggang Donghae, lelaki itu akhirnya tersadar, “Nde?”

“Kapan kalian menikah?” tanyanya lagi.

“Secepatnya.” Sambar Yoona mengambil alih tugas Donghae. Gadis itu tersenyum lebar ditengah keinginannya menggetok kepala Donghae yang seperti baru saja terkena sihir dan membuatnya tergagap.

“Im Yoona imnida.” Yoona mengulurkan tangannya kearah wanita itu.

“Kwon Yuri.” Jawabnya membalas uluran tangan Yoona dengan senyum, “Dan… ini Choi Siwon tunanganku.”

Lelaki bernama Siwon juga ikut tersenyum kearahnya. Lelaki itu benar – benar mempesona, pikir Yoona.

Siwon menepuk lengan Donghae dan berbicara cukup akrab, “Hei sejak kapan kau punya kekasih ? kenapa tidak pernah mengabariku?”

Keakraban yang berusaha dibangun Siwon tampaknya tidak berhasil meruntuhkan tembok pertahanan Donghae. Lelaki itu menjawab dingin, “Aku sibuk.”

Yoona menyipit. Sorot matanya menyusuri wajah Donghae. Sepertinya lelaki itu tidak berselera menanggapi sepasang calon pengantin dihadapannya.

“Kapan kalian menikah?” Donghae mengakhiri jeda lewat pertanyaannya. Cara berbicara lelaki itu tetap sama. Datar dan dingin. Yoona tidak yakin Donghae benar – benar ingin mencari tahu jawaban dari pertanyaannya ataukah sekedar basa – basi.

Senyum Yuri merekah, “Kami akan menikah tiga bulan lagi.”

“Oh.”

“Oh? Kau tidak ingin memberi kami selamat?” wanita itu tampak kecewa karena kelihatannya reaksi Donghae berbanding terbalik dengan ekspektasinya.

“Hmm, Selamat ya, Yuri… Yuri-ssi, Siwon-ssi.” Donghae tersenyum tipis menatap Yuri dan Siwon bergantian.

“Gomawo.” Jawab Yuri berbarengan dengan senyum Siwon, “Sepertinya banyak yang berubah ya… termasuk seleramu memilih wanita.” Tanggap lelaki berlesung pipit itu mengamati seorang gadis yang berdiri disamping Donghae dari atas kebawah. Yoona sedikit risih menghadapi tatapan itu namun orang – orang seperti Siwon bertebaran dimana – mana jadi siapa yang perduli.

“Sepertinya sekarang ini kau lebih menyukai gadis yang nyentrik.”

Donghae tertawa, “Tidak ada seorang pun yang bisa memilih dengan siapa mereka akan jatuh cinta,” Lelaki itu merangkul pundak Yoona menjadikan tubuh mereka saling berhimpitan, “Iyakan sayang?”

“Ha?” Yoona terperangah. Aisshh ada lagi apa dengan pria ini?

“Nona, apakah proses pendaftarannya sudah selesai ?” Donghae menyela kearah resepsionis yang berdiri memperhatikan mereka.

“Sudah selesai Tuan, silahkan menuju ruang tunggu.”

Donghae tersenyum kearah resepsionis itu lalu kembali menghadap Yuri dan Siwon, “Aku permisi dulu. Sepertinya calon istriku sudah tidak sabar ingin mengetahui keadaan calon bayi kami nantinya.”

Yoona menahan kegeramannya dalam hati. Sikap lelaki itu benar – benar menggelikan. Donghae benar – benar membuatnya tampak bodoh ditengah sandiwara ini. Kalau saja Yoona tidak ingat bahwa semua ini adalah bagian dari pekerjaannya, Ia akan langsung mencekik lelaki itu.

“Siapa mereka?” Yoona menatap ingin tahu ditengah perjalanan mereka menuju ruang tunggu. Lelaki yang ditanyainya terus berjalan tanpa menoleh. Sukur – sukur Ia menjawab, “Tidak tahu.”

“Hmm pura – pura tidak tahu.” Yoona menyimpulkan seiiring anggukannya. Gadis itu menimbang – nimbang, pasti telah terjadi sesuatu dengannya yang juga melibatkan orang – orang itu dimasa lalu. Kalau tidak, mana mungkin ekspresi wajah Donghae berubah kelabu secepat itu. Yoona menduga kelihatannya Donghae berpengalaman dalam kasus cinta segi tiga dan tentu saja dialah yang menjadi korbannya, klise sekali…

Kau pernah dicampakan ya?” terka Yoona selagi mempersiapkan argumennya. Yoona sudah bisa menduga bahwa wanita manapun tidak akan tahan menghadapi kelakuan Donghae. Lihat saja, dari pandanganannya yang lurus kedepan, terlihat bahwa lelaki itu hanya perduli dengan dirinya sendiri.

“Sudahlah jangan terlalu dipikirkan. Berdoa saja, suatu saat nanti Tuhan akan menggantinya dengan gadis yang lebih baik.” Ungkap Yoona berbela sungkawa.

Lelaki itu tiba – tiba berbalik badan, membuat gadis dibelakangnya berjegit. Donghae mendorong wajahnya dan menatap mata Yoona lekat – lekat, “Bukan urusanmu Nona.”

Yoona terpaku menatap kepergian Donghae yang melewatinya jauh kedepan. Bibir gadis itu menganga tidak mengerti.

Kenapa dia ?! uh, dasar aneh?!

…………….

Mobil yang membawanya melaju kencang membelah jalan tol. Atas dasar melewati jalan bebas hambatan, Donghae dengan seenaknya mengendarai mobil seperti orang kesetanan. Lelaki itu menyalip mobil – mobil yang menghalanginya bahkan beberapa truk tronton tidak luput dari aksinya yang sudah menyerupai pembalap formula 1 (dalam mimpinya). Dengan tidak tahu kira – kira lelaki itu membanting setir kekanan dan kekiri tanpa perduli dengan nyawa penumpang disampingnya. Sejak awal keberangkatan mereka, Yoona tidak henti – hentinya berkomat – kamit selagi memejamkan mata. Alasan Donghae bersikap seperti ini pasti karena kecemburuan lelaki itu menyaksikan gadis yang diinginkannya menikah dengan pria lain. Benar – benar ironi, hanya karena kecemburuan lelaki itu, ia harus mempertaruhkan nyawanya dalam kecelakaan lalu lintas.

Sayangnya tidak ada pilihan lain. Yoona enggan memprotes atau mengomel karena Ia tidak ingin mengganggu konsentrasi Donghae yang bisa – bisa menghantarkan mereka berdua menuju alam lain, atau berujung kepada rangseknya mobil ini. Yoona belum sanggup memikirkan kemungkinan bahwa nyawa satu – satunya yang ia punyai melayang begitu saja ditengah jalan. Tapi… selalu ada balasan dari setiap perbuatan. Yoona sudah mempersiapkan kata – kata yang pantas untuk membalas perbuatan lelaki itu, lihat saja nanti.

Kira – kira lima belas menit kemudian mobil mereka keluar dari pintu tol. Yoona menghela napas tapi kelegaan itu tidak berlangsung lama. Dalam hitungan detik Donghae kembali menaikkan kecepatan mobilnya. Yoona hampir saja terkena serangan jantung mendadak. Gadis itu berpaling kearah pengendara didepan kemudi, wajahnya bersungut – sungut menahan  amarah, “Yak Lee Donghae-ssi, kau ini kenapa sih? kalau mau mati, mati saja sana sendiri !”

“Aisshh tenanglah, aku sedang berusaha cepat.”

“Tapi setidaknya menyetirlah dengan menggunakan otakmu ! Aku baru saja dinyatakan sehat dari seluruh test kesehatan pra nikah gilamu itu, bagaimana kalau hidupku berakhir hari ini ?!”

“Aku tidak punya banyak waktu untuk memikirkannya.” Tukas Donghae selagi memutar kemudi. Lelaki itu seolah tidak gentar.

Tidak ada waktu lagi. Sialnya, ia tidak sengaja bertemu dengan Yuri dan Siwon. Siwon sendiri adalah salah satu rekan bisnisnya. Sebentar lagi berita pernikahan itu tersebar dan tidak menutup kemungkinan salah satu penjahat itu akan mendengar kabar itu. Demi menyelamatkan Sehun dari bahaya yang mengincarnya, Donghae sudah melakukan banyak cara dengan mengorbankan waktu dan tenaganya sekarang… Ia tidak punya alasan lagi untuk tidak bergerak cepat apalagi menunda – nunda. Siapa yang tahu satu detik lagi, satu menit lagi dan beberapa waktu kedepan rencananya mengambil jalan adopsi akan sampai ketelinga salah satu penjahat yang mengincar harta Sehun. Donghae tidak akan membiarkan salah satu dari mereka menggagalkan rencananya kali ini.

