Diposkan pada Super Generation FF

[ Oneshoot ] FF YoonHae – Heart

heart

Title :  Heart

Cast : SNSD Yoona, Super Junior Donghae

Author : Nana Shafiyah

Words : 4300 +

Genre : Romance

Rating : Pg-15

Annyeong… Aku bwa Oneshoot, sebenarnya ga mau di post sihhh tp ya udah deh mau diapain lagi -____- dari pada lumutan di laptop…

~ Happy Reading ~

Hancur,  Aku merasakannya.  Aku sudah terbiasa. Kelihatannya sangat mudah ketika dia menggulirkan nada perpisahan dan aku berupaya menahan tangis hingga level  terpayah hingga aku tak bisa menahannya. Aku hanya perlu membuat semacam bendungan dibawah mataku  untuk menaggulangi banjir bandang  sekali pun agar wajahku selamat, atau menggelar tameng untuk menangkis bulir – bulir anak sungai yang membelah nantinya. Tapi sekeras apa pun  melakukannya usaha itu tetap gagal, karena nyatanya kini tak ada lagi yang bisa kulakukan selain menagisi diri sendiri.  Bahkan diriku sendiri tampak begitu menyedihkan. Aku ingin mengakhiri semua  tapi rasanya begitu sulit, seolah – olah tubuh ini  melayang  – layang diantara himpitan ombak, berjuta kali usaha untuk menenggelamkan diri tapi tubuhku  hanya terombang – ambing  ditempat yang gelap,  tidak ada yang  bisa kulakukan  saat ragaku sesak. Rupanya  sakit.

“—-Aku tidak bisa tinggal dengan perempuan sepertimu… Maksudku, kau tahu apa yang kumaksud?”

Ya aku tahu, dia menginginkan hubungan tanpa kejelasan ini berakhir, Dia menginginkanku putus dengannya.

“Aku sakit.”  Bahkan aku sudah mengaku sebelumnya, “Penyakitku bukan penyakit biasa, Aku sekarat. Itukah alasanmu?”

Dia lantas menjawab tanpa ragu dan itu telah menjadi kalimat terkejam yang pernah kudengar, “Aku menginkan wanita yang terbaik, dan kau bukan wanita yang terbaik karena keadaanmu tidak  baik sama sekali—

 “Aku tahu dan kau tak perlu mengatakannya dan menyindirku !”

Dia menunjukkan taringnya, bahkan  kata – katanya berubah sinis, “Oke, baiklah aku tidak ingin berbicara dengan perempuan yang sedang putus asa atau sensiti—“

“PERGII !”

“Dengan senang hati.”

“JANGAN MUNCUL DIHADAPANKU  LAGI ! AKU MEMBENCIMU DASAR LELAKI BRENGS—“

“Jaga dirimu.”

“AKHHH, PERGI KAU?!!!”

Ada bagian tersendiri dalam memoriku untuk  mengenang manusia kejam sepertinya, kejadian ini tidak akan pernah terlupa meski suatu saat nanti aku hilang ingatan sekali pun, Jung Yunho. Lelaki keenam yang berhasil kuusir setelah sebelumnya Ia mengusirku secara tidak langsung. Demi harga diri aku harus menendangnya secara terang – terangan. Aku mengurung diri didalam kamar, tidak ingin melihat wajah lelaki mana pun. Ada kalanya disaat – saat seperti ini aku ingin melihat wajah Appa, aku ingin melihat bagaimana sosok lelaki yang membuatku hidup di dunia ini, tapi Eomma selalu marah setiap aku menanyakan soal itu. Eomma bilang semua photo Appa sudah terbakar habis. Kelihatannya Eomma  memiliki pengalaman tidak menyenangkan tentang Appa. Eomma selalu menyebut Appa sebagai sosok pemabuk yang sadis.  Oh Tuhan, bahkan kehidupan cinta kedua orang tuaku berakhir menggenaskan.

Waktu kecil aku pernah bertanya pada Eomma. Sebuah pertanyaan yang tidak akan kuulangi sampai sekarang. Saat itu, aku merasa kesepian karena melihat teman – temanku yang kelihatan bahagia bermain bersama Eonnie, Hyung atau pun Dongsaeng mereka. Aku mulai penasaran,

‘Eomma Apa aku punya saudara? Lalu dimana dia sekarang? Apakah Appa membawanya pergi?’

Wajah Eomma yang semula tersenyum berubah murung. Tiba – tiba Eomma menangis, menangis tersedu – sedu hanya karena pertanyaan yang kupikir sepele.

“Kau punya saudara kembar Nak, tapi Appamu merebutnya begitu saja hikzz… kudengar mereka tewas karena kecelakaan tapi sudalah, Eomma mohon jangan bertanya lagi mengenai saudara kembarmu itu… Eomma mohon.”  Masih dengan isakannya Eomma menjawabku. Penyesalan yang bercampur dengan air mata jelas kentara diwajahnya. Melihat wajah Eomma yang sesedih itu membuatku ingin memutar waktu dan merarik pertanyaanku sendiri.  Seharusnya aku tidak perlu menanyakannya…

Aku berpikir mengenai ingatan tentang saudara kembarku.  Mungkin, Eomma merasa tidak bisa menjaganya dengan baik, dan penyasalan mendalam menghantam kehidupan Eomma setelahnya, aku bisa merasakan itu, segala kepedihan yang memancar dari matanya, seorang wanita paruh baya  yang telah  melahirkanku dua puluh empat tahun yang lalu…

Sekarang hanya tinggal aku disini bersama Eomma. Namun begitu struktur keluarga ini tidak akan bertahan lama. Lambat – laun Eomma akan kehilanganku…

Aku sendiri bukanlah sosok yang patut dibanggakan. Tidak ada sesuatu yang berharga dalam diriku lalu… memangnya apa yang bisa diharapkan dari seorang anak yang  menganggap dirinya sendiri bagaikan sampah. Mungkin hal tersebut kelihatannya seperti aku mulai depresi. Aku hampir gila. Kadang kala sebuah ucapan yang diulang – ulang, secara ajaib akan menjadi doa paling mujarab, dan itulah rasanya yang terjadi padaku. Aku selau mengulang bahwa aku sekarat, dan tidak ada lelaki mana pun yang bersedia menerimaku. Aku depresi kukira semua orang berpikir begitu.  Flashback menuju masalah tadi, Yunho lelaki keenam paling akhir rupanya telah memutus hubungan kami. Dan lagi – lagi  hubungan itu berakhir dengan penderitaanku yang sepihak.

