Diposkan pada Super Generation FF

FF YoonHae – Marry You, My Best Friend ! ( Part 15 )

marry u 2

Title : Marry You, My Best Friend !

Cast : SNSD Yoona, Super Junior Donghae

Author : Nana Shafiyah 

Genre : Romance, Married Life

Rating : PG-17

Happy Reading ^__^

Part 15

Derap langkahnya menggema disepanjang koridor flat yang sepi. Donghae berjalan lekas. Ia ingin  secepatnya keluar dari bangunan bertingkat lima itu. Heechul, orang aneh sekaligus seorang Sunbae itu menyuruh Donghae untuk datang membahas proyek mereka. Karena Heechul adalah Sunbae yang paling dihormati diantara rekan – rekan kerjanya Donghae tidak punya alasan untuk menolak, termasuk pula menolak undangan Heechul untuk datang ke flatnya. Donghae menghela napas berkali – kali tidak berhenti membayangkan perdebatan sengitnya dengan Heechul masalah selera lagu dalam proyek drama kali ini. Mereka yang sama – sama mempertahankan idealisme itu akhirnya menemukan titik terang saat Donghae setuju untuk memperbaiki ketukan di bagian reff dari lagu itu, sebaliknya Heechul menyetujui keputusan  Donghae   mempertahankan makna dari lirik lagu yang menurut Heechul terlalu kiasan.

Drtt… Berhenti melangkah, Donghae merogoh saku celananya lalu meraih benda persegi yang menyala – nyala. Panggilan dari Yoona. Namun tiba – tiba panggilan itu berakhir sebelum Donghae sempat mengangkatnya.

Donghae ingin berbalik menghubungi Yoona, tapi mata Donghae sontak melebar kearah layar ponselnya. Selain nama Yoona yang baru saja tertera disana, Ia juga membaca laporan mengenai sepuluh panggilan tidak terjawab, dan kesemuanya itu adalah Yoona. Jadi seseorang yang tidak berhenti menelponnya ketika Donghae sibuk berdebat dengan Heechul adalah Yoona…

Drtt… Donghae tersentak menatap ponselnya yang tiba – tiba bergetar. Panggilan ke-sebelas Yoona.

 “Yoboseyo…” sapa Donghae.

Bunyi grasak – grusuk terdengar dari seberang, kemudian suara Yoona menghadangnya, “Oppa, Oppa kau masih di kantor?”

Donghae berpikir sejenak merasa aneh dengan pertanyaan Yoona yang tidak biasa, Ia menjawab, “Tidak, aku di—“

“D-dimana?!”

Donghae mengernyit, Ia mulai mencium gelagat aneh apalagi ketika getaran suara Yoona mulai kentara. Donghae menduga – duga. Semoga dugaannya salah tapi Donghae merasa Yoona seperti hendak menangis.

“Yoona…memangnya ada apa—“

Tidak ada jawaban. Donghae menepi, Ia mempertajam pendengarannya dengan wajah kepanikan,  “Yoboseyo, Yoona gwenchana?”

“Kau dimana Oppa, cepat katakan Oppa jebal…Jebal…” Donghae menatap sekitarnya bingung sekaligus panik mendengar suara Yoona ditelepon, suara yang bercampur dengan isak tangis. Bukankah terakhir kali Donghae menemuinya Yoona tampak baik – baik saja? Lalu kenapa sekarang jadi seperti ini?

Donghae penasaran dengan maksud Yoona menanyakan keberadaannya sekarang, Ia pun menjawab, “Aku sedang berada di flat Heechul Sunbae, tahu kan flat didekat gedung tua yang dulu terbakar itu?”

Napas Yoona tersenggal, “A-apa?”

“Yoona, kenapa—“

Bip. Panggilan terputus. Donghae menatap layar ponselnya kecewa. Donghae menghubungi ponsel Yoona sekali lagi, sialnya Yoona tidak kunjung mengangkat teleponnya, sepanjang perjalanan Donghae mencoba menghubungi Yoona tapi hasilnya nihil. Beberapa saat kemudian usaha Donghae menghubungi Yoona terputus tiba – tiba. Ketika akan menuruni tangga menuju lantai tiga Donghae mendengar teriakan seorang wanita tengah meminta tolong. Donghae mempertajam pendengarannya hendak mencari sumber suara. Donghae setengah berlari menyusuri jalan disepanjang jejeran flat, napasnya yang mulai tersenggal – senggal bercampur dengan udara hampa. Semakin Donghae berlari, suara wanita itu semakin melolong ditelinganya. Donghae diterpa kepanikan melihat flat tempatnya berada sangat sepi penghuni, bahkan dari sekian flat yang Ia lewati, semua tampak gelap dari luar,  bisa jadi wanita itu memang butuh bantuan. Usai membelek sumber suara, langkah Donghae berhenti disebuah  balkon flat bernomer 47.

“Tolong aku, tolong.”

Derai air mata mengikuti tatapan penuh harap seoarang wanita  yang berteriak kearahnya.  Sontak Donghae terbelalak menemukan seorang wanita Yang hanya tampak kepalanya dari balik tembok balkon. Donghae bergegas melangkah kearah wanita itu, wanita yang seolah berada diujung tanduk. Tubuh wanita itu menggantung  – gantung dipermukaan tembok pembatas balkon, sementara kedua tangan sang wanita hanya  berpegang pada ujung kepala  pembatas itu. Sekuat tenaga wanita itu mencoba mengangkat tubuhnya sendiri agar tidak terjun kebawah. Napasnya terputus – putus dan  getaran dilengannya mulai tampak rapuh.

“Ahgassi pegang tanganku !” Donghae mengulurkan tangannya. Wanita itu lantas mengangguk, setelahnya ia menggapai lengan Donghae yang saat ini berusaha menariknya keatas. Beberapa saat kemudian wanita itu bernapas lega, kedua kakinya berhasil mendarat dipermukaan teras, tapi tidak dengan Donghae…

Pukulan benda keras menghantam punggungnya. Tubuh Donghae tersungkur menabrak pembatas balkon. Donghae berbalik badan, Ia menahan lengan seorang lelaki yang akan menghantamnya lagi dengan balok. Donghae mengerahkan seluruh tenaganya untuk menyingkirkan balok itu, tidak sengaja penglihatan Donghae menatap kearah luka baret silang yang tercetak dileher lelaki itu.

“Akhh..” Donghae mengerang. Lelaki itu menendang perutnya membuat pijakan Donghae runtuh. Lantas lelaki itu mencengkram kerah kemeja Donghae lalu mendorongnya hingga punggung Donghae nyaris keluar dari tembok pembatas balkon.

Lelaki itu mencengkram lehernya, menahan tubuhnya agar tidak bergerak. Donghae menatap kebelakang, tepatnya bagian bawah halaman flat yang bagaikan jurang penuh dengan tanaman dan beberapa mobil terparkir. Sedikit lagi Ia akan terbanting kebawah. Donghae kembali menatap lelaki itu. Ia mencoba melawan tapi lelaki itu  lekas membaca perlawannya dengan mudah.  Donghae meringis merasakan tangannya dipelintir setelahnya Donghae tersentak merasakan tubuhnya dibenturkan dan pergerakannya terkunci diatas tembok pembatas balkon.

Lelaki itu kembali memukulinya. Ia mengarahkan serangannya bertubi – tubi, menendang kaki dan perut Donghae dengan tidak memberinya kesempatan sedikit pun untuk membalas. Ketika Donghae mulai sempoyongan lelaki berbaret itu menarik dan mendorong tubuh Donghae hingga keluar dari tembok pembatas balkon.