“Yakk !” Yoona memekik setelah mobil Donghae nyaris bersenggolan dengan mobil lain yang sepertinya tidak ingin disalip. Pengendara mobil itu sama gilanya dengan mobil ini.  Donghae tampak geram, Ia lantas membanting setirnya kekiri. Mata Yoona membulat sempurna, spontan Ia menutup wajahnya dengan kedua tangan. Yoona histeris bersamaan dengan bunyi  klakson lain yang bersahut – sahutan dibelakang mereka. Gadis itu sempat merasakan tubuhnya terlempar kekanan dan kekiri. Untunglah… ketika situasi membaik, Yoona membasuh dadanya yang berdentum. OMO! Lelaki itu memang sudah tidak waras ! bagaimana mungkin orang sepertinya bisa mendapatkan SIM? Dia hanya berbakat memancing keributan di jalan raya. jadi benar perkiraannya… pernikahan yang dimaksud lelaki itu adalah pernikahan yang akan berlangsung di alam lain.  

Yoona bergeleng. Tidak, kalau memang seperti itu, cukuplah dia saja yang menikah sendiri dengan hantu atau mahluk astral lainnya, mereka pasti akan menjadi pasangan serasi…

“Turunlah.”

“Mwo?”

Yoona tertohok oleh perkataan lelaki itu. Yoona menatap suasana disekitarnya bingung. Ia baru menyadari bahwa saat ini Donghae sudah memberhentikan mobilnya di sebuah tempat entah dimana. Jejeran gigi Yoona berggemeletuk tiba – tiba memikirkan ini, lihat, betapa menyebalkannya dia. Bahkan lelaki itu sudah berani menurunkan seorang perempuan di tempat sembarangan, benar – benar tidak tidak punya perasaan…

“Awwhhh..”

“Sebenarnya apa yang ada dikepalamu itu hah?! Cepatlah turun.”

Yoona mengelus kepalanya yang baru saja menerima benturan tangan Donghae. Gadis itu meringis – ringis seraya menatap sengit.

Yoona ingin sekali menyumpahi Donghae namun kata – katanya tertahan karena lelaki itu lebih dulu menghilang dan berpindah membuka pintu mobil disampingnya.

“Kita sudah sampai.” Ujar Donghae meraih lengannya. Yoona meronta berusaha menepis, sebaliknya genggaman Donghae justru semakin menguat.

“Kemana?” Yoona  geram.  Lelaki itu berdecak, “Sudahlah, turun saja atau kau akan ikut terkunci didalam mobil ini.”

“Mwo?” Yoona membulatkan matanya mendengar kalimat Donghae yang serupa dengan ancaman. Belum sempat Yoona menyanggah, lelaki itu lebih dulu menarik lengannya hingga keluar dari mobil, tidak lupa menghempaskan pintu mobilnya kemudian menekan tombol kunci.

Donghae menyeret Yoona kedalam sebuah gedung empat lantai. Gedung itu dikelilingi oleh etalase kaca di setiap lantainya yang memamerkan gaun malam serta beberapa busana ready to wear. Yoona berusaha lepas dari genggaman Donghae, kehadiran mereka yang heboh sontak mengundang perhatian banyak mata. Kebanyakan dari orang – orang  itu menatap Donghae lebih dulu kemudian wajah mereka akan mengernyit otomatis ketika mengamati penampilan Yoona.

Donghae mendorong sebuah pintu kaca, menarik Yoona ikut serta kedalam sebuah ruangan. Aroma obat – obatan rambut bercampur dengan wangi herbal seperti di salon menguar kedalam penciuman Yoona. Ataukan ini memang salon?

“Annyeong, selamat datang di salon Bella, ada yang bisa kami bantu?” sapa seorang wanita berseragam merah dengan dasi berbentuk pita dilehernya.

“Sepertinya kami memang butuh banyak bantuan.” Donghae tersenyum kearah wanita itu. Ia lantas merangkul pundak Yoona lalu membawa gadis itu kehadapan cermin persegi.

“Kau sudah punya kekasih?” tanya Donghae tiba – tiba. Yoona menghela napas tidak berselera, “Bukankah pertanyaan itu seharusnya dipertimbangkan sebelum kau ‘melamarku’”

“Pasti belum.” Cetusnya semena – mena. Yoona mendelik. Dasar sok tahu !

“Aku tidak perlu menanyakannya. Dalam sekali pandang, aku sudah bisa menebaknya dengan benar.” Seringai tajam yang menggores dari bibir Donghae seolah mengolok – ngolok penampilannya. Lelaki itu menatap sosok Yoona yang memantul didepan cermin, menatapnya dari atas kebawah. Tatapan lelaki itu tersirat memperhitungkan sesuatu entah apa.

Donghae hanya sedang mensyukuri bahwa usahanya melacak Yoona tidak sia – sia. Terhitung setelah malam pertemuan mereka, Donghae langsung memerintah seseorang untuk mencari informasi tentang Im Yoona. Donghae sudah mengetahui sedikit mengenai profil gadis itu, setidaknya ia sudah tahu bahwa Yoona berstatus single.

Yoona tidak mengerti makna dari tatapan Donghae, hanya saja Ia sudah menggaris bawahi, lelaki itu pasti tengah membangga – banggakan penampilannya yang rapih dan memakai jas mahal, “Sombong sekali ! Dasar sok keren.” Runtuk Yoona selagi melepaskan tubuhnya dari rangkulan Donghae. Belum selangkah berjalan, Yoona sudah dilanda shock terapy akibat lengannya yang ditarik paksa sekali lagi.

Donghae membawa Yoona ke hadapan wanita yang menyambut mereka tadi, Lelaki itu menunjuk kepala Yoona kemudian memerintah, “Aku ingin rambut gadis ini berubah menjadi hitam.”

“Mwo? Andwae?!” Yoona menangkup kepalanya seraya bergeleng.

Donghae berkacak pinggang lalu mendongak, menghembuskan udara dari dalam paru – parunya yang membumbung kelangit – langit, “Baiklah kalau tidak mau, aku akan menuntutmu ke pengadilan sekarang juga.”

Yoona menatapnya campur aduk antara takut dan bingung, “P-pengadilan.. pengadilan apa? Ini kan hanya masalah warna rambut ?!”

Donghae menatap Yoona tanpa suara, membuka sesi agar gadis itu mengingat – ingat, namun tampaknya wajah kebingungan Yoona tidak juga menunjukkan tanda – tanda perubahan. Donghae mengambil alih dengan terpaksa, “Didalam kontrak kerja yang kau tanda tangani tertulis bahwa kau akan mematuhi semua perintahku selama itu berhubungan dengan masalah pekerjaan.”

“M-memangnya ada yang seperti itu?” Pupil mata gadis itu menyala – nyala tidak terima. Mata gadis itu… entah kekuatan apa yang tersembunyi didalamnya, selalu saja berhasil menggemparkan kinerja jatungnya, bola berwarna hitam kepunyaan gadis itu seperti halnya fenomena gerhana matahari yang dianugerahi kekuatan magnet terselubung. Kewarasan Donghae hampir saja tersedot kedalam bulatan itu kalau saja ia tidak buru – buru menepisnya.

“Makanya sebelum ditandatangani, perjanjian itu kau baca dulu baik – baik.” Donghae menggosok wajah yoona dari ubun – ubunnya kebawah.  Gadis itu meronta – ronta menyingkirkan tangan Donghae. Ia berdecak.

Lelaki itu menandaskan sekali lagi, “Aku bisa saja menuntutmu kalau kau tidak mau menurut.”

“Mwo?!” Yoona berjengit menahan amarahnya yang sudah mencapai puncak. Sementara didepan sana Donghae tersenyum samar lantas Ia beranjak menguliti gadis itu dengan tatapannya yang intimidatif, “Menurutmu tindakan apalagi yang harus kulakukan terhadapmu, seorang pekerja yang  sudah terang – terangan melanggar kontrak?”

Yoona membuang wajah kesamping lalu meniup ubun – ubunnya mempertimbangkan, “Oke.. oke aku akan mengubah warna rambutku tapi tidak dengan warna hitam, aku bisa dikira anak SMA—”

Donghae menarik pergelangannya tiba – tiba. Pemberhentian sepihak itu membuat Yoona tercekat. Usai digiring paksa, lagi – lagi mereka berhadapan dengan wanita berseragam tadi. Wanita itu sedikit kebingungan.