Perlu kalian ketahui, cerita cinta memilukan yang terjadi padaku dimulai dari tanggal satu januari. Aku bertemu dengan seorang lelaki, sebut saja namanya Hyukjae. Lelaki berambut pirang, seorang pemalu dan kutu buku. Aku berpisah dengannya setelah dua bulan menjalin hubungan. Cho Kyuhyun, seorang asisten dosen, kupikir dia bijaksana tapi hubungan kami kandas diawal bulan maret. Selain tiga lelaki diatas, masih hidup tiga lelaki lagi yang aku malas menyebutkan namanya .

Aku sekarat.

Alasan satu – satunya mereka pergi adalah karena dua kata diatas. Aku mengakui semua, kenyataan bahwa malaikat maut sedang berdiri dibelakangku. Kami berakhir. Enam orang dalam kasus yang sama.  Mereka akan melakukan aksi penghindaran terlebih dahulu sebelum aku memergokinya sendiri bermain api dengan perempuan lain. Hatiku hancur berulang – ulang hingga aku lelah merangkai serpihannya kembali menjadi bentuk yang utuh, maka kubiarkan menggunung.

Kedengarannya bodoh dan percuma, aku  berpikir untuk merahasiakan ini dari mereka bahwa hidupku diambang jurang, tapi tetap saja aku tidak bisa menyembunyikan ini lama – lama. Semakin aku berbohong maka  semakin menggila  racun dalam tubuhku. Aku tidak bisa melakukannya ditambah  lagi soal menguji keseriusan. Aku ingin melihat kesungguhan mereka menerima perempuan sepertiku. Dan hasilnya nihil. Tak ada satu pun yang bisa, padahal aku membutuhkan salah satu dari mereka untuk membantuku menjadi seorang perempuan seutuhnya meski aku nyaris tak punya kesempatan untuk melakukan itu, mewujudkan sesuatu  yang paling kuinginkan.

 Satu – satunya hal yang paling kuinginkan didunia ini adalah, melahirkan seorang malaikat berjari mungil, bersih tanpa dosa.  Betapa dan betapa, Aku ingin melihat bagaimana penggabungan wajah kami— orang tuanya—  terpahat dengan indah lewat mata, dagu dan hidungnya, aku ingin mendengar penggabungan suara kami menyatu dan menggema lewat tangisannya. Aku ingin air mata kami–aku dan seseorang yang kucintai–menyatu menyambut kehadirannya. Dan aku ingin… ingin… sudahlah, aku tidak tahu harus berkata bagaimana karena terlalu banyak hal yang mengendap. Singkatnya aku ingin merasakan, apa itu bahagia. Dan tak ada bahagia paling sempurna kecuali  hadiah akan seseorang yang bisa meneruskan kebahagianku yang tertunda karena sekarat.

Singkat hari ketika aku mulai putus asa, Eomma memperkenalkanku dengan seseorang. Lelaki malang…

“Namanya Im Yoona, punya penyakit aneh. Dokter bilang penyakitnya belum bisa diketahui secara pasti. Yoona sudah divonis oleh Dokter bahwa hidupnya tidak lama lagi.”

“Eomma !”

Dengan Entengnya Eomma mengaku dihadapan seorang lelaki. Entah dari mana Eomma memungut lelaki seperti itu. Kata Eomma dia adalah seorang single yang sedang mencari jodoh. Eomma mengetahui kenyataan itu saat Ia tidak sengaja bertukar cerita bersamanya didalam bus umum.  Lee Donghae namanya. Ia adalah Lelaki yatim piatu yang menghabiskan hidupnya dengan  berkelantungan di jalan sejak usianya menginjak tujuh belas tahun, tepatnya saat kelulusannya dari sekolah menengah atas, Donghae keluar dari rumah orang tua tirinya yang Ia anggap sebagai manusia terjahat didunia. Donghae berasal dari panti asuhan dan diadopsi oleh suami istri yang belum juga dikarunia seorang anak. Awalnya mereka baik hati tapi setelah suami dari istri yang mengadopsinya terlibat hubungan terlarang dengan seornag wanita, keadaan keluarganya berubah delapan puluh derajat. Sang istri melampiaskan seluruh kekesalannya pada Donghae, sedangkan suaminya, pria itu mengancam Donghae karena Donghae adalah satu – satunya yang mengetahui niat jahat sang suami, niat jahat itu membuat Donghae sakit kepala. Suaminya itu berniat untuk merebut seluruh harta, lalu membuang sang istri ke dasar jurang.

Karena tidak tahan dengan segelumit cerita pelik itu, Donghae akhirnya minggat dari rumah, Ia lalu bekerja disebuah restorant bulgogi sebagai pelayan. Donghae juga beberapa kali gonta – ganti pekerjaan, tidak hanya di restorant itu  Ia juga pernah bekerja di pom bensin, club malam atau dimana pun asal tempat itu bisa menghasilkan uang.

Singkat cerita begitulah informasi yang dibeberkan Eomma sebelum aku berada disini, duduk satu meja dengan Lee Donghae di sebuah  restoran.

“Boleh kutahu memangnya dia sakit apa?” Donghae menguap bosan. Dari tingkahnya saja aku sudah bisa menilai wataknya yang tidak tahu aturan. Tapi seburuk – burunya dia, Donghae jauh lebih beruntung dariku, dia bisa menikmati hidupnya sedangkan aku? Aku yang selalu dilingkupi perasaan hawatir setiap hari. Aku yang selalu ketakutan saat jam dinding berdetak disamping telingaku.