Napas Donghae tersenggal – senggal menatap halaman flat yang terhempas dibawahnya. Donghae mencengkram jaket lelaki itu agar tidak terjatuh, namun seperti dugaannya lelaki itu tidak akan tinggal diam. Ia menghempaskan sikutnya membuat tubuh Donghae oleng. Refleks kedua tangannya berusaha meraih bagian atas tembok balkon. Donghae berhasil melakukannya namun kini  tubuhnya bergelantungan diudara. Donghae menarik tubuhnya keatas, mengerahkan seluruh tenanganya diantara dua pilihan. Menginjak teras atau terjun kebawah.

“Kau pasti tidak akan tahu nasibmu hari ini.” lelaki itu berbicara dari atas.

 “Dari kemarin aku mengawasimu berharap kau pergi ke-suatu tempat dimana tempat itu bisa memberikanku peluang yang cukup untuk membuatmu celaka, sekian lama menunggu akhirnya kesempatan itu datang juga.”

 “S-siapa kau?  Apa maumu?!!”

“Kau masih bertanya? Oh aku belum memperkenalakan diri. Namaku Sun WooHwan.”

Donghae berusaha mengangkat tubuhnya tapi lagi – lagi tidak berhasil. Tubuhnya tetap menggantung seperti semula.

“Aku tidak mengenalmu.” Sungutnya.

“Aku juga tidak mengenalmu, bahkan aku tidak terlalu ingat wajah Im Yoona.”

Mata Donghae berkilat – kilat menatap lelaki itu. Rahanganya tegang mendengar lelaki itu membawa – bawa nama Yoona.

“Shinjung bilang kalau aku berhasil mencelakaimu, dia akan membebaskan ibuku dari perbudakan keluarganya. Ibuku diperlakukan seperti sapi perah hanya karena memecahkan sebotol anggur burgundy yang katanya bernilai jutaan won. Aku menyesal karena tidak bisa menggantinya dengan uang, tapi aku bisa segera membebaskan ibuku dengan melakukan hal ini kepadamu…”

“Sial.” Umpat Donghae. Rasanya Ia ingin segera naik keatas dan lekas membunuh lelaki itu.

“Aku tidak tahu apa masalahmu dengan sikeparat Shinjung, tapi maaf aku harus menyarankan ini meski pun sedikit terlambat. Kau harus segera menjauhinya atau paling tidak menjauhi orang – orang yang terlibat dengannya.”

Donghae menatap penuh dendam. Kalau yang dimaksud orang itu adalah Yoona, Donghae tidak akan mundur apalagi menyesalinya sedikit pun !

Lelaki itu menjenggut wajah Donghae dari atas, mengamati tawanannya itu. Lantas  wajahnya yang keji tampak berpikir, “Tapi kalau kulihat – lihat, Sepertinya kau sudah merebut wanita yang disukainya, siapa namanya tadi Im Yoona?”

Tatapan lelaki itu berubah kasihan, tapi hanya gimmick. Ia menyeringai setelahnya menebas lengan Donghae sekali.

“Akhh…”

Donghae mengerang, sebelah tangannya terlepas, kini tinggal satu tangan lain yang menahan tubuhnya.

“Sebaiknya kau pikirkan lagi konsekuensi dari sikapmu man. Sampai jumpa.” Lelaki itu melambaikan tangan sebelum akhirnya menebas kembali lengan Donghae yang  masih berpegangan.

Kedua tangannya benar – benar terlepas dari pegangan atas tembok. Tubuh Donghae terjun kebawah. Bunyi tubrukan dahsyat memenuhi pendengarannya. Tubuh Donghae menghantam atap mobil sebelum akhirnya berguling – guling dan terhempas diatas permukaan tanah.

Butiran pasir menyusup kedalam penciumannya. Donghae menghirup napas hendak menguji apakah dirinya masih hidup atau tidak. Donghae masih bernapas sekarang tapi pandangannya berputar – putar. Tetesan – tesan kental yang memenuhi kepalanya tecetak sedikit demi sedikit diatas permukaan tanah. Donghae bergeleng pelan, sorot matanya mulai mengabur. Ia berusaha mengangkat tubuhnya yang tengkurap, namun rasa sakit yang luar biasa disekujur tubuhnya membuat usaha yang Ia lakukan sia – sia.  Donghae mencoba bangkit dan menyanggah tubuhnya dengan siku, Ia merangkak hendak meminta pertolongan entah kepada siapa, namun belum ada selangkah tubuhnya bergeser, Donghae kembali tumbang.

Donghae mendongak kearah dua orang  perempuan paruh baya menghampirinya, mereka sekedar memekik tapi tidak tahu harus berbuat apa. Usai berbisik satu sama lain,  mereka hanya berdiri dengan tatapan prihatin.

Satu orang lagi datang menghampirinya. Donghae tidak bisa memastikan, ciaran kental itu menutupi matanya. Dia seorang perempuan. Donghae mendengar isakannya yang pilu. Donghae merasa ada yang berbeda. Sepasang tangan meraih tubuhnya dan mengelus dadanya yang sesak. Kini Donghae merasakan kepalanya sedang tertidur keatas pangkuan seseorang. Jemari lentik membasuh wajahnya dan Donghae merasakan napas seseorang berhembus memenuhi rongga penciumannya. Mungkinkah dia perempuan tadi.. Perempuan itu mengingatkan Donghae kepada sosok Yoona. Belaian, suaranya, wangi tubuh semua sama persis seperti Yoona.

“Oppa bangun Oppa, bangun  ! Jangan seperti ini !”

Donghae membuka matanya usai cairan kental yang menutupi matanya terbasuh oleh sapuan  tangan seseorang.

“Yoong…” ucap Donghae dengan bibir bergetar. Ia sempat menangkap adanya genangan didalam mata perempuan itu. Melalui pandangan samar – samar Donghae mengamati sekali lagi wajah perempuan itu, ternyata dia memang Yoona. Panggilan Donghae barusan adalah terakhir kalinya ia menggunakan tenaga yang tersisa. Donghae berusaha membuka bibirnya dan membangkitkan sisa tenaga yang lain. Bahkan jika Ia harus mati disini, Donghae ingin Yoona mendengar langsung betapa Ia sangat mencintainya… atau, atau sesuatu yang lain…

Kalau saja waktunya tinggal sebentar, Donghae ingin melihat sekali  lagi, Yoona melambai – lambaikan tangannya dari kejauhan, Donghae ingin mengulang  lagi  disaat  Yoona menungguinya di rumah dan memberi sambutan hangat. Atau kalau saja di beri kesempatan Donghae ingin Yoona merengek lagi padanya, Donghae ingin Yoona memeluknya, bermanja – manja, Donghae ingin melihat Yoona tersenyum sekali lagi, Donghae tidak akan keberatan dengan seaneh apa pun permintaan Yoona… terakhir, Donghae ingin Yoona selalu tinggal disampingnya apa pun yang terjadi… Namun belum ada sepatah kata pun yang terucap, kesakitan yang sudah berada diujung tanduk  tiba – tiba menghantam tulang rusuknya. Donghae menarik napas sesak sebelum akhirnya dunia disekitarnya menjadi gelap dan mengabur. Suara tangisan Yoona samar – samar menjauh, Donghae tidak bisa mendengar apa – apa lagi. Rasanya senyap. Donghae merasa ini seperti mimpi tapi kenyataan berkata lain.