 “Ah. Nona, menurutmu warna apa yang cocok untuk rambut gadis ini?” Donghae mengacak rambut Yoona, gadis itu berdesis tidak nyaman.

“Bagaimana kalau coklat tua…”

“Nah itu.” timpalnya. Donghae menepuk pundak Yoona meyakinkan, “Tolong sekalian rubah penampilannya, lakukan make over atau apa pun kalau perlu pakaikan baju yang bagus.” Donghae memerintah semena – mena.

Karyawan itu membulatkan mata. Donghae buru – buru menambah, “Di lantai atas gedung ini ada butik bukan? Aku akan membayar berapa pun. Tolong pilihkan yang cocok untuknya.”

“Nde baiklah Tuan.”

“Kalau bisa dua jam kemudian semuanya harus beres.” Setelah mengucapkannya Lelaki itu tersenyum seperti tidak terjadi apa – apa. Lalu ia beranjak menuju ruang tunggu, meninggalkan Yoona bersama wanita berseragam itu.

Yoona terperangah lebar. Matanya yang membola menatap kepergian Donghae, sama sekali tidak mempercayai ini. Kalau saja disini ada lalat yang berterbangan, mungkin lalat itu akan menyerbu kedalam mulutnya. Bagaimana mungkin, Yoona tidak sampai membayangkan apa yang mereka lakukan seandainya mewarnai rambut apalagi jika ditambah dengan perawatan lainnya hanya dalam waktu dua jam, bahkan sewaktu ia menemani kakaknya ke salon untuk mewarnai kuku, prosesnya sudah memakan waktu berjam – jam. Dasar lelaki… pergi saja sana ke salon nenek moyangmu !

“Nona…”

Yoona menoleh ketika sebuah suara memantul ditelinganya. Wajah gadis itu langsung berpapasan dengan wanita berseragam yang berdiri menyunggingkan senyum.

“Mari Nona.” Ucapnya mempersilahkan. Yoona menghela napas, dengan tampang malas ia menjawab, “Nde.”

Ditengah perjalanan mereka menuju ruang make over, Yoona mencibir selagi bercuap – cuap sembarangan, “Ah, Unnie Kejadian barusan jangan diambil hati ya, dia memang aneh seperti itu kalau obatnya sudah habis.” Yoona memutar bola matanya masa bodoh dengan apa yang baru saja terucap dari bibirnya. Memang begitulah kenyataannya…

Wanita itu berhenti melangkah. Ia berbalik menatap Yoona dengan senyuman yang rupanya masih utuh, “Ah ye, gwenchana. Aku mengerti, semua pria pasti menginginkan wanitanya tampil cantik di depan umum.”

Yoona yang saat itu tengah bersiul – siul tidak jelas, hampir saja tersedak oleh sesuatu entah apa. Sepasang matanya terbuka menyerupai bola bekel yang memantul – mantul. Wanitanya… wanita siapa? Lelaki itu? idih… Yoona bergidik seperti baru saja tertimpa ulat bulu.

“Setelah ini dia pasti akan semakin mencintai anda.”

 “Haaa?!”

………….

Kurang dari sepuluh detik lalu Donghae baru saja menutup sambungan teleponnya. Lelaki itu mulai sibuk mengutak atik layar persegi ditangannya kemudian menelpon seseorang, beberapa menit kemudian Donghae menutup panggilan itu lalu menerima panggilan baru, begitu seterusnya hingga waktu serasa melaju dengan pesat hanya untuk mengurusi panggilan telepon dan membaca beberapa email.  Donghae melirik jam tangannya. Kurang lebih empat jam lamanya Ia duduk di ruang tunggu salon. Yoona belum juga menunjukkan batang hidungnya. Rasa – rasanya Donghae ingin sekali mengintip keadaan didalam sana tapi beberapa urusan justru menghalanginya.

Lagi – lagi ponselnya berdering. Kali ini panggilan masuk dari Leeteuk. Donghae buru – buru mengangkatnya. Sapaan Leeteuk terdengar dari seberang sana diikuti suara anak kecil yang berteriak – teriak disekitarnya. Bibir Donghae menyunggingkan senyuman.

“Samchoon, kapan pulang?” Suara Sehun yang melengking dan menggebu – gebu memenuhi pendengarannya. Kepenatan yang mengusiknya hari ini hilang dalam sekejap mata. Setidaknya Donghae bisa memastikan bahwa Sehun baik – baik saja dibawah pengawasan Leeteuk.

“Samchon akan pulang sebentar lagi.”

“Jinjayo?”

Donghae menatap sekitarnya, belum ada tanda – tanda kemunculan gadis itu, Ia melanjutkan, “Sehun-ah.. lihat nanti, Samchon akan membawa calon Eomma ke rumah…”

Sehun terdengar menarik napas lalu menahannya beberapa saat, “Calon Eomma? Apakah Noona yang waktu itu… Sehun maunya Noona yang waktu itu, tidak boleh wanita lain. Samchon harus membujuknya.”

Mendengar pemaksaan itu, Donghae tergelak, “Tenanglah, Samchonmu ini paling hebat dalam hal menaklukkan wanita, kau tahu itu bukan?”

“Masa sih? Bukankah Noona itu yang lebih dulu menaklukkan Samchon?” Sehun terkikik geli. Donghae mati kutu dibuatnya, Ia tidak punya kata – kata lagi untuk membalas ejekan Sehun. Donghae tahu semakin Ia menyangkal maka anak itu akan melancarkan serangan balasan berkali – kali lipat hanya untuk meledeknya. Donghae mencibir tidak menyangka bahwa dirinya berhasil ditaklukkan oleh seorang anak kecil.

“Ayolah samchon mengaku saja, samchon suka sama Noona itu khaaan?”

Donghae berdecak frustasi, “Diamlah, aishh.. dasar bocah ini—“ Ia ingin sekali menjitak kepala Sehun kalau saja bisa. Sayangnya anak itu tidak berada disini.

“Oh ya, Samchon akan membawa Noona itu malam ini.” Donghae berusaha mengalihkan perhatian Sehun, dan benar saja anak itu kegirangan.

“Wahh jinja? Cepatlah pulang bersama Noona itu samchon, Sehun sudah tidak sabar.”

Donghae menimbang – nimbang penuh arti. Sudut dibibirnya menarik garis kekiri menggorekan seringai, “Kalau begitu bersiap – siaplah menunggu calon Eomma-mu—“

Perhatian Donghae teralihkan. Sepoi angin menuntun fokusnya menuju sosok gadis yang baru saja keluar dari ruang make over, Lelaki itu tidak mempercayai penglihatannya kali ini. Sosok wanita berbalut dress selutut berwarna soft pink dari lace bermotif bunga – bunga timbul. Rambut gadis itu dikepang lurus kesamping melewati bahunya dengan poni menyamping, sementara anak rambutnya dibiarkan berserakan. Donghae tidak bisa menahan mulutnya untuk tidak menganga lebar ditengah batinnya yang terus berperang, apakah gadis itu benar – benar Im Yoona? Sepertinya bukan. Rambut gadis itu tampak halus dan natural, wajahnya bersinar sehangat mentari, bibir tipisnya yang terpoles lipstick stroberi benar – benar licin. Sosok dihadapannya begitu feminim berbanding jauh dengan penampilan  Yoona yang kumal dan berantakan.

“Sekarang apalagi setelah ini?” Yoona melipat kedua tangannya dibawah dada selagi mengetuk – etuk heelsnya.

Yoona mulai risih karena Donghae tidak kunjung berbicara dan hanya terdiam menatapnya.

Yoona dress ff copy

“Sudah selasai mengagumiku?” Yoona berpose didepan Donghae, belum ada pergerakan sama sekali. Gadis itu mendesah malas.

“Ya sudah kalau begitu aku pulang saja.” Putusnya sepihak. Yoona berbalik badan, sebelum gadis itu benar – benar melangkah, Donghae lebih dulu menjegal lengannya, “Kau mau kemana lagi?”

“Pulang.” Jawab Yoona menegaskan tatapannya.

Donghae mengerjap beberapa kali, entah bagaimana Ia seakan mengenali bola mata gadis itu, pusaran bola hitam transparan yang mengapung diantara iris tipisnya terlampau menghanyutkan.  Semoga dunia ini baik – baik saja. Ternyata gadis itu memang Yoona.

“Samchooonnn ?!!!” Donghae tersadarkan oleh teriakan Sehun ditelepon. Lelaki itu bergeleng menepis pikirannya kemudian berbicara dengan bocah diseberang sana, “Sehun-ah, samchon tutup dulu teleponnya nde.”