Eomma menarik napas. Sepertinya aku harus menerima penolakan lagi. Donghae akan menjadi lelaki ketujuh yang berakhir sia – sia didalam hidupku yang menggenaskan ini, ya tentu.

“Yoona— Dia mengalami semacam gangguan ingatan, ada kalanya Ia melupakan kejadian tertentu bahkan sedetik setelah Ia melakukannya. Dokter berkata bahwa terdapat pengikisan jaringan didalalam otaknya, semakin lama jaringan itu akan semakin terkikis, dan apabila jaringan itu terkikis seluruh saraf – saraf ditubuhnya akan terganggu dan itu bisa merenggut nyawanya.”

“Baiklah itu tidak masalah.”

Donghae berkata enteng, sementara Eomma membelalak, ia pikir Donghae tidak mengerti, “Sampai saat ini Yoona hanya diberikan sebuah  obat untuk memperlambat pengikisan jaringan itu. Operasi tidak bisa dilakukan karena terlalu beresiko. Meskipun  Jaringan itu adalah kelainan dalam tubuhnya namun jaringan itu sangat mempengaruhi jaringan normal disekitarnya bahkan sudah menjalar kemana – mana, jadi apabila operasi perbaikan jaringan itu gagal maka dampaknya akan fatal, kemungkinan terburuknya adalah cacat fisik dan mental.”

Donghae memajukan wajahnya dengan tidak sabar, “Jadi kapan aku bisa menikahinya?”

Hening seketika melanda. Aku dan Eomma saling bersitatap, bingung sekaligus tidak mengerti. Bagiamana mungkin Ia berkata seenteng itu?

“B-begini Donghae-ssi sebaiknya kau memikirkan lagi, apakah kau mau menerima Yoona disisa hidupnya…”

“Sebenarnya untuk apa pertemuan ini kalau berakhir dengan penolakan? Aku kesini untuk bertanya kapan tepatnya aku bisa menikahinya. Soal hidupnya yang tidak lama lagi, kalau Ia berakhir besok, aku akan menikahinya malam ini, lalu apa masalahnya?” Dia bersikekeuh. Tubuhku lantas menggigil. Satu persatu kalimatnya terpasung didalam kepalaku. Bungkam, hanya itu yang bisa kulakukan untuk membalasnya.  Tidak kusangka dia menerimanya perjodohan ini tanpa memandang penderitaanku. Aku tidak tahu apakah dia menyimpan maksud terselubung  dibalik punggungnya, dia punya maksud jahat aku tidak tahu… Aku juga tidak ambil pusing, apa yang Ia rencanakan meski untuk menghancurkanku sekali pun aku akan menerimanya. Aku lelah, lelah dengan semua yang menimpaku. Aku lelah dengan semua lelaki brengsek diluar sana yang selalu menipuku… Aku kehilangan harapan. Lagi pula hidupku sudah tidak lama lagi, Dia boleh saja menyakitiku, toh aku sudah tidak punya masa depan. setelah ini tidak akan ada lagi kesakitan yang kualami, fisik maupun batin, aku akan menguburnya segera bersama jasadku yang tidak bernyawa lagi.

“Nikahi saja aku. Minggu depan.” Aku memutuskan dan tidak ada satu pun yang bisa mencegah keputusanku ini. Paling tidak dia bukan salah satu anggota gembong perdagangan manusia. Eomma sudah menyelidiki asal – usulnya, dan aku yakin Eomma sudah melakukan yang terbaik. Persetan dengan yang terjadi setelah ini. Tubuh dan hatiku rasanya sudah kebas, bukan sesuatu yang berarti  jika setelah ini aku harus merasakan penyiksaan.

“Baiklah, kau sudah menentukan. Meskipun aku sedikit kecewa karena kau tidak memintaku untuk menikahimu malam ini tapi sudahlah.”

Lagi – lagi dengan gayanya yang tanpa beban, Ia mengakui wacana sesakral itu seolah sedang mengungkapkan lelucon. Aku tidak ambil pusing, kupikir aku sudah mulai terbiasa melihat gayanya yang sangat aneh. Dia pria teraneh yang pernah kutemukan.

“Tunggulah sebentar lagi.” Donghae bergumam kelihatannya berbicara kepada dirinya sendiri. Samar – samar kutangkap bibirnya yang melengkung. Selain aneh dia juga seperti orang gila, tersenyum sendiri. Padahal dunia ini kejam, paling tidak menurutku.

Siapa pun jelaskan apa yang terajadi. Aku benar – benar tidak mengerti, apa kiranya yang kumimpikan semalam hingga bertemu dengan orang sepertinya…

Dalam waktu singkat aku berhasil menjadi miliknya. Donghae pria biasa begitulah yang aku pikirkan tentangnya. Dia adalah orang yang sangat menikmati hidup, selalu bersikap tenang meski pun gempa bumi, aku yakin dia akan berjalan sangat santai dibawah hantaman reruntuhan bagunan. Sekarang aku tidak merasa keheranan atas sikap Donghae yang tampak sesuka hati  di acara perjodohan malam itu. Rupanya dia dia adalah tipe yang lebih suka bermain – main menghadapi kekejaman dunia.  Namun begitu bagaimana pun sifatnya dia tetaplah  Donghae. Donghae yang sekarang resmi menjadi suamiku, dan aku harus menerima segala kelebihan dan kekurangannya.

 Tiga bulan berlalu kehidupan kami terbilang normal, Dia berangkat kerja pagi hari dan pulang sekitar tengah malam. Pekerjaannya bermacam – macam mulai dari pelayan restoran, kafe hingga club malam, jadi wajar kalau dia sesibuk itu. Segala keperluannya aku yang mengurus, dari ujung kaki sampai ujung kepala, aku tidak berhenti menyediakan apa yang Ia butuhkan setiap hari. Aku seperti baby sister  yang harus mengawasinya setiap saat.