“Oppa… Oppaaaa…” Yoona mengguncang – guncang wajah Donghae yang tertidur dipangkuannya. Yoona sesanggukan tidak tega melihat keadaan Donghae yang seperti ini. Yoona terus memaksa Donghae untuk bangun, meski pun Ia menyadari bahwa hal itu tidak mungkin terjadi.

Yoona memeluk wajah Donghae seolah tidak ingin dilepasnya. Yoona tidak memperdulikan lagi darah Donghae yang menempel diwajah dan sekujur tubuhnya. Yoona tidak mau perduli meski pun Donghae kehilangan napasnya. Tapi tidak… Yoona bergeleng, Donghae belum berakhir, Yoona masih bisa merasakan napas lelaki itu berhembus diwajahnya. Yoona menelan tangisnya bulat – bulat seraya menyingkirkan cairan merah yang beleber menutupi wajah Donghae, menyelami wajah itu lekat – lekat.

Bergegas Yoona merogoh benda persegi dari dalam tas selempangnya.  Memanggil 911 dengan tubuh mengigil dan napas tersenggal – senggal.

Usai memutuskan panggilan, Yoona mendongak tajam. Saat menelpon Yoona tidak sengaja menangkap sesuatu yang mencurigakan. Dan Ia langsung menyimpulkan bahwa selama ini dugaannya memang benar. Merekalah dalang dibalik kecelakaan yang menimpa Donghae.

“Brengsek.” Tangan Yoona terkepal kuat. Sepasang matanya berkilat marah menatap sosok yang berdiri dibalik tembok balkon lantai empat. Meski pun tidak terlalu kentara tapi Yoona bisa memastikan orang itu berada diatas sana, Yoona yakin dia tidak sendiri, dan sekarang ini mereka sedang menertawakan penderitaannya. Yoona berjanji tidak akan membiarkan mereka lepas dengan mudah.

Sementara ditempat lain, wanita yang beberapa saat lalu diselamatkan oleh Donghae tampak berjalan menghampiri Woohwan. Ia tersenyum membanggakan dirinya sambil berkata,  “Aku bahkan sering menggantung – gantung di balkon apartemenku.”

Woohwan menepuk punggung wanita itu dan membalas dengan senyum licik,  “Kau memang stuntwoman hebat, tidak percuma aku menyewamu.” Ujarnya selagi memandangi kejadian dibawah sana.

Dan keduanya pun tertawa puas.

………………

Udara hampa disekitar ruang tunggu rumah sakit  begitu mencekik gendang telinganya. Yoona duduk diatas kursi panjang sendirian.  Hawa dingin menyusup tanpa permisi, Jemari Yoona bergetar kaku. Ia menatap sisa darah Donghae yang masih menempel ditangannya. Perlahan air mata Yoona terjun kebawah mengikis tanda merah yang tersisa, Yoona menatap kosong. Ia menyaksikan bagaimana cairan merah milik Donghae menyatu dengan air matanya. Yoona memeluk tubuhnya membiarkan bulir – bulir sesak dari matanya terus mengalir,  perempuan itu hanya menggeleng tidak percaya melihat apa yang terjadi.  Tatapan Yoona berbelok kearah pintu ruang IGD yang tertutup. Sekarang  Ia sama sekali tidak tahu mengenai kondisi didalam sana, sepanjang perjalanan Donghae terus mengeluarkan banyak darah. Kalau saja tidak sendiri, mungkin Yoona sudah pingsan saat itu juga. Tapi karena saat itu dialah satu – satunya  yang berada disamping Donghae, Yoona tidak punya pilihan lain selain tetap bertahan, atau Donghae akan sendirian. Yoona tidak ingin Donghae sendirian, meski pun Yoona tidak bisa merasakan sakit yang diderita Donghae secara fisik, tapi Yoona merasakan itu dihatinya. Bahkan sakit yang dirasakan Yoona sampai sekarang berkali – kali lipat jauh lebih perih dari sebelumnya. Yoona menangis sesengguk, Ia berusaha menahan agar tangisannya tidak semakin parah tapi semakin Ia menahan, tangisan itu semakin mencekiknya. Yoona memukul – mukul dadanya berusaha meredam, tapi perasaan itu… perasaan itu semakin mengoyak jantungnya.

“Yoona, Yoona…”

Yoona menoleh kearah seseorang yang kini berlari dan mendarat disampingnya. Nyonya Lee. Setelah Yoona menelponnya beberapa menit yang lalu, Nyonya Lee bergegas ke rumah sakit dimana Donghae menjalani perawatan. Nyonya Lee lantas memeluk Yoona yang tampak rapuh. Ia terperangah ketika pertama kali melihat kondisi Yoona yang berantakan. Hatinya sakit menemukan Yoona duduk sendirian dengan bekas darah yang menempel di sekujur tubuhnya. Melihat bagaimana Yoona sekarang, Nyonya Lee sudah bisa membayangkan seberapa parah kondisi anaknya saat ini.

“Eomma mereka… Eomma… mereka… yang melakukanya…” Aku Yoona sesanggukan didalam dekapan Nyonya Lee. Wanita paruh baya itu mengelus puncak kepala Yoona, “Sudah, sudah Nak jangan bicara dulu.” Nasihat Nyonya Lee tidak tega mendengar suara Yoona yang terputus – putus menahan tangis. Nyonya Lee terus menenangkan Yoona. Ia mengerti Yoona masih shock menghadapi kenyataan ini. Nyonya Lee sungguh mengerti karena Ia juga merasakannya.

Sekian lama menunggu belum ada kepastian yang mereka dapatkan. Baik Nyonya Lee maupun Yoona kini berada didalam situasi yang terkatung – katung. Yoona sudah kehabisan tenaga untuk menangis kali ini. Air matanya berubah menjadi kepanikan yang membelenggu. Air mata itu menguap entah kemana, atau memang air dimatanya sudah kering keronta, Yoona tidak tahu dan Ia tidak mau perduli. Yoona hanya perduli dengan keadaan Donghae didalam sana, namun hingga kini belum ada satu pun pihak yang buka suara.

Berada ditengah ketidakpastian, pikiran liarnya membayangkan kondisi Donghae didalam sana. Sakit, itu jelas. Donghae pasti kesepian, merasa sendiri atau merasa ditinggalkan. Peristiwa saat terjadinya  kecelakaan itu ikut membayangi pikiran Yoona. Tubuh Yoona perlahan memanas mengingat bagaimana keadaan Donghae saat itu. Dan satu lagi, Yoona tidak akan pernah lupa sampai kapan pun, mereka yang menertawakannya saat itu.

Kedua tangan Yoona mengepal, rahangnya mengeras. Yoona bangkit dengan api amarah yang meledak – ledak. Sontak Nyonya Lee terkejut meyaksikan perubahan sikap Yoona  yang tiba – tiba itu…

“Yoona kau mau kemana? Sebentar lagi Appa dan Krystal akan datang.” Nyonya Lee ikut bangkit berdiri. Pikiran – pikiran aneh mulai menyerangnya.

Yoona memejamkan mata, Ia tidak bisa menjelaskannya sekarang. Atau bisa dibilang Yoona hanya  tidak tahu bagaimana cara menjelaskan hal ini kepada Nyonya Lee. Yoona belum siap, Ia pun belum sepenuhnya yakin dengan keputusannya ini.

“Yoona, jawab Eomma jebal…” desak Nyonya Lee menanti jawaban Yoona yang tidak kunjung menyapa telinganya.

Yoona menatap Nyonya Lee sebentar. Ia menimbang – nimbang lalu menjawab,  “Aku ingin pulang membersihkan diri.”

“Hanya itu?” Nyonya Lee menatap ragu.