Usai memasukkan ponselnya kedalam saku jas, Donghae bangkit dari tempat duduknya. Lelaki itu menarik Yoona menuju meja kasir, membayar tagihan menggunakan sekeping kartu. Yoona sempat mengintip isi dompet lelaki itu. Dompetnya cukup tebal untuk ukuran lelaki seusianya. Donghae seolah merasakan tatapan Yoona. Lelaki itu sedikit menoleh, Yoona tersentak buru – buru mengalihkan pandangannya kearah lain.

“Jangan lupa baju anda Nona.” Wanita berseragam dibalik meja menaruh dua paper bag diatas meja, mungkin berisi baju dan sepatu Yoona.

“Buang saja.” Perintah lelaki itu semena – mena, Yoona membulatkan mata hendak meyumpahinya tapi kesempatannya untuk berbicara bagaikan hilang ditelan angin.

“Kita tidak punya banyak waktu, ikut aku.”  Donghae menyambar tangan Yoona dan menarik gadis itu keluar dari salon. Yoona terbelalak mengingat Ia kini tengah mengenakan heels tujuh senti, memang tidak terlalu tinggi namun hal itu cukup membuatnya kelabakan mengimbangi langkah Donghae yang tergesa –  gesa. Yoona berulang kali melancarkan aksi protesnya yang tidak membuahkan hasil sama sekali. Aksi protes Yoona hanya mengundang beberapa pasang mata menghunus kearah mereka. Pada akhirnya gadis itu memilih diam. Barangkali.. jika saja Yoona memakai pakaian layaknya tadi, Ia tidak akan berpikir dua kali untuk menendang lelaki itu sejauh mungkin, sayangnya Yoona cukup  tahu diri untuk menjaga penampilannya saat ini, lagi pula tidak ada untungnya menendang lelaki itu sambil memakai dress princess seperti ini. ujung – ujungnya Ia hanya akan menjadi bahan tertawaan.

Jadi biarkan saja lelaki itu berbuat semaunya, Ia akan membalasnya nanti.

………….

Yoona terlihat seperti anak kecil yang baru saja memasuki toko permen. Gadis itu menoleh kesana kemari memperhatikan jejeran toko yang menawarkan perhiasan – perhiasan mewah.  Bibir Yoona bergoyang menggumamkan kekagumannya mengintip sebuah kalung perak mutiara dibalik etalase kaca. Kalau saja dia datang bersama kakaknya, mungkin gadis itu akan merengek – rengek minta dibelikan.

Donghae memasuki sebuah toko perhiasan, Yoona lantas mengikut dibelakangnya selagi melihat – lihat perhiasan yang terpajang dimana – mana. Yoona menghampiri sebuah lemari pajangan, gadis itu mendekatkan wajahnya memperhatikan beberapa perhiasan yang berjejer didalam sana. Ia mengamatinya satu persatu sampai – sampai hidungnya menempel dipermukaan kaca.

Yoona menarik baju Donghae dan menunjuk – nunjuk sebuah cincin perak dengan desain motif timbul. Donghae menatap cincin itu memperhitungkan. Seorang pramuniaga toko tampak siaga dibelakang mereka. Pramuniaga itu mulai berbicara mengenai makna dibalik motif geometris yang tercetak pada permukaan cincin. Pupil mata Yoona melebar sewaktu menyimak penjelasan itu.  Donghae berpindah meninggalkan para wanita yang tengah asyik mengobrol, lalu ia memilih duduk disofa dan berbicara kepada manager toko.

“Apakah diantara perhiasan disini ada yang… lebih istimewa?”

Dari jarak beberapa langkah Yoona masih berkutat dengan cincin pilihannya. Manager Choi tersenyum kearah Donghae, Ia mengerti dengan maksud lelaki itu. Tentu manager Choi sudah bisa menduga betapa seriusnya Donghae mencari sepasang cincin yang pas untuknya. Donghae dan keluarganya sudah sering mondar – mandir ditoko perhiasannya. Sang manager cukup bisa menilai bagaimana selera mereka.

“Baik. Mohon tunggu sebentar, saya akan membawakan yang ada didalam brankas untuk anda.”

Donghae menelisik perhiasan yang dikeluarkan oleh manager Choi dari dalam brankas kecil toko itu. Ia menimbang – nimbang sebentar. Kira – kira cincin seperti apa yang cocok untuk gadis memusingkan sepertinya?

Manager Choi memperlihatkan sebuah cincin berlian putih yang menjadi pusat perhatiannya. Cincin itu terlihat bagus, tapi Donghae menggeleng. Desain cincin itu mendekati sempurna tapi berlian putih yang menghiasinya terkesan elegan, untuk seukuran gadis yang berantakan sepertinya kesan elegan pada berlian eksklusif itu mungkin  akan tampak menyebalkan.

“Waahh yang ini bagus.”

Suara Yoona mengalihkan perhatian Donghae. Tampak disana, gadis itu tengah sibuk melihat sebuah cincin yang diperlihatkan oleh pramuniaga toko. Mata Yoona berseri – seri menatap cincin berhiaskan batu spinel yang memancarkan cahaya keemasan. Yoona tersenyum sumringah bagaikan melihat dirinya sendiri.

“Kalau kau suka, kau bisa memakainya tapi untuk dijadikan cincin pernikahan, rasanya tidak cocok.” Donghae menyela kekaguman Yoona. Senyum gadis itu yang tadinya mengembang kini memudar pelan – pelan. Yoona menatap Donghae selagi mencibir.  Gadis itu lalu memutar pandangannya kearah lain.

“Bagaimana dengan ini ? untuk sementara memang belum di setting, tapi kalau anda mau kami bisa mendesainnya sesuai keinginan anda.”

Sebenarnya Donghae tidak begitu tertarik dengan berlian tapi Ia mengalihkan pandangannya mengamati sebuah berlian didalam kotak beludru yang baru saja terbuka. Berlian itu jauh berbeda. Jika berlian sebelumnya tampak pucat, berlian ini justru memancarkan kilau mengagumkan. Sinar yang dipancarkannya berwarna merah muda menjuntai pula warna jingga dan biru. Kombinasi warnanya tidak terlalu mencolok tapi menghangatkan.

“Berlian apa ini?”

Fire diamond. Sekilas mungkin ukurannya kecil tapi berlian ini bukan berlian biasa. Berlian ini adalah berlian  yang sangat langka dan termahal didunia. Kalau saja ukurannya lebih besar sedikit, berlian ini tidak akan bisa menembus Korea karena harganya yang sangat mahal.”

Sejenak Ia merenung, “Baiklah aku ambil yang itu.” putus Donghae. Entah mengapa berlian langka itu seolah menghipnotisnya dalam sekali pandang. Berlian itu terasa spesial, mengingatkannya pada seseorang… Pikiran Donghae mengawang. Tiba – tiba wajah Yoona memenuhi kepalanya. Angan – angan mengenai tatapan gadis itu semakin jauh merasuk, apalagi ketika benaknya menjelajahi mata bulat gadis itu… mata yang hangat dan bercahaya seindah berlian… ‘Omo apa yang sedang kupikirkan?!’

Donghae bergeleng – geleng. Lelaki itu memulangkan seluruh fokusnya menuju alam nyata. Manager Choi tampak menunggunya berbicara.

“Ah masalah desainnya, tolong setting-kan seperti cincin sebelumnya dan kalau bisa sembunyikan dari gadis itu.”

“Baik Tuan.”

Tampak sekali bahwa yoona amat menggilai cincin berbatu spinel yang tadi. Gadis itu belum juga mengalihkan perhatiannya dari seorang pramuniaga yang tengah berbicara mengenai cincin itu, bahkan ketika sang pramuniaga menunjukkan kepadanya sebuah cincin permata, pusat perhatain Yoona sama sekali tidak tergoyahkan.

Gadis itu aneh. Dari sekian banyak perhiasan mewah, gadis itu lebih memilih perhiasan yang kelihatannya paling murah. Sepertinya Ia tidak memiki selera yang bagus dalam arti seleranya dibawah standard.

Donghae menghela napas, “Dan satu lagi, cincin batu spinel tadi aku juga akan mengambilnya, sepertinya dia lebih menyukai cincin yang seperti itu.”

Manager Choi tersenyum mengamati keduanya lalu mengangguk.