Perlahan – lahan aku mulai menemukan kebahagiaanku. Entah apa namanya, sesuatu yang menggebu – gebu didalam dadaku kian bergejolak saat kami bersama. Aku tidak tahu bagaimana rasanya memiliki perasaan yang berbunga – bunga didekat seorang lelaki, tapi sekarang aku merasakannya. Donghae disampingku. Tenang, tentram begitulah yang kurasakan ketika Donghae dengan kehangatan tubuhnya merengkuh tubuhku dari belakang.

Hari – hari kujalani dengan harapan baru setiap detiknya. Aku membayangkan suatu saat nanti salah satu yang paling kuharapkan terjadi, memiliki  momongan, aku menginginkan anugrah paling berharga itu, sebagai wujud penyatuanku dengannya. Aku ingin menjadi wanita seutuhnya sebelum kelainan didalam kepalaku mengganas dan merenggut harapan itu, sebelum keinginanku musnah.

Harapan bahwa aku masih bisa bertahan hidup hancur begitu saja dan buyar termakan oleh  kalimat yang akhirnya mengambang jauh. Penyakit itu kambuh. Ketika aku merasakan hantaman didalam kepalaku, rasanya tubuh ini kehilangan pijakannya. Tubuhku runtuh. Aku tidak tahan lagi dengan rasa sakit yang bersarang bagaikan pisau yang menancap disetiap sudut kepalaku, perih dan sakit ini sungguh keterlaluan. Tuhan… aku belum siap mengakhiri kebahagiaan ini, aku masih menanti kehadirannya. Apa secepat ini? Secepat inikah hidupku berakhir?

Pandanganku menjadi gelap, Aku tidak tahu apa yang terjadi, tahu – tahu aku sudah terbujur diatas ranjang ketika kembali ke-alam nyata. Tahu – tahu Donghae berkata bahwa dia menemukanku pingsan di dapur. Wajahnya tampak hawatir. Aku membelai sisi wajah Donghae dan berkata padanya bahwa aku baik – baik saja… meski kenyataannya aku tahu bahwa pernyataan itu sepenuhnya bohong, penyakit itu sebentar lagi akan mengubah hidupku. Aku yakin tidak lama lagi akan terjadi…

Aku hamil. Begitulah yang dikatakan Dokter ketika memeriksa kondisiku. Setelah kurang dari tiga bulan menanti, akhirnya Tuhan memercayakanku sebuah anugrah berharga didalam hidup sepasang manusia. Aku memeluk Donghae girang. Donghae menggendong tubuhku dan berbisik betapa Ia bahagia memiliki kami disampingnya. Semenjak itu Donghae selalu pulang lebih awal bahkan Ia lebih sering menelponku hanya sekedar untuk memastikan bahwa kondisiku baik – baik saja.

Aku memperhatikan perutku yang semakin membesar dari hari ke hari, minggu ke minggu, bulan menjadi bulan selanjutnya. Terhitung tujuh bulan kehamilanku, pergerakan tubuh ini tidak selincah dulu. Aku kesulitan untuk memenuhi segala kebutuhan Donghae, karena kondisiku yang memang tidak memungkinkan, jadi setiap hari Eomma datang hanya untuk sekedar bersih – bersih rumah dan memasak. Eomma tidak keberatan melakukannya, selama aku bahagia, Eomma bersedia melakukan apa pun, begitu katanya.

Moment bahagia yang selama ini berada didalam genggamanku akhirnya hancur sekejap mata. Gejala – gejala penyakitku mulai kambuh. Aku mulai sering lupa dimana aku sering meletakkan barang – barang, bahkan aku sampai lupa dimana letak kamar mandi. Kelihatannya Donghae mulai menyadari keanehanku, ia lalu membuatkanku sebuah papan menunjuk jalan, agar aku mudah beraktivitas  selama didalam rumah kami, entah itu pintu masuk, dapur, kamar mandi sampai pintu belakang. Timbul rasa bersalah dalam diriku yang lebih menyakitkan dibanding mengetahui bahwa penyakit itu sudah menggerogoti tubuhku. Aku bukan lagi istri yang baik, aku bukan istri yang sempurna untuknya, aku sudah banyak merepotkan Donghae dengan ingatanku yang semakin hari semakin rusak, tidak ada yang bisa kulakukan selain berdoa dan pasrah, tapi tetap saja ini terlalu menyakitkan untukku, bagaiman pun aku manusia biasa. Kadangkala aku ingin menyalahkan—entah siapa— untuk menghibur diriku sendiri, tapi aku bukan siapa – siapa untuk bisa menyalahkan seseorang, aku hanyalah wanita rapuh bernama Yoona.

Suatu pagi aku terbangun. Aku terbangun dengan seorang lelaki yang juga sedang terbaring disampingku. Napasku menyesak tajam hingga mataku nyaris tidak berkedip.

Tanda tanya besar menghantam kepalaku,‘Siapa dia?’

Ketika meyadari orang asing berada disampingku bahkan kali ini memeluk pinggangku, aku lantas berteriak dan mendorong tubuhnya kebelakang. Orang itu terkejut dengan dorongan tiba- tiba yang menghantam tubuhnya dan membangunkannya dari mimpi.

“Yoona-ya…” tatapan lelaki itu berubah sayu. Aku menatapnya dengan napas memburu.

“Kau siapa?!”

Dia mengernyit bingung, aku tidak tahu kenapa Ia terlihat tenang – tenang saja, padahal aku hampir mati menemukannya,  bagaimana mungkin orang asing tidur denganku ?!

“Aku Donghae, suamimu.”

“Mwo? Sejak kapan aku—“

Tatapan Donghae jatuh kearah perutku. Tatapan itu terlalu sendu hingga membuatku terhanyut. Seketika aku mengikuti tatapannya, melihat perutku sendiri. Kedua mataku lantas membulat sempurna.