“Setelahnya ke suatu tempat.”

Nyonya Lee hendak menyanggah, Ia baru saja akan menanyakan tempat apa yang dimaksud Yoona. Belum sempat pertanyaan itu meluncur dari lisannya, Yoona sudah berlalu pergi. Nyonya Lee bergegas mengejarnya.

“Yoona Eomma mohon padamu jangan melakukan hal – hal nekad.” Peringat Nyonya Lee meraih lengan Yoona. Langkah Yoona tertahan otomatis. Ia tidak berkata  apa – apa. Matanya memandang kosong.

“Yoona Eomma mohon pikirkan perasaan Donghae ?!”

Nyonya Leee  menunggu reaksi Yoona.  Wanita paruh baya itu benar – benar takut Yoona melakukan sesuatu yang gegabah atau tanpa pikir panjang, mengingat kondisi Yoona memang labil pada awalnya. Nyonya Lee hawatir karena sekarang tidak ada lagi yang bisa mencegah Yoona. Biasanya Donghae lah yang selalu menjaga dan mengawasinya. Tapi kondisi yang terjadi sekarang sama sekali tidak memungkinkan.

Tatapan Yoona berubah nyalang ketika matanya bertumbukan dengan Nyonya Lee, “Mianhaeyo Eomma, tapi aku harus pergi.” sesalnya menyingkirkan tautan Nyonya Lee kemudian sosoknya bergegas melewati koridor yang sepi.  Nyonya Lee berusaha mengejarnya tapi langkah Yoona terlalu cepat hingga Nyonya Lee tertinggal jauh.

“Yoona, Yoona !” Nyonya Lee memanggil – manggil, tidak ada reaksi dari seseorang yang dipanggilnya.

Punggung Yoona menghilang. Nyonya Lee bisa saja mengejar Yoona tapi wanita paruh baya itu masih menunggu kabar mengenai kondisi Donghae saat ini yang membuatnya harus menunggu disekitar ruang IGD.

Nyonya Lee menarik napas dan menghembuskannya pelan. Ia memegang dadanya, berusaha kuat diatas pijakannya sekarang. Kini wanita itu hanya bisa berdoa. Nyonya Lee berharap Yoona tidak melakukan hal – hal yang justru bisa merugikan dirinya sendiri, atau bahkan melakukan tindakan gegabah. Yoona sedang mengandung cucunya. Nyonya Lee tidak sanggup membayangkan seandainya mereka kenapa – napa.

…………….

Yoona meremas kesepuluh jemarinya. Langkah Yoona melaju bimbang. Yoona mengigit bibir bawahnya sepanjang detik dimana Ia  harus bertemu seseorang. Yoona memejamkan mata, Ia harus melawan ketakutannya, Ia tidak boleh lemah didepan orang – orang itu atau mereka akan menginjak – injaknya. Yoona mencari – cari lagi sepatah kata dikepalanya untuk meyakinkannya melawan ketakutan itu. Menenangkan diri dan bangkit dari keterpurukan. Anggap saja mereka serangga yang harus dibasmi.

Kedua penjaga bui mengantar Yoona. Mereka menunjukkan ruang tahanan yang hanya dihuni oleh satu orang. Yoona menarik napas, perasaan yang tadinya penuh ragu berusaha Ia hancurkan, Yoona sudah membakar perasaan itu. Kini keraguan itu berubah menjadi amarah yang memuncak.

“Dari kemarin dia terus seperti itu, dia pura – pura gila.” Ujar salah satu petugas, lalu keduanya mendengus prihatin sekaligus sinis.

Yoona mendelik nyalang. Tampak didalam ruang tahanan, sesosok pria berkaos jingga sedang duduk terselungkup. Tawa pria itu menggelegar tiba –  tiba. Yoona mendecih menahan sesak amarahnya.  Menengok wajah Shinjung memancing suhu tubuh Yoona memanas, terlebih ketika pikirannya mulai menghubung – hubungkan Shinjung dengan lelaki baret silang yang mencelakai Donghae. Sudah jelas bahwa lelaki baret itu merupakan salah satu kaki tangan si brengsek dihadapannya.

“Hai Yoona sayang, mendekatlah kemari.”

Tidak. Sekarang bukan hanya memanas tapi mendidih. Yoona menatap pergerakan Shinjung, berandal itu bangkit dan menempelkan wajahnya dipermukaan bui.

Yoona maju selangkah, “Apa yang kau lakukan? Itu ulahmu kan? Mereka orang suruhanmu ?!  Kenapa? Kenapa kau lakukan ini padanya? Kau mengincarku, lukai saja aku kenapa harus dia? Kenapa harus Donghae?!”

Yoona menatap tajam. Rahangnya mengeras untuk sesuatu yang tidak bisa ditahannya lagi.

Melihat kemarahan Yoona Shinjung bertepuk tangan dan melompat – lompat sendiri layaknya idiot.

“Bagiamana keadaannya sekarang ? dia baik-baik saja kan ? padahal aku tidak melakukan apa-apa tapi dia bisa seperti itu, ajaib kan? Jadi kau jangan pernah meremehkanku.”

Yoona memejamkan mata, menahan amarahnya. Kalau saja disini tidak ada petugas yang mengawasinya,  Yoona pasti sudah mengamuk sekarang.

“Kenapa kau lakukan ini padanya?!”

Shinjung tertawa cekikikan, Ia memiringkan wajahnya meledek, “Huhu Yoona-ku sudah besar ya? Demi laki – laki itu kau bahkan rela menemuiku.”

Yoona terperangah tidak tahu harus berkata apa. Tiba – tiba Shinjung kegirangan, “Apa Kau senang? Kau senang bukan, sekarang kau sudah berhasil menjebloskanku kesini.” Ia berhenti untuk sekedar mengingat.

Kedua tangan Yoona terkepal menatap tingkah Shinjung yang semakin menjadi.

“Ah kalau tidak salah dulu, kau juga menjebloskan kakakku.”

“Peristiwa itu sudah lama dan tidak ada hubungannya dengan Donghae.” Timpal Yoona dingin.

“Setelah apa yang kau lakukan, kau pikir aku akan melepaskanmu begitu saja huh?”

Gigi Yoona menggeretak,“Kau disini karena ulahmu sendiri?!”

“Dan kau pun disini karena ulahmu Yoona.”

Yoona terhenyak. Ia menatap Shinjung tidak terima dengan apa yang penjahat itu katakan. Ini benar – benar lucu, ulah apa yang dimaksudnya ?! Yoona disini karena mereka menyakiti Donghae !

“Tidak seharusnya kau melibatkan mereka. Kau sendiri yang menyeret mereka kedalam masalahmu, ingat itu Im Yoona !” Serunya menelitiki kuku jarinya yang hitam.

Sementara Yoona diam tepaku. Sekilas Ia hendak menyanggah tapi orang itu lebih dulu menimpali.

“Harusnya dari awal kau menyetujui perjodohan kita. Tapi apa? Tiba – tiba saja aku mendengarmu sudah menikah dengan siapa itu namanya… Lee Donghae.”

“Aku kecewa? YA aku sangat kecewaa, aku patah hati Ya Tuhan kau tahu bagaimana rasanya patah hati melepas primadona cantik sepertimu?”

“Kau harus tahu aku amat benci penolakan, apalagi harus ditolak oleh gadis dari kalangan ekonomi rendahan sepertimu ! Harga diriku terasa diinjak – injak !”