……………

Pusaran waktu bagaikan mengejar – ngejar mereka. Yoona melangkah dengan sedikit kesusahan. Penyebabnya masih sama. Ia harus mengimbangi cara berjalan Donghae yang seperti dikejar – kejar hantu. Bahkan Yoona belum puas memandangi cincin batu spinel yang dibelikan lelaki itu entah apa maksudnya tapi Yoona tidak mau ambil pusing, toh sekarang cincin itu sudah berada ditangannya dan tersimpan didalam kotak beludru yang dikemas oleh paper bag silver. Paling tidak hatinya bahagia menerima cincin itu, namun bukan berarti penilaiannya terhadap lelaki itu berangsur membaik.

Napas Yoona tertahan seiring pemberhentian langkah Donghae yang mendadak.  Donghae terdiam cukup lama membiarkan Yoona menerka – nerka apa yang saat ini dipikirkan lelaki itu. Donghae menatap Yoona sebentar kemudian memejamkan matanya dengan  penuh upaya menelan rasa bimbang yang menghantui.

Donghae menarik tangan Yoona lalu membawanya  ke suatu tempat.

“Kita tidak jadi keluar dari gedung ini? Kita mau kemana lagi?” Yoona menghujani Donghae dengan sejumlah pertanyaannya. Jangankan menjawab, usai berpaling dari pintu keluar Ia langsung menarik Yoona menuju sudut kanan gedung pertokoan. Situasi ditempat itu sepi, jauh dari lalu lalang pengunjung toko yang memundahkannya berbicara sesuatu.

“Yoona-ssi, ah tidak mulai sekarang aku akan memanggilmu Yoong.” Donghae menghimbau ketika mereka berhadapan. Lelaki itu melanjutkan, “Dan kau, panggil aku Oppa.”

“O-oppa?” Yoona tidak mampu menyembunyikan kerisihannya ketika menyebut panggilan itu. Yoona sibuk bertanya – tanya sendiri, apakah Ia bisa melakukannya? Karena itu terdengar aneh…

“Nde. Karena sebentar lagi tepatnya malam ini, aku akan membawamu ke-hadapan keluargaku.”

“M-mwo?!!” Mata Yoona terbuka lebar – lebar mempertanyakan kewarasan lelaki itu yang kemungkinan sudah termakan oleh bakteri.

Donghae menarik napas seiring punggungnya yang menegak, “Saat ini aku yakin penjahat yang mengincar harta Sehun sedang mengatur strategi untuk merampas anak itu. Dan kau tahu, aku harus buru – buru bertindak. Yoona-ssi, aku sudah memikirkannya—“

“Bo-ya?”

“Tiga hari lagi kita harus menikah.”

Bagaikan disambar petir, gadis itu  terperangah, “M-menikah… tiga… hari.. lagi?”

Yoona berusaha memulihkan debaran jantungnya yang membabi buta. Yoona tahu percuma saja membuang – buang energynya menanggapi kejutan gila itu. Dalam situasi genting seperti ini Lelaki itu selalu saja berpikir pendek. Yoona menghela napas buru – buru menukar ekspresinya menjadi datar, ia lalu menyindir “Kenapa tidak sekalian saja besok.”

Wajah Donghae penuh ketegangan kala menatap gadis dihadapannya. Donghae ingin mendengarnya sekali lagi agar Ia bisa mempercayai telinganya sendiri. Menikah besok… Donghae tidak menyangka bahwa Yoona bisa berpikir sampai sejauh itu. Belakangan  ini Ia mengira bahwa otak gadis itu hanya sebesar biji jagung, berlumut pula. Tapi rupanya Yoona dengan mudah mencetuskan solusi berharga dalam masalah ini. Gadis itu benar, kalau mereka menikah besok, kemungkinan untuk orang – orang itu mengagalkan rencananya mengadopsi Sehun akan semakin kecil, sebaliknya tiga hari adalah waktu yang cukup bagi penjahat – penjahat itu untuk mencari celah menggagalkan pernikahan ini. Bagaimana pun Donghae tidak mau rencana yang telah disusunnya untuk mengadopsi Sehun berantakan. Maka lebih baik pernikahan ini dilaksanakan mendadak tanpa harus digembar – gemborkan sebelumnya.

“Ide bagus.” Donghae beranjak menyetujui. Sementara Yoona ternganga tidak mengerti dengan apa yang lelaki itu bicarakan.

“Aku berubah pikiran. Besok kita akan menikah.”

“Haaa?”

Yoona mencerna keputusan lelaki itu. Dan berjuta kalimat yang bertebaran dipermukaan lidahnya hilang begitu saja karena terlalu sengitnya Ia memikirkan ini.

“Tunggu.. tunggu.. mungkin ada yang salah.” Yoona berjalan mendekati Donghae dengan tatapan misteriusnya. Gadis itu menjelajahi wajah Donghae. Ia sempat melotot ketika lelaki itu berusaha menghindarinya. Yoona memajukan wajahnya penasaran lalu mengetuk – ngetuk kepala Donghae, “Tok ~ tok ~ tok ~ Annyeong otak Lee Donghae,  apa kau masih didalam?”

Seolah mendengar sesuatu, Ia mendekatkan telinganya, ”Apa?! Omo?!! Sudah pindah ke dengkul? Ohh pantas saja.”

“Aishh apa yang kau lakukan ?” Donghae menarik wajahnya dari tingkah aneh Yoona. Gadis itu berpindah keposisi semula, lantas menatapnya tanpa ekspresi, “Tentu saja, aku sedang mencari keberadaan otakmu.”

Tatapan mata Donghae yang dingin menyala – nyala, “Aku serius Yoona.”

“Aku juga serius.”

Lelaki itu berbicara kekeuh, “Pokoknya malam ini aku akan memperkenalkanmu kepada keluargaku.”

“Tapi aku belum mempersiapkan apa – apa.” Yoona menyela sekaligus menghadirkan ketidakpercayaan diwajahnya, “Bahkan hari sudah menjelang malam. Kau tahu semua wanita didunia ini akan merasa gugup jika akan bertemu dengan calon mertua, meskipun itu hanya pernikahan pura – pura tapi keluargamu tidak menganggapnya begitu, bukan? Bagaimana kalau mereka menjebakku dengan sejumlah pertanyaan – pertanyaan yang tidak kumengerti, bagaimana kalau sikapku memalukan bagaimana dan bagaimana…”

“Mereka tidak akan mempermalukanmu—“

“Dan kita tidak mungkin merancang pernikahan dalam waktu satu malam.”

 “Pernikahan itu, aku bisa mempersiapkannya dalam satu malam.” Tandas  lelaki itu tanpa ragu.

“Dalam satu malam?” Yoona terkekeh, Bagaimana mungkin lelaki itu berkata demikian? Memangnya dia pesulap ? Pesulap apa?! Pesulap mana saja tidak akan mau jika disandingkan dengan sibodoh itu. Anggaplah Lee Donghae bisa mengandalkan kekuasaannya untuk berbuat apa saja. Tidak dipungkiri, lelaki itu punya banyak materi dan koneksi untuk mengatur sebuah acara pernikahan bahkan seandainya acara itu terlaksana dua jam lagi, hanya saja perlu diingat bahwa selain kesiapan fisik, pernikahan juga membutuhkan kesiapan mental. Yoona harus mengakui, Ia butuh beberapa hari untuk mempersiapkan diri menghadapi perubahan besar dalam hidupnya yaitu menerima Donghae dan Sehun sekaligus keluarga mereka yang begitu rumit. Setelah ini Yoona memastikan bahwa hidupnya juga akan menjadi rumit.

Entah sejak kapan Donghae sibuk berbicara dengan ponselnya. Yoona tidak mengerti dengan apa yang sedang dibicarakan lelaki itu karena Ia berbisik – bisik, namun firasatnya mengatakan bahwa itu sesuatu yang buruk. Selesai dengan urusan ponselnya, Donghae kembali menatap Yoona.

“Aku harus bergerak cepat Yoona, pernikahan ini tidak bisa ditunda – tunda lagi. Aku akan mempersiapkan semuanya malam ini, kalau perlu aku akan meminta Sehun dan lainnya berkumpul.“

“Oke.” Yoona menatap Donghae lamat – lamat. “Sayangnya aku tidak bisa.”

Yoona berbalik badan. Gadis itu hendak meninggalkan tempat namun sesigap mungkin Donghae menahan lengannya.

“Kau mau kemana?”

“Pergi.” Jawab Yoona memandang sebelah mata. Gadis itu mencoba melangkah sebelum  akhirnya gagal karena ditarik paksa oleh Donghae. Yoona menggeram frustrasi, tatapannya menghunus nyalang kearah pelaku penarikan itu.