“KYAAA APA YANG TERJADI? OTHOKHAE?!”

Aku berteriak panik ketika melihat perutku  yang buncit. Bagaimana mungkin? Siapa yang sudah melakukan ini padaku? Anak siapa ini?!

Melalui mataku yang memanas, aku memaksa pria bernama Donghae itu untuk menjelaskan apa yang terjadi. Tapi sialnya dia hanya terdiam menatapku yang kelabakan sendiri.

“Tolong jelaskan sesuatu padaku,  kenapa  kau diam saja HUH?”

Usai berteriak padanya, tiba – tiba aku merasakan pusing luar biasa disekujur  kepalaku hingga dalam hitungan jari pandanganku menggelap, benda – benda disekekelilingku berubah menjadi asap kelabu hingga akhirnya menghilang begitu saja.

Aku terbangun dalam kondisi tidak tahu apa – apa, Kupandangi sekeliling, aku masih berada diatas ranjangku. Orang yang pertama kali kutemukan disana adalah Donghae. Donghae menggenggam tanganku. Ibu jarinya membasuh jari – jariku yang basah. Aku mengernyit heran, wajah Donghae lebih kelam dari biasanya, Ia menatapku hawatir. Berusaha mengingat apa yang terjadi tapi aku tidak menemukan apa pun, terakhir kuingat semalam aku tertidur dalam pelukan Donghae. Tunggu… aku menatap kearah jendela. Rupanya matahari sudah berdiri di puncaknya. Kutatap jam dinding, didalam sana sebuah jarum paling pendek berada diantara angka 12 dan 1. Setengah satu. Jadi sudah sesiang itu? Lalu kenapa Donghae berada disini? Bukankah Ia harus bekerja? Lalu bagaimana bisa aku terbagun ditengah hari? Memangnya aku kenapa?

Donghae bercerita mengenai kejadian aneh yang kami alami. Aku yakin dia tidak berbohong. Dia bilang aku tidak mengenalinya ketika terbangun dipagi hari, bahkan Donghae juga mengatakan bahwa aku sempat mendorong sekaligus berteriak padanya karena terkejut melihat perutku yang membuncit. Sumpah aku tidak percaya pada awalnya, namun sesuatu mengetuk pikiranku. Kenyataan tidak membiarkanku amnesia lebih lama. Aku sedang mengidap penyakit itu. Penyakit yang bahkan tidak kuketahui apa namanya.

Semakin hari semakin parah. Penyakit itu merenggut kebahagiaanku perlahan – lahan, aku yakin sebentar lagi  aku benar – benar melupakan Donghae. Gejala awal tampaknya mulai menunjukkan wujud yang mengerikan. Ada kalanya ingatanku menghilang tiba – tiba kemudian pulih  dengan cara serupa, yang nantinya semakin lama ingatanku akan menghilang selamanya. Begitulah yang akan kuhadapi dimasa depan. Tapi sebelum semua itu terjadi aku akan berusaha melahirkan malaikat kecil kami yang hingga detik ini mendekati tanggal hidupnya di dunia, dengan selamat. Aku tidak perduli dengan nyawaku sendiri nantinya, aku ingin melahirkan seorang bayi mungil, hanya itu keinginanku, terkahir kalinya sebelum kedua mata ini terpejam untuk selamanya…

Detik – detik mendebarkan itu pun tiba. Aku akan melahirkan bayi kami. Donghae membawa genggamanku kedalam genggamannya ketika petugas medis mendorong tubuhku yang terbaring diatas ranjang menuju ruang operasi. Bulir – bulir bening meluncur dari kedua matanya, mengalir disepanjang sisi wajahnya yang mulus. Pertama kalinya ada seorang lelaki yang menangis didepan mataku, dan lelaki itu adalah Donghae. Lelaki yang kucintai di-sisa waktuku yang berharga.

Gomawoo… Gomawo… Aku mengulang kata – kata itu seraya menatap wajahnya. Aku benar – benar bersyukur Tuhan mengirimkan Donghae untuk membuatku bahagia, meskipun sampai sekarang aku belum tahu apa dia  benar – benar mencintaiku, meskipun hingga kini aku belum tahu pasti alasan mengapa Ia bersedia menikahiku, tapi hanya satu yang bisa kupastikan sendiri bahwa aku mencintainya, aku bahagia bersamanya, dan aku bangga bisa melahirkan buah hati kami….

Nyeri tak tertahankan disekujur perut memaksa teriakanku melolong. Samar – samar aku merasakan genggaman kami semakin merenggang. Aku tidak bisa merasakan keberadaannya lagi, genggaman itu terlepas begitu saja. Hantaman rasa sakit bagaikan ditikam ribuan sembilu menguras habis seluruh tenagaku. Aku merasakan napasku yang menyempit seolah berada diujung tanduk. Tuhan kali ini aku menyerah, benar – benar menyerah.

‘Selamat tinggal, Donghae. Saranghae.’

……………

Lima jam menunggu kepastian, akhirnya pintu sebuah ruang operasi terbuka. Seorang perempuan paruh baya mendatangi seorang Dokter yang baru saja menyelesaikan operasi pasiennya.

“B-bagiamana anakku? Bagiamana Yoona? Dia selamat kan?”

Dagu Nyonya Im bergetar membendung air yang mendesak dipermukaan matanya. Ia bisa membaca dari wajah lawan bicaranya, bahwa ada sesuatu yang tidak beres, dan itu pastilah mengerikan.

Dokter itu menghela napas lalu mengatakan dengan penyesalan mendalam, “Nyonya kau  harus bersabar.”

“M-mwo?”

“Kami berhasil menyelamatkan bayinya tapi nyawa Yoona-ssi sudah tidak bisa tertolong. Tiba – tiba  Yoona mengalami pendarahan hebat diotaknya, kami sudah berusaha menghentikan pendarahan itu, tapi pendarahan pasca melahirkan yang dialaminya juga semakin parah, jadi—“

Donghae menahan tubuh mertuanya yang nyaris ambruk. Mendadak tubuhnya pun mati rasa. Kesesakan luar biasa datang dan mengacaukan aliran darahnya. Seketika Ia tidak bisa memikirkan apa pun. Donghae berdiri dengan pandangan kosong.