“Padahal keluargaku sudah banyak membantumu, kau tahu dari mana ayahmu mendapatkan uang untuk pengobatan ibumu dulu? Dari keluargaku ! Ayahmu tidak punya sepeser pun uang bahkan untuk menyekolahkanmu.”

“Dan sekarang inikah balasan yang harus kuterima?”

“Kau menghianatiku Yoona-ya. Mari kita hitung kesalahanmu. Pertama, hutang – hutang keluargamu menumpuk, kedua gara – gara dirimu kakakku masuk penjara, Ketiga kau menolak perjodohan itu, dan menikah dengan laki – laki lain, keempat kau mengacuhkanku, kelima kau menjebloskanku kesini seperti halnya yang kau lakukan pada kakakku. Jadi bisakah kau menghafalnya, semua kesalahan yang kau lakukan Im Yoona?”

Gendang telinga Yoona rasanya ingin meledak mendengar penuturan Shinjung yang tiada habisnya. Yoona sudah jengah dengan segala peristiwa menjijikkan yang selalu dikait –kaitkan dengannya. Bergeleng tidak sudi, Kedua tangan Yoona terangkat membungkam pendengarannya rapat – rapat. Yoona memejamkan mata. Napasnya berhembus kasar. Beberapa saat kemudian  Ia datang menghampiri Shinjung dengan mata berkilat – kilat. Yoona menjenggut bui dihadapannya lalu mengguncung  penuh amarah. Yoona beteriak kesal, “Aku sudah muak berurusan denganmu ! hentikan semua ini?!”

Kedua petugas menarik Yoona mundur, “Nyonya tenanglah.” Ucap salah satu dari mereka mencoba berkompromi.

Shinjung tertawa melihat bagaimana Yoona mencoba lepas dari penjagaan para petugas, “Apa ? bagaimana ini, jadi aku harus menghentikannya? Kau pikir semudah itu? Selama kau masih tinggal bersama mereka maka jangan pernah berpikir untuk hidup tenang, Im Yoona.”

“Baiklah sekarang apa maumu?! Jangan ganggu Donghae !” peringat Yoona menghempaskan kedua tangan petugas yang mencoba menahannya.

“Kau rela mengabulkan permintaanku hanya karena lelaki bernama Donghae? Aku tahu, aku tahu… kau benar – benar tergila – gila padanya Ya Tuhan.”

“Dia sudah jatuh cinta pada Lee Donghae, huhu aku patah hati? Eomma apa Yoona-ku mencampakanku? Othokae?”

“Kau psikopat gila?!” tuding Yoona, wajahnya merah padam. Yoona seolah ingin menghantam Shinjung dengan tangannya sendiri, namun langkahnya terhalang oleh para petugas yang kembali menjegal lengannya.

Didalam sana Shinjung tertawa – tawa sambil menari, “Sekarang kau tahu kan aku tidak bodohh, aku tidak bodoh, aku tidak bodohhh… “

Yoona kehilangan kata – katanya menghadapi Shinjung yang menangis tiba – tiba dengan wajah pilu, “Huhu Tidak ada cara lain untuk menyadarkanmu, kelihatannya kau sudah kebal dengan seluruh peringatanku. Aku terus  memikirkan cara lain yang lebih ampuh untuk menegur hidupmu, dan rupanya menyentuh orang itu sangat mujarab untuk membuatmu menyadari siapa yang benar – benar berkuasa.”

 Si gila itu terkikik, “Lalu sekarang… bagaimana rasanya melihat orang yang kau cintai tidak berdaya seperti ini? apa menyenangkan?”

Wajah Yoona mengeras. Sorot matanya memancarkan dendam. Yoona ingin sekali menjambak rambut Shinjung hingga lepas dari kepala. Yoona menyesal tidak bisa melakukannya, Sekarang pergerakan Yoona dibatasi, kedua petugas itu belum juga mau melepaskan tautannya.

 “Jangan berani – berani menyentuh Donghae, atau—“ Yoona meredam napasnya  yang sesak.

 “Atau kau akan kubunuh !”

Shinjung menantang dengan wajahnya, “Mwoya? Jadi kau ingin masuk penjara juga?”

“Aku tidak takut ! Aku tidak takut masuk penjara untuk memusnahkan orang sepertimu !”

Shinjung tertawa, alisnya naik turun memandangi Yoona dari ujung kaki sampai ujung rambut, “Sudahlah Yoona, perempuan baik – baik sepertimu tidak perlu sampai masuk penjara ! Lupakan saja Lee Donghae itu gampang kan? Tenanglah masih banyak namja didunia ini. Kalau dilihat – lihat semakin hari kau semakin cantik Yoona. Hmmm.. bagaimana kalau menghabiskan waktu bersamaku saja..”

“Yakk?!”

Yoona hendak menghadang Shinjung, “Tidak ada gunanya berbicara denganmu, kau sampah?!”

“Nyonya tenanglah !” Peringat salah seorang petugas. Yoona berontak dan berteriak – teriak minta dilepas. Situasi yang kian memanas itu memaksa para petugas  menarik perempuan itu dari hadapan terdakwa gila bernama Shinjung.

“Kau lebih sampah Yoona, kau lancang bermain – main denganku, dan sekarang lihatlah ! kau menghancurkan hidup orang lain..   hidup mereka hancur karenamu, kau puas kan… puas, puas.”

“Im Yoona mau kamana kau? Menyerahlah sekarang juga dan lakukan apa yang seharusnya kau lakukan, Yoona!” Peringat Shinjung kearah punggung yoona yang perlahan – lahan mengilang dibalik sekat tembok.

Kedua petugas itu menuntun Yoona duduk disebuah kursi.  Salah satu dari mereka memberinya segelas air mineral. Yoona meraihnya dan membiarkan air mineral itu teronggok ditangannya sementara Ia menatap kosong. Antara sadar dan tidak, kedua tangan Yoona meremas air mineral itu hingga isinya muncrat.

“Nyonya kau baik – baik saja? Sudahlah jangan didengarkan, sepertinya dia sudah tidak waras !” Petugas yang duduk didepannya menatap hawatir.

Yoona menoleh kearah petugas yang berbicara, sekedar menoleh tanpa berniat  menyanggah apa pun yang petugas itu katakan. Dari kejauhan Yoona mendengar teriakan Shinjung yang terus saja menghujamnya. Ya, petugas itu benar, Shinjung sudah tidak waras. Seharusnya Shinjung dibawa ke rumah sakit jiwa. Tapi ada yang lebih mengerikan.

Dirinya sendiri.

…………

Yoona berjalan limbung menyusuri koridor rumah sakit. Yoona tidak yakin mereka masih di sekitar IGD, tapi setidaknya kini Ia memiliki tujuan untuk melangkah kesuatu tempat. Sepanjang bangku tampak dihuni beberapa orang. Yoona memeriksa satu  persatu wajah mereka, Ia mendesah ketika tidak ada satu pun yang dikenalnya.

Yoona bertanya kepada petugas rumah sakit. Mereka memeriksa daftar dan memberitahunya bahwa Lee Donghae sudah dipindahkan keruang ICU. Yoona tidak mampu menyembunyikan keterkejutannya. Tubuh Yoona terhuyung kesamping.

“Nyonya anda baik – baik saja ?”

Yoona mengangguk memberi jawaban kepada suster yang juga berada disana.  Usai memperoleh informasi, Yoona membungkuk sebagai ucapan terima kasih. Yoona tersenyum tipis hingga akhirnya berlalu dari hadapan mereka.

Ternyata benar keluarga Donghae disana, mereka berpindah menanti kabar di ruang tunggu ICU. Yoona menghampiri dengan langkah terseok. Dari kejauhan Ia menatap Krystal yang terduduk di atas kursi ruang tunggu selagi menekuk wajahnya.