“Lepaskan.” Peringatnya.

Donghae mempererat cengkramannya dilengan Yoona dan menyeru, “Tidak, kau tidak boleh pergi begitu saja.”

“Iya oke, aku mau menikah tapi nanti bukan besok.”

“Ya, aku juga tidak suka sesuatu yang mendadak tapi tindakan ini harus dilakukan. Kita harus menikah secepatnya sebelum para penjahat itu berniat menggagalkannya.”

Yoona menarik napas jengah, “Aku tidak perduli dengan penjahat yang kau maksud ! Lagipula itu hanya kehawatiranmu bukan? kau juga tidak tahu siapa sesungguhnya penjahat itu—“

“Oleh karenanya, aku ingin mencegah kemungkinan terburuk sekali pun.”

Kalau bisa Yoona ingin sekali menyumpal pendengarannya sendiri. Ia tidak pernah suka dengan rencana dadakan seperti ini. Dulu orang tuanya juga meninggal secara mendadak, sejak saat itu Yoona paling anti dengan hal – hal yang sifatnya mendadak.

“Yoona—“

Donghae berusaha meyakinkan Yoona, entah apalagi yang akan dikatakannya, Yoona sudah tidak berselera mendengar apa pun lagi.

“Akkhhh.”

Donghae meringis memegangi pergelangan kakinya yang baru saja menerima injakan heels Yoona. Gadis itu mendorong tubuh Donghae hingga cengkramannya terlepas. Yoona segera kabur dari sana, tidak memperdulikan seruan Donghae dibelakangnya yang menyuruhnya berhenti.

Yoona melepas kedua heelsnya. Ia menengok kebelakang, tampak disana Lelaki itu tengah megejarnya. Yoona memacu langkahnya, semakin lama Ia memilih untuk berlari kencang. Yoona tidak sempat memikirkan bahwa tindakannya  mirip seperti Ia baru saja mencopet harta benda seorang pria. Sambil menenteng heels dan paper bag, Yoona memacu pelariannya kearah pintu keluar gedung pertokoan. Beberapa orang menjadi korban tabrak lari akibat ulahnya tapi ia sama sekali tidak perduli.

“Im Yoona berhenti, dengarkan aku Yakkk !” suara Donghae lantang memantul ditelinganya. Gadis itu menengok kebelakang. ‘Dasar gila’ runtuknya dalam hati, ternyata lelaki itu masih mengejarnya dan kini jarak diantara mereka semakin beresiko. Untunglah, Yoona sudah berada ditepi jalan. Kebetulan sebuah taksi melaju kearahnya,  buru – buru Yoona menjulurkan tangannya disamping jalan hingga taksi itu berhenti. Yoona bergegas masuk kedalam taksi itu. Dari jendala taksi Yoona bisa menjangkau pergerakan lelaki itu. Donghae mengerem langkahnya dengan napas terengah – engah. Yoona tersenyum penuh kemenangan. Disaat taksi yang Ia tumpangi berangsur melaju, gadis itu menurunkan kaca jendala taksi kemudian menyembulkan kepalanya dari jendela yang terbuka.

“See You, Donghaeee Oppaaa !!!”  Yoona melambai – lambaikan tangannya dari dalam kendaraan roda empat yang membawanya. Gadis itu menyeru lantang hingga sosok Donghae mengecil dan semakin menjauh dari taksi yang melaju bersama tumpukan kendaraan lain.

Yoona sudah menutup jendela samping pintu ketika pengemudi taksi bertanya kepadanya, “Boleh saya tahu tujuan anda Nona?”

“Bagaimana kalau… “Gadis itu berpikir sebentar, “Bagaimana kalau ke mini market?”

“Nde?”

Yoona memajukan wajahnya, “Tolong antarkan aku ke mini market yang kira – kira 10 kilo meter dari sini.”

Pengemudi itu terdiam lalu mengangguk, “Baik Nona.”

Menyandarkan punggung dibadan kursi, Yoona membuang napas kasar. Entah mengapa ingatannya masih terngiang – ngiang akan kejadian barusan. Yoona bergeleng mencoba menepisnya. Yoona jengah kalau harus mengingat – ingat wajah lelaki itu. Ia sadar sepenuhnya bahwa seorang karyawan memang wajib mematuhi perintah atasannya tapi mereka juga berhak untuk tidak mematuhinya kalau perintah itu tidak masuk akal. Yoona yakin Donghae tidak akan begitu saja memecatnya, mereka sudah menandatangani kontrak satu sama lain. Sekarang ini  dirinyalah yang berada diatas awan. Lelaki itu pasti kelabakan karena seorang gadis yang dipercaya oleh keponakannya kabur begitu saja. Dan seharusnya lelaki itu sadar untuk segera menghentikan kegilaan ini…

Mendadak Yoona teringat dengan tas dan ponselnya yang tertinggal  di mobil Donghae.. didalam tas itu juga ada surat perjanjian… Yoona menghela napas. Kalau memang Donghae ingin membuang tas itu, tidak masalah. Lagi pula cincin batu spinel yang dibelikan Donghae sudah berada ditangannya. Ia tinggal menjual cincin itu dan menukarnya dengan ponsel baru yang lebih bagus.. Dan masalah surat perjanjian itu, Ia bisa meminta kakaknya untuk dibuatkan lagi.

Sekarang ini masalahnya adalah Ia harus merelakan uangnya untuk menebus argo taksi. Yoona meraba saku belakang hot pants yang dikenakannya sebagai lapisan dalaman dress. Untunglah Yoona sempat mengamankan dompetnya kalau tidak Ia pasti terombang – ambing di jalan. Yoona tersenyum bangga. Dimana – mana uang bisa mengendalikan segalanya. Kelaparan atau tersesat sekali pun bisa diselesaikan dengan uang, karena itulah sebisa mungkin Ia selalu mengamankan dompetnya dimana pun berada.

~kruyukk… Kruyukk~ Yoona menekan perutnya yang berbunyi. Dasar Lee Donghae, atasan mana yang membiarkan karyawannya sendiri kelaparan setelah diajak berlari kesana kemari. Dia memang tidak punya perasaan…

Masa bodoh dengan lelaki itu, Yoona lebih tertarik mengurusi masalah perutnya sesegera mungkin. Gadis itu menghitung sejumlah uang yang tersisa didalam dompet. Yoona memberengut. Berhubung karena budgetnya yang pas – pasan, hari ini lagi – lagi Ia terpaksa memakan ramen di mini market.

…………..

Beberapa orang yang tidak Ia dikenali sibuk berlalu lalang mengangkut berbagai macam perabot rumah tangga mulai dari kulkas, panci sampai lemari kedalam rumahnya. Kernyitan dipermukaan kening Yoona kian menjadi sewaktu menemukan dua buah mobil mewah masing – masing berwarna hitam dan merah terparkir dipinggir jalan depan rumahnya. Pikiran – pikiran mengenai penghuni baru dan kenyataan bahwa kakaknya baru saja diusir tiba – tiba menghantui. Yoona berlari kedalam rumah sewanya, lantas Ia menerobos pintu yang terbuka lebar. Gadis itu berdiri terengah – engah diambangnya.

“Eonni !” Seru  Yoona ketika menemukan kakaknya sedang duduk disofa ruang tamu bersama sejumlah orang yang juga mengisi beberapa kursi di ruang itu.

Yoona tidak menghiraukan beberapa pasang mata yang menatap kedatangannya. Ia berlari menghampiri Boa, “Ada apa ini? kenapa banyak barang – barang asing? Apakah kita baru saja diusir?!”

Boa menghela napas. Ia bangkit dari tempat duduknya. Yoona baru menyadari bahwa kakak perempuannya itu tengah mengenakan hanbok. Boa menatap orang – orang yang duduk di ruang tamu kemudian membungkuk sesal. Yoona menatap orang – orang itu, beberapa diantara mereka memang tidak dikenalnya tapi… satu atau dua, Yoona tahu persis wajah menyebalkan yang kini terpampang didepan matanya… Wajah itu meyeringai penuh kemenangan. Yoona menganga namun belum ada sepatah cacian pun yang sanggup Ia semburkan. Gadis itu menarik napas dalam – dalam, Lee Donghae, beraninya dia ! Apa yang dilakukan pria gila itu disini?!

“Annyeong Yoona Noonaaaaa.” Pemilik suara cempreng entah siapa tiba – tiba memanggilnya. Yoona menoleh dan menemukan seorang  bocah lelaki tersenyum lebar memamerkan jejeran giginya yang mungil. Yoona mengerjab. Bocah itu… Yoona mengingat dengan pasti namanya, Sehun keponakan Lee Donghae gila. Kenapa juga bocah itu ada disini?