“Yoona-ya—“ Donghae bergumam tanpa sadar air matanya tumpah. Melihat bagaimana Eomma Yoona menagis tersedu – sedu membuat Donghae ikut merasakan sakit yang luar biasa.

“Tidak mungkin… Yoona anakku pasti mampu bertahan, dia tidak mungkin pergi secepat ini… Omooonaaa…”

Pandangan perempuan paruh baya itu menggelap. Ia tidak kuat  lagi menahan kesedihan yang menghujam, hingga tubuhnya tak sanggup lagi berkompromi untuk berdiri tegak dihadapan Yoona, namun Ia masih berusaha melawan kelemahannya sendiri. Demi Yoona, Nyonya Im tidak akan melewatkan segalanya untuk terakhir kali, terakhir kali untuk membasuh wajah anaknya yang damai didalam balutan kasih Tuhan, juga terakhir kalinya  menghantarkan Yoona menuju ke tempat peristirahatan abadi…

………………..

Langkah Donghae berhenti didepan sebuah pintu diatara lorong rumah sakit. Ia menatap setangkai mawar merah ditangannya. Kedua sudut bibirnya tertarik membentuk lengkungan sempurna.

 “Oppa.” Seorang perempuan dengan girang menyahuti namanya. Perempuan dengan surai panjang itu bangkit dari posisi yang tadinya baring menjadi setengah duduk diatas ranjang perawatan. Donghae berjalan menghampiri, menyerahkan setangkai mawar merah kepada perempuan dihadapanya. Perempuan itu memekik senang  lalu beranjak memeluknya.

“Kau sudah mendapatkan jantung itu Oppa?” Tanya perempuan itu harap – harap cemas. Donghae duduk disampingnya, membelai wajah berharga yang telah menjadi bagian terpenting dalam hidupnya, cinta pertamanya… Calista Im.

“Nde aku mendapatkannya Chagi. Bersiaplah kau harus segera dioperasi.” Jawab Donghae diserai senyum sumringah.

“Boleh kutahu kapan?” perempuan itu menatap penuh minat, sementara Donghae tampak berpikir, lalu tersenyum lagi ketika menemukan jawaban yang pas, “Tunggulah sampai aku selesai mengurus kelahiran anak kami.”

“Anak kami?” Perempuan itu mengerucutkan bibirnya sebal.

“Tenanglah nanti anak itu akan kuserahkan pada Eomma Yoona.”

“Benarkah?” Kedua mata Perempuan itu membulat senang.

Donghae mengangguk, perempuan itu lantas memeluknya, “Gomawo Oppaaa.” Girangnya dengan nada manja.  Saat – saat seperti inilah yang sejak lama Ia nantikan. Bagaiamana pun Ia sudah berusaha menekan rasa sakit hatinya selama setahun lebih. Wanita mana yang tidak sakit hati melihat lelaki yang dicintainya menikah dengan wanita lain, bahkan sampai menghasilkan anak.

“Kau benar – benar Calista yang kukenal,” ungkap Donghae. Perempuan yang dipanggil Calista itu mengernyitkan dahi tidak mengerti.

“Saudara kembarmu Yoona baru saja meregang nyawa karena melahirkan seorang bayi, tapi yang kulihat kau tidak bersedih sama sekali,”

Calista terkekeh, “Kau tahu? Kesedihan tidak harus dilambangkan dengan air mata, Mungkin Yoona berpikir seperti itu tapi aku tidak.”

Donghae mengacak rambut Calista, “Kau tidak berubah, Cal.” Ujarnya,  “Dan aku bertaruh setelah kita menikah kau akan menolak keponakanmu sendiri.”

Calista mengangkat bahu tidak ambil pusing, “Meski pun Yoona adalah saudara kembarku tapi dia tetaplah wanita yang merebutmu dari sisiku Oppa… lagi pula kami tidak punya kontak batin apa pun. Mungkin karena sudah lama terpisah, aku saja baru tahu darimu kalau ternyata aku punya saudara kembar, benar – benar menggelikan.”

Donghae terdiam menyimak penuturan Calista. Mereka, Yoona dan Calista adalah sepasang anak kembar yang berbeda kepribadian. Calista adalah sosok wanita pembangkang, berkebalikan dengan Yoona, pribadinya yang sensitive membuat Yoona terlalu mudah dikelabui oleh penderitaan hidupnya. Kerapuhan Yoona membuatnya tidak punya kekuatan lebih untuk menghadapi penyakit ganas yang bersarang dikepalanya, Donghae merasa kasihan, pernah suatu waktu Ia berpikir, tidak bisakah Yoona membagi penderitaan itu kepadanya?

Jangan salah sangka. Donghae tidak menyimpan perasaan tersembunyi yang lebih dari sekedar perasaan iba. Sekali lagi perlu ia tegaskan bahwa  perasaan itu hanya sebatas rasa kasihan yang tidak berarti. Donghae yakin bisa menghapus perasaan itu, namun sebagai manusia yang berperasaan ada kalanya rasa sesal menghantui, meski tidak lama.

‘Mianhae Yoona-ya, aku terpaksa melakukannya. Sungguh  aku benar – benar  mencintaimu, sayangnya aku lebih mencintai jantungmu yang berharga.’ Donghae termenung  didalam pikirannya sendiri. Ia menatap seorang perempuan yang kini tertidur nyaman didalam rengkuhannya. Calista Im. Dia adalah gadis yang selama ini menduduki posisi tertinggi didalam hatinya setelah sang Eomma. Dan untuk Yoona, Donghae tidak akan melupakan wanita itu, ibu dari anaknya.  Donghae berharap setelah ini Yoona bisa menemukan kebahagiannya yang baru disisi Tuhan…

Ingatan Donghae berputar mundur. Siang itu tepatnya  saat Ia menaiki bus umum dalam keadaan frustrasi, Donghae bertemu dengan  seorang perempuan paruh baya yang juga tampak frustrasi, dia adalah Nyonya Im, Eomma Yoona. Duduk bersebelahan membuat  mereka tanpa sadar berbincang mengenai masalah masing – masing. Donghae  dengan begitu mudah menganggap Nyonya Im seperti Eommanya sendiri. Tak dipungkiri Donghae juga merindukan kasih sayang seorang ibu ketika Ia merasa terpuruk, dan kehadiran Nyonya Im telah membawa angin segar untuknya.