“Bagaimana aku bisa tenang, Donghae harus menjalani operasi secepatnya. Kau tahu dia mengalami pendarahan otak, Ya Tuhan kita tidak bisa diam saja ! Cepat lakukan sesuatu !”

~Deg~Langkah kakinya mengendur, berhenti dan nyaris runtuh. Jantung Yoona seolah dihantam puluhan besi. Kinerja tubuhnya lumpuh total. Yoona bergeleng tidak ingin mempercayai apa yang baru saja didengarnya. Operasi?

“Sudahlah Hyang sook-ah, Dokter sudah menanganinya sekarang yang harus kita lakukan hanyalah mendoakan kesembuhannya—“

 “Eonni.”

Krystal berlari menghampiri Yoona, memeluknya sambil menangis. Sontak perdebatan antara Tuan dan Nyonya Lee berhenti sejenak. Sepasang suami istri itu menoleh, mereka sama – sama terkejut menyaksikan kehadiran Yoona yang tiba tiba.

“Eonni… Oppa hikss…” tangis Krystal pecah. Suara anak itu melolong didalam dekapan Yoona. Tubuh Yoona bergetar kaku mendengar tangis kepedihan adik perempuan Donghae yang menyayat ulu hatinya. Andai saja Krystal mengetahui apa yang sebenarnya terjadi…  Sudikah Ia memeluknya seperti ini?

Tangan Yoona terangkat membelai puncak kepala Krystal sementara anak itu belum juga berhenti menangis.

Tuan dan Nyonya Lee datang menghampiri mereka dan menatap Krystal lebih dulu. Nyonya Lee mengelus punggung Krystal dan berkata, “Krys, sebaiknya kau pulang dan… Yoona,” tatapan Nyonya Lee berpindah, “kau juga butuh istirahat, kan? Biar Eomma dan Appa yang berjaga disini.”

Yoona membatu ketika sesak itu menikamnya.  Derai air mata Yoona meleber memenuhi pipinya  ketika menatap wajah Tuan dan Nyonya Lee yang juga memerah karena menangis tiada henti.

“Yoona, percayalah semua akan baik – baik saja.”

Yoona tidak beranjak. Nyonya Lee bisa saja mengatakan itu, tapi Yoona menyadari bahwa Nyonya Lee tidak yakin dengan apa yang dikatakannya. Yoona menjadi sangat yakin karena Ia  mendengar sendiri perdebatan orang tua Donghae—Tuan dan Nyonya Lee barusan.

Jelaslah bahwa hati kecilnya tidak berkata begitu. Hati Nyonya Lee tetaplah sakit menyaksikan penderitaan anaknya.

Sesuatu berbisik didalam jantung Yoona, ‘Lihat, Jadi karena siapa kejadian ini bermula?’

Yoona membuka paksa bibirnya, Ia benci mengatakan ini tapi…

“Eomma benar, sebaiknya kita pulang.” Yoona berbalik setuju. Krystal menatapnya tidak mengerti.

Yoona membasuh air mata Krystal ditengah pertahanannya sendiri melawan bulir – bulir yang hendak menerobos. Pada akhirnya Yoona pun menangis. Lantas Ia menyeka air matanya kasar, setelahnya kembali menatap Krystal.

“Eomma benar Krystal, kau akan semakin sedih jika terus – terusan disini. Biarkan Dokter menenganinya. Sekarang lebik baik kita berdoa.” Yoona membasuh surai – surai hitam yang menjuntai dikepala Krystal, berusaha menenangkannya. Yoona dilanda kecemasan pasalnya wajah Krystal merah padam. Tiba – tiba tangisan anak itu melolong. Ia  terisak lalu menjerit memanggil – manggil nama Donghae. Yoona terenyuh, sesuatu meremas jantungnya dari dalam. Yoona seakan tidak berdaya. Kini Ia sudah kehilangan akal untuk menenangkan Krystal. Yoona hanya berdiri kaku merasakan perih yang menusuk dadanya.

Nyonya Lee datang memeluk anaknya. Krystal berontak, begitu seterusnya hingga entah sejak kapan Krystal berhenti menangis, atau lebih tepatnya anak itu sudah lemas kehabisan tenaga.

Yoona mendongak berusaha tidak melihat kejadian itu. Sekarang bukan hanya Donghae yang tersakiti, tetapi semua oranglah yang akhirnya tersakiti.

Tentu saja, Yoona tidak akan membiarkan keadaan ini terulang untuk kedua kalinya.

………….

Membentangkan selimut disekujur tubuh Krystal, Yoona mendesah. Ia duduk ditepi ranjang, menatap wajah anak itu yang terlelap dalam tidurnya. Bola mata Krystal bergerak gelisah meski pun kini matanya memejam. Yoona menduga Krystal belum bisa melupakan Donghae meski pun hanya didalam mimpi. Kecelakaan yang menimpa kakaknya benar – benar membuat anak itu Shock. Disepanjang perjalanan pulang, Krystal tidak henti – hentinya menangis. Krystal terus bertanya kepada Yoona, apakah Donghae akan baik – baik saja? Pertanyaan Krystal mendorong Yoona menjawab Ya ditengah hatinya yang dirundung kecemasan. Tidak ada yang mengetahui apa yang terjadi selanjutnya. Kalau pun Donghae sembuh total, Yoona tidak seharusnya mengacaukan keluarganya lagi seperti sekarang ini.

Beranjak berdiri, Yoona bergegas menuju pintu. Ia berbalik menatap Krystal dari ambangnya. Tatapan Yoona berubah sendu. Puas memandangi dalam diam, Yoona menutup pintu kamar itu perlahan – lahan  usai bibirnya meggumamkan kata selamat tinggal.

Yoona menghempaskan diri diatas kursi dan menangkupkan kepalanya diatas meja didepan kursi itu. Yoona mendongak  ketika tiba – tiba genangan di permukaan matanya mulai memberi tanda – tanda siap menerobos. Yoona memegangi kepalanya dengan sikut yang menopang diatas meja. Sekarang pikirannya kacau dan rancu. Duduk diatas bangku yang sering dipakai Donghae untuk menyelesaikan pekerjaannya atau berada didalam kamar ini, menghirup aroma tubuh Donghae yang masih berkeliaran mengundang sesak itu menghujam jantungnya.

Ditengah gelap Yoona sendirian, sekarang Ia benar – benar sendiri. Tidak ada lagi yang menemaninya sekarang.  Yoona mengakui bahwa dirinya kalah. Yoona mati kutu menghadapi kenyataan. Mereka memaksa Yoona menyerah. Usai mati – matian bertahan karena Donghae sekarang mereka juga merenggut Donghae dari sisinya.

Dan wajah Donghae terbayang – bayang.

Tangisan Yoona pecah didalam ruangan itu,  Yoona mengeluarkan segala isakannya yang sempat tertahan didepan semua orang. Yoona sesanggukan ditengah rasa sesak yang berkepanjangan. Ia menjerit histeris seperti orang kesetanan yang tidak perduli seseorang mendengarnya atau tidak.

“Tidak seharusnya kau melibatkan mereka. Kau sendiri yang menyeret mereka kedalam masalahmu, ingat itu Im Yoona !”

“….Kau pikir semudah itu? Selama kau masih tinggal bersama mereka maka jangan pernah berpikir untuk hidup tenang, Im Yoona.”

“Lalu sekarang… bagaimana rasanya melihat orang yang kau cintai tidak berdaya seperti ini? apa menyenangkan?”