Lamunan Yoona buyar ketika dalam sekali tangkap seseorang menyambar lengannya. Gadis itu hendak memprotes tapi buru – buru menutup mulutnya karena menyadari sang pelaku itu adalah kakaknya sendiri. Yoona tidak punya pilihan lain. Terpaksa ia mengikuti langkah Boa yang menariknya menuju kamar mereka sebelum nenek sihir itu menendangnya  dari rumah.

Tubuh Yoona menempel di permukaan dinding sementara Boa berkacak pinggang. Mereka berdiri hadap – hadapan. Yoona belum terbebas dari kebingungannya ketika Boa menghela napas, “Sekarang jelaskan apa maksudnya semua ini ?”

“A-aku tidak tahu Eonni, kenapa mereka ada disini?”

Plakk—awhh

“Pabo-ya.” Boa tampak geram usia menjitak kepala Yoona,  “Harusnya aku yang bertanya padamu?!”

Yoona bungkam. Otaknya belum bisa mencerna kenyataan ini.

“Jadi, keluarga lelaki itu belum mengetahuinya? Maksudku mereka tidak tahu soal pernikahan pura – pura ini?”

Mendengar pertanyaan kakaknya Yoona tersadar, penyesalan mengikuti wajahnya yang menunduk, gadis itu bergeleng sebagai jawaban awal, “Belum Eonni. Donghae—eh,“ gadis itu meralat, “Ini atas permintaan sajangnim Eonni, katanya ia curiga ada mata – mata didalam keluarganya. Kami hanya ingin berjaga – jaga jangan sampai mereka mencari – cari kesempatan untuk membatalkan rencana adopsi.”

Yoona menatap kakaknya harap – harap cemas, “Eonni belum mengatakan apa – apa kan?”

Kalau saja kepura – puraan ini diketahui oleh pihak yang tidak bertanggung jawab seperti penuturan Donghae, berarti ada kemungkinan pernikahan mereka gagal dan otomatis mimpi Yoona  mengeruk harta dari pekerjaan ini pun akan musnah.

Boa memijat pelipisnya, “Aishh menyusahkan sekali.” Ditengah perasaannya yang gusar, pikiran Boa memutar sesuatu berupa kejadian memalukan beberapa saat lalu. Ia sedang berkutat dengan tayangan drama di layar televisi hingga ketukan pintu menunda kesenangannya. Boa beranjak membuka pintu dan betapa terkejutnya Ia menyaksikan segerombol orang berpakaian rapih berdiri didepan pintunya. Boa menandai baik – baik dikepalanya bahwa mereka bukanlah orang biasa, tampak dari berbagai busana dan aksesoris yang mereka kenakan sudah dengan gamblang menunjukkan status sosial yang tinggi. Tentu Boa mengenali salah satunya. Lee Donghae, seorang pria yang mengaku – ngaku sebagai atasan Yoona, pria yang hendak menukar adiknya dengan uang. Boa hampir saja melayangkan sepu ijuk untuk mengusirnya sekali lagi tapi… mengingat didepan sana pun berdiri seorang wanita paruh baya, seorang lelaki berambut pirang,  bocah lelaki dan wanita dewasa yang tersenyum tulus, Boa tidak bisa berpikir apa – apa lagi, Ia seolah kehilangan nyali dan keberaniannya.

“Eonni jawab aku. Eonni tidak mengatakan apapun soal pernikahan ini kaaaann?” Yoona mengguncang – guncang tubuh kakanya penuh harap.

“Yak !” Boa menepis tangan Yoona penuh kekesalan, menarik napas panjang lalu menyembur, “Memangnya apa yang bisa kukatakan didepan nenek dan ibunya, apalagi dihadapan anak kecil yang datang tiba – tiba seperti ini. Bahkan mulutku sendiri tidak bisa terbuka melihat orang – orang mereka meletakkan berbagai perabotan mahal didepan rumah.. Eonni benar – benar terkejut sampai – sampai hampir pingsan, aigoo.” Wanita itu  mencecar Yoona usai menepis mati – matian ingatannya yang sungguh memalukan. Boa ingin sekali menghapus bayang – bayang mengenai wajahnya yang ternganga mengenaskan didepan pintu, andaikan hal itu mudah dilakukan… Faktanya kini satu – satunya pihak yang  harus bertanggung jawab atas semua yang terjadi adalah adiknya sendiri. Boa ingin sekali memuntahkan seluruh kekesalannya kepada Yoona tapi nanti, sekarang ini ada hal lain yang membutuhkan penanganan lebih dulu.

“J-jadi dua orang wanita didepan sana adalah Ibu dan nenek Donghae? Dan barang – barang itu adalah pemberian mereka…” sejurus dengan sang kakak, Yoona tersadar dari lamunannya. Gadis itu bergumam diantara pikirannya yang  tengah menandai wajah ‘keluarga’ Donghae satu persatu. Ya, wanita dewasa yang tampak anggun itu pasti ibunya dan wanita tua yang berwibawa adalah neneknya. Satu lagi lelaki pirang yang duduk disamping Sehun, Yoona tidak mengenalnya, tapi bisa jadi orang itu juga termasuk anggota keluarganya.

“Sekarang apa yang kau tunggu?  Cepat ! ganti pakaianmu dengan hanbok.”

“Hanbok ?” Yoona mengernyit kebingungan menanggapi perintah kakaknya.

Boa meniup ubun – ubunnya yang mulai mendidih, “Mereka datang kesini untuk melamarmu asal kau tahu?!”

“Melamar?!!” Kedua mata Yoona melebar. Gadis itu nyaris berteriak jika saja kendali tubuhnya tidak menginterupsi. Yoona bingung menanggapi kejadian yang menimpanya, apa yang terjadi saat ini bagaikan mimpi.

“Kenapa terkejut begitu ?!” Boa setengah berbisik dengan mata melotot, “Bukankah kau sendiri yang menerima pekerjaan itu? seharusnya kau bisa menerima resiko dengan dia menikahimu besok, lusa atau detik ini, ikuti saja apa maunya ?! jangan membuat dirimu sendiri tampak bodoh didepan mereka !”

“Eonni—“

“Tidak ada penolakan atau apapun ! Sekarang cepatlah ganti pakaianmu atau Eonni akan mengambil jalan pintas dengan mengusir mereka semua sekarang juga ?!”

“Jangan Eonni.” Cegah Yoona menangkup kedua tangan kakaknya. Bagaimana pun hingga saat ini Donghae berstatus atasannya. Yoona bisa terseret ke- meja hijau dan dituntut melakukan perbuatan tidak menyenangkan jika membiarkan kakaknya berbuat hal nekad. Yoona tidak bisa membayangkan bagaimana nasib mereka seandainya Donghae balas dendam akibat aksi pengusiran itu. Keluarga Donghae berasal dari golongan atas. Seperti di drama – drama orang- orang seperti mereka bisa saja melakukan pencekalan atau apa pun…

“Kalau begitu cepat ganti !” perintah Boa sekali lagi. Yoona menghela napas gusar. Ia membenahi sepasang heels yang rupanya masih melekat dikedua kakinya. Yoona lalu mengayuh langkahnya menuju lemari, menggeser tumpukan pakaian di lemari gantung dengan terpaksa.‘ternyata lelaki itu licik sekali, bagaimana mungkin dia sampai berpikir untuk memboyong keluarganya kemari? Dan ada apa dengan keluarganya? Kenapa mereka menyetujui begitu saja untuk datang kemari, benar – benar membingungkan…’

Seiring berjalannya waktu, ceramah Boa mulai memantul didalam pendengaran Yoona. Gadis itu mendesah.

“Lihatlah penampilanmu, seperti princess di negeri dongeng dan kemana perginya rambutmu yang sering kau bangga – banggakan itu, hah?” Boa beranjak menghampiri Yoona, lantas membantu gadis itu melepaskan dressnya.

“Sudahlah Eonni aku malas membahasnya.”

Dibalik ekspresinya yang penuh kepasrahan, tubuh Yoona sesungguhnya tengah  bergejolak menahan bara api yang meledak – ledak, ‘ Lihat saja nanti ! akan kubalas kau Lee Donghae !’

………TBC……….