Donghae bercerita mengenai seorang perempuan, cinta pertamanya yang Ia cintai. Perempuan itu  menderita kelainan jantung. Ia harus mendapatkan donor jantung agar bisa segera dioperasi mengingat keadaanya sudah semakin parah.

Awalnya Donghae tidak percaya dengan solusi yang ditawarkan oleh Nyonya Im kepadanya, tapi pelan – pelan Donghae mulai mencerna apa yang didengarnya.

“Aku punya seorang anak gadis yang sedang sekarat. Ia ingin sekali menikah dan melahirkan seorang anak, tapi sayangnya tidak ada satu pun lelaki yang mau menikahinya, Anakku sungguh depresi. Kalau bersedia kau bisa mewujudkan keinginannya itu, buat dia bahagia. Tidak lama lagi hidupnya pasti berakhir dan kau bisa mengambil jantungnya untuk kekasihmu.”

Penawaran itu membayang – bayangi pikiran Donghae. Demi Calista, pada akhirnya Donghae menyanggupi…

 “Dan Kekasihku adalah anak gadismu yang hilang.” Kalau saja Donghae bisa membaca masa depan Ia pasti akan berkata seperti itu. Kini Donghae berhasil meraih tujuannya, begitu pula dengan Nyonya Im yang akhirnya bisa mengikhlaskan kepergian Yoona…

Rupanya dunia ini menyimpan banyak misteri yang belum terpecahkan…

Donghae tidak menyangka bahwa didalam  peta hidupnya yang amat pelik, Ia akan bertemu dengan dua saudara kembar yang terpisah sejak bayi, bahkan sebelum orang tua mereka meresmikan sepasang nama. Calista dan Yoona… orang tua mereka bercerai, persis setelah mereka baru saja dilahirkan. Begitulah Info yang diperoleh Donghae. Calista dibawa pergi  oleh Appanya. Saat berusia tiga tahun, sang ayah begitu tega menjualnya. Oleh karena itu Calista amat membenci Appanya namun kebenciannya itu sudah tidak beguna lagi karena Appa Calista sudah tenang disana. Berbeda halnya dengan Yoona yang tumbuh bersama  kasih sayang seorang ibu. Yoona tumbuh menjadi anak yang manis. Sedangkan Calista, gadis bertempramen buruk itu  teronggok di sebuah panti asuhan setelah sebelumnya menjadi korban perdagangan manusia. Di panti asuhan itulah Donghae dan Calista tumbuh bersama.   Nyonya Im  sendiri belum mengetahui keberadaan Calista. Jahat memang jika Donghae berkata bahwa mungkin Nyonya Im sudah lupa kalau Ia pernah melahirkan anak kembar…

Yoona dan Calista Keduanya begitu berhaga, sayangnya Donghae lebih dulu bertemu dengan Calista…

Yoona-ssi Mianhae. Seharusnya takdir lebih dulu mempertemukan kita… 

………….The End…………….

 Gimana nih kok jd gini endingnya? Ga tau juga sih…

Awalnya FF ini cuma jadi setengah tapi nggak sengaja nemu, jadi aku lanjutin. Terus aku mikir gimana biar FF ini bisa jadi oneshoot dan aku langsung pangkas (?) ceritanya, mianhae kalo endingnya gaje, aneh,bahasanya rempong atau ceritanya berbelit2

Kyknya aku rada gimana gitu sama cerita di FF ini tp gak tau juga sihh kalau menurut penilaian readers..

Oke sekian dulu, See You ^__^

Penulis:

nyanya nyinyi nyonyo :p

32 tanggapan untuk “[ Oneshoot ] FF YoonHae – Heart

  1. bener2 nyesek bacanya sampek bikin nangis. kenapa donghae lebih milih calista daripada yoona, aku lebih suka nama yoona daripada calista. bner2 kasian kalo yoona punya penyakit kayak gitu, ninggalin anaknya sama eommanya. donghae juga bakalan nikah sama calista. yoona mudah2an bahagia ditempatnya sekarang. bener2 ga tega banget

    1. Huaa nyessek banget jadi yoona eonni tp yoona jg kyaknya udh punya firasat deh kalau donghae punya maksud tersembunyi.
      dari judulnya aku jd inget filmnya irwansyah sama acha hehe
      tp yg ini lbh tragis abis ceritanyaa 😥
      Nggak kebayang hae jahat banget sumpah, meskipun dia kyk gtu ada alasannya tp ttp aja jahat!!!!

  2. awal ceritanya masuh agak bingung tapi di akhir-akhir jadi ngerti apa maksud dari senyuman donghae buat yoona sebelum mereka menikah.
    kasihan yoonanya cinta sama donghar, tapi donghae nggak cinta sama dia.
    saudara kembar apaan kayak gitu,,,

  3. Nyesek bcanya min.kshn yoona eonni disaat dia mli bhgia n mimpinya terwujud tuk mnjdi seorng ibu e mlh dia pergi tu slmanya.mn ternyta hae cm kshn ma yoona n cm mau jntungnya yoona pdhl yoona dh jtuh cinta ma hae.kshn bayi mreka yg hrs khlngan ibunya e mlh mau ditinggal jg ma appanya.
    min lox bs bt sequelnta dunk bt ibunya yoona ktmu ma calista trs calista mau ngerawat anaknya yoona mau bgaimnpun tu kn ponakannya n anak dr org yg dicintainnya.
    biar kpergian yoona gak sia2 hehe

  4. Ffnya bagus.
    Sedih..
    Kasian bgt yoona, ternyata slama ini hae cuma nunggin jantungnya yoona aja..
    Yoona untung gak tau, coba kalau tau pasti dia sakit hati karna yoona mulai suka sm hae..