“……Menyerahlah sekarang juga dan lakukan apa yang seharusnya kau lakukan, Yoona!”

Yoona mengacak rambutnya. Kepalan tangannya menghentakkan meja beberapa kali hingga kehabisan tenaga. Tubuh Yoona terkulai bersama suara tangisannya yang tersedu – sedu. Yoona nyaris kehabisan napas karena sesak luar biasa. Ia memukul – mukul dadanya meredam rasa pernyasalan yang membuncah. Dari awal seharusnya Yoona tidak melibatkan mereka. Dari awal seharusnya Yoona bisa memikirkan dampak dari keputusannya yang memilih untuk bertahan.

Semuanya hancur. Sekarang Yoona tidak memiliki alasan untuk tetap disini. Yoona benci mengakuinya tapi pria gila itu benar. Ia harus melakukan apa yang seharusnya dilakukan, tentu dengan tidak menjerumuskan siapa pun apalagi mereka yang tidak berdosa… dan lelaki yang dicintainya.

Memang sudah terlambat untuk menyadari ini, Donghae dan keluarganya sudah tersakiti, namun tidak untuk mencegah yang kedua kalinya. Yoona bisa melakukannya sekarang juga. Belum terlambat baginya untuk menantisipasi agar tidak ada lagi korban yang berjatuhan karena dirinya.

Yoona meraih secarik kertas dan sebuah bolpoin. Yoona berusaha menuliskan segalanya diatas selembaran putih itu. Yoona menulis dan membiarkan tangisnya berderai.  Sesekali Yoona berhenti untuk menyeka wajahnya yang basah, atau beberapa kali mendongak agar pandangannya tidak mengabur. Kertas itu basah oleh titik – titik air dan tinta hitam yang tercetak dipermukaannya melebur kemana – mana.  Yoona pantang untuk berhenti atau sekedar menghela napas. Sebelum rangkaian kata dikepalanya hilang memudar, Yoona menuliskan semua yang bersemayam tanpa sisa. Mengambil jeda beberapa menit, Yoona mencoba menenangkan diri, lantas pandangannya tidak sengaja menangkap  kertas memo disudut meja. Detik itu juga ingatannya langsung tertuju pada krystal.

“Mianhae Oppa aku melakukan ini, tapi aku mencintaimu sungguh.” Gumam Yoona terakhir kali sebelum meninggalkan kertas itu diatas meja dan bergegas pergi.

Benda itu tetap disana, sampai pagi. Krystal menemukannya dalam keadaan linglung. Krystal menemukan sebuah memo dan secarik kertas. Ia meraih memo itu terlebih dahulu dan seketika matanya terbelalak.

‘Aku pergi ketempat yang jauh, tolong jangan pernah menghawatirkanku. Dan terima kasih atas waktu kalian yang berharga. Aku menyayangi kalian semua. Tertanda, Im Yoona.’’

……TBC……

Haiii kembali lagi dengan lanjutan FF ini…

Gj ? Konfliknya nggak selesai2 ? sumvah sebenernya aku juga cape ama konfliknya, tapi karena aku authornya jadi mau ga mau harus bisa nyelesein.

Yakin deh pasti banyak yang sebel ><

kalopun banyak yang sebel aku ga bisa ngomong apa-apa karena jujur aku juga sebel kenapa gak abis2 ni ceritaa ????? #peace !!!

Next adalah part terakhir dari FF ini, kira-kira Happy ending, sad ending or gaje ending seperti beberapa FF aku ?  ><

Pokoknya ditunggu aja yaaaa, Gomawo ^__^

Penulis:

nyanya nyinyi nyonyo :p

56 tanggapan untuk “FF YoonHae – Marry You, My Best Friend ! ( Part 15 )

  1. Yakk unnie , gemes 🙂 konflik.x ini loh bikin baper #hahaha
    Bikin selalu penasaran , tinggal 1 chapter kah? Next chap di tunggu ne? Fighting

  2. Ya ampun nyesek bcanya min.kpn hdupnya yoona bs tng.kpn su shinjung tu mati si.dsr psikopat.
    yoona pergi ke mn kshn diakn lg hamil.demi kslmatan org2 yg dicintai yoona rela pergi wlu berat.tp berhrpa hae cpt smbuh n bs cri yoona.kshn yoona.
    ditunggi nextnya min

  3. huhu nyesek banget bacanya. kasian yoonanya tertekan dg permasalahan ada. itu yoona mau kemana?dia gak niat mau bunuh diri kan?.trus kesel banget sma sishinjung gak berhenti nyari masalah ke yoonhae.smoga donghae sdar kembali dan bisa hidup sdg bahagia dg yoona. next part terakhir please happy ending….

  4. masalahnya bnr2 makin rumit.
    sekarang yoona bnr2 prgi disaat donghae lg sakit.
    shinjung itu bnr2 nyebelin pengen aku cekek rasanya!!
    tolong buat happy ending thor udah cukup baca sepanjang ff ini mewek terus TT
    jebal thor happy ending… ditunggu next nya 🙂

  5. Mak nyes banget dihati…. Makin complicated konfliknya……yoona kok ga da abisnya sedih mulu….
    Nextnya ditunggu….

  6. author knp ceritax tambah sedih.. kan yg baca jd ikutan sedih.. kenapa masalah mereka semakin panjang saja.. semoga donghae oppa tidak apa2 kan kasihan yoong eonni.. jd sebel sama shinjung itu.. knp dia selalu ganggu yoonhae.. mau pergi kemana yoona eonni… please harus happy ending thor.. di tunggu kelanjutan nya..

  7. aist, shinjung nggak sadar-sadar masukin rumah sakit jiwa ajah tuh orang sudah bener-bener gila.
    donghae masuk icu, keadaan donghae yang seperti itu bikin yoona nyerah sama keadaan dan ninggalin donghae.
    kasihan yoona, shinjung beneran gila masa’ nggak ada rasa kasian sama nasib yoona di teror terus.
    gimana kalau donghae sadar dan dia tau yoona sudah pergi ninggalin dia,
    padahal yoonanya lagi hamil.
    nextnya ditunggu, semangat nulisnya…

  8. kasian yoona penderitaannya gak abis abis.
    donghae harus sembuh biar bisa bersama yoona.
    dan satu lagi ini wajib happy ending. soalnya dari awal cerita yoona di buat menderita mulu jadi endingnya harus happy heheh

  9. iya sih konfliknya terlalu banyak un tapi seruu kok apa lagi yang di part 14 kemaren kalau gak salah moment YoonHae nya sweet banget tapi di part ini semuanga langsung berubah konfliknya mulai muncul lagi dan sekarang Yoona pergi 😭😭
    please kalau bisa jangan sampe sad endingnya ya un, soalnya ff ini udah kebanyakan sad nya dari awal jadi takut aja kalau end nya juga harus sad 😔😔

  10. oh noooooo … please jngan bikin ff ini Sad ending …

    iyaaa sejujurnya aku juga sebel , sebeeeeeelll bnget sama si berengsek shinjung … gara2 dia ini konflik ga selesai2 …
    tolong buat YoonHae bahagia thorrr …
    ditunggu part END ‘a

  11. ini cerita sich bgus pi konflik nya g selesei2,,,,yg dulu2 aja blm kelar mlah ada lagi,,,
    dan apa ini yoona malah pergi saat hae sedang sekarat,,,,,
    lma2 jg bosen kalau genrenya kya gni terus ,,,,
    drama bgetttt,,,,jd bkin malessssssssss, ,,,
    aplgi ntar end gantung g jelass.
    sorry terbwa suasana jd mood jg ikut jelekkk,,,,,,