See you Next ^^

sweet legacy copy

Penulis:

nyanya nyinyi nyonyo :p

87 tanggapan untuk “FF YoonHae – Sweet Legacy Part 4

  1. Haha, si donghae mah suka gitu. Bertindak sesuka hatinya. Kan kasihan yoona nya :v
    Next part jangan lama2 ya eon 🙂

  2. Haha, si donghae mah gitu suka seenak nya sendiri kalo punya keinginan ga peduli orang lain. Kan kasian yoonanya :v
    Next part nya di tunggu

  3. Aiiis knpa Tbc slalu muncul si hehe
    Ngakak pas lht yoona getok kplanya hae n nanyain otaknya hae dimn 😂😂😂 bnr2 dh ada2 ja lo yoona ni.
    Hae slalu terpesona ma yoona hehe
    Ditunggu yoonhae nikahnya min 😊

  4. haha lucu liat kelakuan yoonhae ada apa dengan donghae kenapa moodnya jdi jlek pas ktmu yuri siwon jgn2 ada sesuatu
    ceritanya makin menarik haha tadinya si yoona cuma asal ceplos aja tapi malah danggep serius ama donghae haha kena omongan sendri kan siap2 dah jadi nyonya lee biarpun cuma pura2
    next dtnggu chap slnjutnya
    #fighting eon

  5. Sumpah pengen aku pukul kepala Yoona… karekternya bikin aku pengen mukul dia… sebenarnya salah Donghae juga yg Ngak ngejelasin sama Yoona…

  6. Ahhh
    Jadi ngga sabar menantu
    Kehidupan mreka
    Wktu udh nikah
    Bklan seru tu
    D tnggu chap slnjtny
    Fighting:)

  7. Hahaha Donghae licik ya gak bisa ngejar Yoona buat dibawa kerumahnya malah dia bawa keluarganya kerumah Yoona 😀
    Kira” apa ya yg Donghae bilang ke keluarganya sampe” keluarganya mau dibawa kerumah Yoona ???

  8. Ceritanya makin seru dan lucu, ga berenti ngakak bacanya
    Yoona kocak banget, pikirannya trlalu drama
    Kenapa donghae moodnya lgsg jatuh wktu ketemu yuri? Mantannya kah?

    Terus, kenapa keluarga lee lgsg mau diajak ngelamar yoona mendadak?
    Donghae ga pake alasan yg aneh” kn?

    Ditunggu lanjutannya

  9. Semoga aja keluarga donghae nerima yoona apa adanya, n smoga aja yoona mulai jth cnta sma donghae next thor 🙂

  10. Aduh blm apa2 udah ada orang ke 3 n 4,,
    Tp mudah2n yuri ma siwon G̲̮̲̅͡åк̲̮̲̅͡ ngganggu hub mrka kedepanny,.
    Masih nunggu YHM,,
    Next partnya tolong jangan lama2 ya,,Τнαŋκ чou sblmny 🙂

  11. Hahahh yoonhae knpa mrka bgtu lucu #aseekbhsanya jdi gk sabar nngu pernkhan mrka… psti seru bgt dtggu next part.a thor fighting 😀 👍

  12. duh ga sabar buat baca kelanjutannya. btw si donghae bener” atasan yg menjengkelkan banget tapi lucu juga sih bikin gregetan . fighting buat next chap ya thor!!! 😀

  13. Yoona&Hae bener bener serasi. Sama sama crazy mereka –” Keluarganya hae jg gerak cepat bgt kaya anaknya haha tiba tiba udah ada di rumah yoona. Next part juseyo unnie fighting😊

  14. waaah akhirnya yoona sudah berubah cantik.. ahh pasti nnt donghae akan jatuh cinta ke yoona..
    wah gimana reaksi ibu dan nenek donghae ya? apa yoona diterima? penasaran.. please lanjut thor dan cepat di publish jg ^^

  15. Aku kira hae nyerah , eh ternyata dia langsung ke rumahnya yoong , benar2 ide yg extreme 😀
    Next chap d tunggu ne? Fighting

  16. Kasian bnget yoong eonni,, hrus jdi korban seretannya hae 😀 Diseret dimana2 :v Yoong kesel stengah mati sma hae :v Haenya sntai2 aja :v Sehun pintar bnget buat hae mti kutu 😀 Sehun aja tahu klo yg prtma suka sma yoong itu hae :V Hae nekad bnget mau nikah cpat2,, Yoong kbur,, hae nggk khlangan akal,, dia bwa kluarganya ke rmhnya yoong,, kk nya yoong aja bngung :v Hae sma sehun sntai2 aja 😀 Gmana pernikahan nya dan respon kluarga hae trhdp yoong ??

    Next.. Fighting eonni :*

  17. haahaha donghae oppa udah mulai suka yoona apa lagi pas liat yoona yang wow banget
    haha yoona unnie kayaknya harus ekstra sabar hadapin tingkah donghae oppa
    cie udah mau nikah jangan lupa bikin dede bayi ehh
    next next next

  18. Dulu Hae pernah suka/pacaran ama yuri kah? Atau cuman perasaanku aja.,, soalnya Hae kek kesel lihat Siwon ama Yuri.. Atau ada maksud yg lain kenapa Hae kesel gitu???

    Yoong cerdik tapi Ongek lebih licik hahhah
    Ada2 aja dua orang ini.
    Ditunggu kelanjutannya~~

  19. Woahaaaaahaaa.. Lucu bgtzz sihh si yoonhae..bkin gemess ajaa, adeuuh
    Kapan nie mereka nikah?? Pengen liat qlow mereka udh jdi suami isteri, pasti isinya cma berantem konyol terus.. Ayo dong buruan nikah.. Udh g sabar niehh.. Wkwkkk

  20. yoong ama haepa kapan nikahnya?? gk sbr ngeliat rumah tangga mereka kaya gimana pasti lucu bngt deh..trus apa yoong sama haepa nnti bkalan saling suka??
    daebakk lanjut ya oennie fighthing ^^

  21. ceritanya semakin seru dan bikin penasaran,, moga aja mereka secepatnya bisa saling menyukai..
    penasaran moment2 romantis mereka…

    ditunggu next par’nya thor…

  22. hae bener2 pinter banget,menurutku yoonhae itu pasangan yg konyol banget
    oke eonni ditunggu next chapter

  23. nggak akur2 nih yoonhaenya… gak sabar liat pernikahannya.. si sehun seneng bgt klu sama yoona eonnie… di tunggu next chap kakak…

  24. Kasihan juga lihat yoona eonni ditarik kesana sini ngikutin maunya donghae oppa.
    Tapi lucu mereka yg gak pernah akur ^^
    Makin gak sabar baca next part’y.
    Bakal gimana ntar ya pernikahan yoonhae?
    Semangat kakak… ^_^

  25. yoona dipermak habis2an sama donghae dari stylenya yang ala2 preman jadi yang lebih feminim. calan eommanya sehun bener2 cantik deh, mudah2an bisa ngejaga sehun dari orang2 jahat. donghae bener2 nyiapin buat kebutuhan nikahnya seolah2 bener ga ada kepalsuan. siap baca next part chingu

  26. Si donghae bener2 nyebelin ya wkwk
    Tapi gapapa sih,biar cepet nikah wkwk
    Yuri siapanya donghae? Jangan2 mantannya?
    Gabayangin ekspresinya boa pas keluarganya donghae dateng pasti cengo😂😂😂

  27. nikah aja pake medical dulu he..he…,blm dimake o er aja doonghae udah klepek klepek apalg dimake over bs kesengsem donghaenya,ada tokoh baru nich,kwon yuri…jd mkn penasaran.thanks

  28. kenapa pas YH ketemu yuri sama siwon di RS kok sikap donghae jadi berubaha gitu ya? hmm aku tebak sepertinya donghae pernah punya hubungan sama yuri ya? Duh donghae mah sukanya gitu seenaknya sendiri narik2 dan maksa2 yoona, kasian yoona tp gapapa deh yoona kan strong 😀 ada2 aja ya kelakuan YH di part ini ckckck. Donghae udah ga sabar bgt nih pngen cepet2 nikah 😀 ditunggu loh ya pernikahan kalian ^^

  29. Yoonhae kalau ketemu kayak anjing sama kucing gak bisa akur -_- mereka berdua tingkahnya sama2 kayak anak kecil gk mau ngalah 😀 donghae astaga nekad bgt lgi mau nikah besok. Lanjut baca slnjtnya, keep writing thor ^^

  30. Hahaha lucu banget, donghae oppa memang gilaaa smpe buat rencana nikah besok kn kasian yoona eonni. Daebakk unnie

  31. Calon pengantin yg “mesra” sekali…hahhaha..suka saling menyiksa..lamaran pun mendadak…niat banget donghae nyiksa yoona…

Tinggalkan Balasan ke karina dianny elf Batalkan balasan