    Aku tunggu ff yg lainnya..

  5. Nyesekk sumapah, donghae jahat tapi dia baik juga aku bingung 😦
    seperti memanfaatkan keadaan walaupun itu eomma yoona yang minta apalagi anaknya juga gak bakal dia urus dan lebih milih dia kasih sama eomma yoon ..menyedihkan awal yang bahagis tapi berakhir menyakitkan.

  6. Jahattt… Donghae tega, ternyata itu alasan dya nikah sma Yoona, cma bwat ngambil jantungnya doang.. Gila bener2 gimana
    Kasian nasib anaknya.. Donghaenya jga g bsa ngurus anaknya gegara chalista pasti jga g mau. Akhh

  7. Jahattt… Donghae tega, ternyata itu alasan dya nikah sma Yoona, cma bwat ngambil jantungnya doang.. Gila bener2 gimana
    Kasian nasib anaknya.. Donghaenya jga g bsa ngurus anaknya gegara chalista pasti jga g mau. Akhh, mending g ush knal skalian aj mereka..#emosi
    Hehe
    Nah skrng aq mau memberi selamat sma author, karena berhasil membuat aq ikt kebawa emosi.. Sumpah nie FF keren bgtzz.. Penuh dengan istriku
    Hweheheee

  8. kasian bgt yoona pergi tanpa tau apa2 tanpa tau niat donghae dan ibunya yg sebenarnya..
    jd benci sama donghae dan calista.
    saudara kembar yg sama skali ga punya perasaan.
    huhuhu ..pdhal suka yoona disini tp mlh harus yoona yg pergi 😦

  9. Ya ampun Donghae Oppaaa, nggak nyangkaaa dia bisa begituu, tega banget Hikzzzzz. meskipun Eomma Yoona yang minta dan mereka sama2 ada kepentingan, ttp aja nyesek liatnya -_-
    mungkin disini cara buat menyelesaikan masalah mereka yg salah, itu kesannya jahattt bngttt. Pada akhirnya Yoona jd korban, padahal dia g tau apa2 😦

  10. jd yoona menderita bgt ih, kasian,
    hae jg ibarat na ya jahat hanya memanfaatkan ya tdak d pungkiri dia mewujudkan keinginan yoona yg ingin menikah dan mempunyai anak, tp ttep aja jahat huaaaa yoong

  11. Sedih bacanya..
    Ga tau harus ngomong apa..
    Ga tau donghae baik atau jahat..
    Yg pasti yoonanya kasian..
    Walopun dia meninggal dlm keadaan bahagia, tp tetep aja ada rasa sesak 😦
    Karena donghae nikahi yoona karna jantungnya..
    Good story unnie

  12. Oohh sangat menyessakan hati!
    Owh Yoona eonni mlangny nasib mu!
    Ceritany Benar2 menyessakan,hikss!

    Sehrusny yg mnderita kelainan jntung itu Yoona eonni bkanny Challista,yah mskipun mreka berdua itu adlah orang yg sma tapi tetap aja lbih suka Yoona eonni sma Donghae oppa dri pada Challista sma Donghae oppa,kalau Donghae oppa sma Yoona eonni feelny lbih dpat..

    Ahh nyessek bnget.. Tapi yah sudahlah..

  13. Oh jadi itu alasan Donghae mau nikahin Yoona, dia cuma mau jantungnya Yoona aja. Tega banget sih!! Ya walaupun itu di tawarin oleh ibunya Yoona harusnya dia jangan mau apalahi itu buat kemabaran Yoona. Sebenarnya aku juga rada g suka sama karakter Calista disini karena terkesan arogan dan sedikit egois harusnya dia juga mikirin Yoona. Karena kaya gitu Yoona juga masih keluarganya dan kembarannya.

  14. Oh jadi itu alasannya Donghae mau nikah sama Yoona. Cuma mau jantungnya aja buat kembaran Yoona. Gila tega banget sih..?? Padahal Yoona udah cinta dan percaya banget sama Donghae tapi apa?? Donghae malah jahat sama Yoona ya walaupun ada rasa cinta buat Yoona tapi tetep aja itu g merubah keinginan Donghae buat ngambil jantung Yoona. Dan aku pikir kembaran Yoona juga sedikit egois sama Yoona padahal kan Yoona juga masih keluarganya.

  15. What!!!! just because you really love 1 person its doesn’t mean you could sacrifice other people.
    I really dissappointed of you Hae!!!!
    Cinta kadang buta akan tetapi jangan sampai membutakan mata hati Hae!!!
    wkwkwk jadi esmosi thor!!! bener2 menguras emosi ini mah!!! keep writing n stay healthy!!!

  16. Cerita nyesek, saat diposisi yoona sangat sedih di awal hidupnya ia bahagia namun hidupnya tidak panjang, karna dia selalu bilang bahwa dia sekarat ujung ujungnya jadi doa yang terkabul sedangkan calista diawal hidupnya sudah menderita , sudah dijual kepedagan manusia, tidak punya orang tua, tidak mendapat kasih sayang, hidup dipanti asuhan, mengalami gagal jantung, pantas sifatnya kayak gitu
    , sedangkan donghae aku tau cintanya ada di yoona namun hatinya milik calista seorang. ……………….

    Hai gaes mungkin akutuh lebih mihak ke calista jangan ada yang marah ya… , walau calista tidak memiliki perasaan terhadap saudara kembarnya itu wajar karna ia tidak memiliki perasaan terhadap ibu kandungnya apalagi saudara kembarnya.

Tinggalkan Balasan ke novi simm Batalkan balasan