  12. konfliknya gk selesai2 ya…kasian sama donghae dan yoona,masalah mereka gk selesai2 😦
    Shinjung jahat banget sih sama yoonhae >.<
    Mudah2an happy ending ya ceritanya 😉
    Gk mau sad ending soalnya konflik mereka aja udh rumit -.-

  13. Huaaaaaa shinjung plus deeeh get a lifee ga usah gangguan yoona lg. Tuh kan yoonakabur..thooor pls tenang in hidup yoonhae

  14. sedih baca part yang ini 😭 dan agak kecewa kenapa yoona mengambil keputusan seperti itu, padahal kalau hae sudah sadar sepertinya dia akan sangat membutuhkan yoona 😕 next part juseyo eonnie~ fighting💕

  15. Eonni kok pendek?? Ya udh gpp deh, next chapter nya di tunggu yah, tlng konflik nya cpet selesai, kasian yoonhae nya thor.. tpi ff nya daebak eonni

  16. kok aku jadi baper yaa pas Krystal meluk Yoona di rumah sakit, jadi ikut mikir sama kayak Yoona, seandainya krystal tahu apa yang sebenarnya terjadi, apakah krystal sudi meluk Yoona seperti itu? aslii sedih bngett T__T
    Endingnya Happy aja ya Eonni, pasti lebih nyeess (?) karena ff ini udah sedih

  17. Sedih bgt baca part ini ;-( ;-(
    Miris bgt sama keluarga yoonhae dan semua karena shinjung. Semoga donghae cepet sembuh dan bisa bareng lg sama yoona. Kalo pun yoona pergi, donghae bsa nemuin yoona. Masalah sama shinjung cpet selesai, males bgt thor liat kejahatan shinjung yg masih berkeliaran. Happy ending, jebaal!! Next chap thor, fighting ^^

  18. Eon.. Masalah Shinjung udah slesai.. Krna dia udh dlm pnjra.. Tpi anak buahnya msih ada.. -_- Kasian bnget deh ma YoonHae.. Apalgi yoong.. Dia tertekan bnget,, hae skit prah dan kta2nya shinjung keingat mulu.. Yoong mau k mana?? Mau ngelakuin apa?? Aihh.. G mna klo Ortunya hae tau klo yoong pergi.. Ini bru krys yg tau yoong pergi..

    Next yah eon.. Jangan lama2.. Fighting

    Eon bisa yahhh baca FF Protective Shadow?? Pleasee,, penasarannya udh tnggi bnget nih.. Bagi PW yah eon?? 🙂 *puppyeyes*

  19. huh… Yoona Eonnie pergi? andwe.. biarkan Yoonhae bahagia…

    makin penasaran dengan endingnya Thor..
    Fighting always (y)

  20. kapan slesai na ni konflik, aku fikir shinjung masuk penjara itu akhr dr konflik na dan khdupan yh akan tenang dan akan fokus sama calon anak atau sama kandungan yoona, tp mlh nambah cast dan nambh masalah eonn, dan jg knpa pula buat yoong pergi dri hae disaat keadaan yg tdak memungkinkan? Ya ampuun aku lier ama ni konflik haha
    aku harap next chapt tdak mengecewakan biar gak baper lg bacanya

  21. Tuh kan! Baper lagi :'(..
    huh kok jadi ngerasa sad banget sama Yoona. Elah.. chingu, kasian Yoona. Kenapa Donghae harus kecelakaan sih? Sudah cukup konfliknya Yoona yang terluka, ditambah Donghae kecelakaan. Kan tambah baper -,-
    Donghae cepetan sadar ya, terus cari Yoona. Pokok kalau bisa happy end ya, Sad end gak papa kok, yang penting jangan gantung end :v >_<
    btw, secepatnya di rilis ya chingu part lanjutnya. Kalau udah end, buat sequelnya 😉
    jangan lama lama, aku gak bisa buat wait luama :^)

  22. kasian banget yoonhae emang si shinjung udah gila ampe tega berbuat begitu ga tega ngebayangin donghae kejam bngt itu org bayaranya rasa2 pengen remukin tuh muka cwe yg so soann am yg buat donghae jatoh , semoga donghae enga kenapa napa ah si yoong pergi kmna
    next dtnggu chap slnjutnya
    #fighting

  23. wduh hdup yoona bnr2 rumit.sngt sulit membyngkn kpn deritany brakhr sblm shinjung cs bnr2 musnah.aknkh yoonhae bs brthn & brstu ats sgla cobaan yg menimpany.next chapx q tunggu chingu

  24. kapan slesai na ni konflik, aku fikir shinjung masuk penjara itu akhr dr konflik na dan khdupan yh akan tenang dan akan fokus sama calon anak atau sama kandungan yoona, tp mlh nambah cast dan nambh masalah eonn, dan jg knpa pula buat yoong pergi dri hae disaat keadaan yg tdak memungkinkan? Ya ampuun aku lier ama ni konflik haha
    aku harap next chapt tdak mengecewakan biar gak baper lg bacanya, fighting eonn

  25. Authoorrr, awas qlow ntr sad ending.! Aq g mau baca FF eonni.
    #peace
    Tpii pliiss, bkin happy end.. Dri awl FF nie udh penuh konflik, jdi pliss bkin akhir yg happy end dan bsa mengobati kesedihan readers
    Aq tunggu part slanjutnyaaa

  26. Kok makin nyesek aja nih ff? Kenapa Shinjung nggak berenti2 buat ulah ? dan kenapa Yoona membuat keputusan seperti itu?!! hahh

    Please thor konfliknya aja masih kayak gini, terus next part a.k.a endingnya nanti bagaimana?

    Maaf thor aku curiga nanti endingnya bakal gaje.
    Saran aja sih, nanti kasih sequel kalau emang beneran kea gitu.

  27. Sebenarnya feelnya dapet n Yoong unni juga pergi karena ada alasannya but,menurut aku keputusannya mengecewakan.
    Aku juga kecewa sama part ini karena moment YH nya sedih berbeda jauh sama part kemarin
    Aku kira udah kelar nih masalah tapi kenapa ada lagi sihh,,,, malah yang ini semakin memusingkan,,, Authorrr ngggak kasian apa sama readers yang beperan #nunjuk diri sendiri TT
    Endingnya abu – abu thor nggak bisa ngebayangin apa – apa TT.

  28. dasar psikopat…
    udah masuk penjara masih aja gangguin hidup yoona
    kenapa makin banyk aja masalahnya
    yoona yang udah kabur dari rumah
    donghae belum sadar lagi ….
    next kak. ..
    jangan lama2

  29. Donghae kasiann belum sadar udah ditinggal pergi… Omg yoong tega bangett. Gmn banti kalau donghae sadar? Nggakk bisa bayangin gimana sedihnya, apalagi kan yoona lg mengandung =[ kasian mereka gara2 shinjung yg mash punya dendam plus masalah hutang2 appa yoona. Next thorr

  30. aish shinjung bener2 keterlaluan wlupun udah masuk bui ttp berbuat jahat… donghae smg diru bisa cepat sembuh dan yoona kau mau pergi kmn ? aku harap sih happy ending kakak… next chap di tunggu

  31. lahh knp yoona malah pergi trs gmna keadaan donghae?, kasihan banget yoona uda pikirannya tertekan d tambah kejadian yg menimpa donghae kpn hidup mereka damai tanpa ada masalah coba’

Tinggalkan Balasan ke chalistasaqila Batalkan balasan