Diposkan pada Super Generation FF

FF YoonHae – Marry You, My Best Friend ! ( Part 4 )

Image

Title : Marry You, My Best Friend !

Cast : SNSD Yoona, Super Junior Donghae

Author : Nana Shafiyah a.k.a Nasha

Genre : Romance, Married Life

Rating : PG-17

Part 4

Pagi – pagi sekitar jam enam, matahari belum menampakkan sinarnya melalui celah jendela. Tiba – tiba benda persegi disamping tubuhnya mengeluarkan bunyi yang menghentak. Secara lekas Donghae bangkit dari posisi baring dan duduk dengan jantung berdebar – debar. Sekilas Ia menatap ponselnya yang masih berkicau nyaring. Terdapat tanda alarm pada layarnya. Donghae menghembuskan nafas keras sambil mengusap – usap wajahnya yang mulai berkeringat. Sedikit kesal, Donghae lantas meraih benda berisik itu lalu mematikan tombol alarmnya.

Disaat keadaan mulai hening, Donghae ingat kejadian yang semalam menimpanya. Ia menatap tubuhnya sendiri yang hanya dibaluti oleh selimut hangat. Pandangan Donghae berputar mencari keberadaan seseorang yang mungkin amat tertekan sekarang. Yoona. Dan tidak ada siapa pun di kamar itu selain dirinya. Donghae mulai kelabakan. Pikiran namja itu mulai dipenuhi oleh sosok Yoona. Sosok yang Ia yakini, baru saja kehilangan harta yang paling berharga sebagai seorang wanita. Dan semua Itu, Lee Donghae sudah merenggutnya dalam semalam.

Napas Donghae berhembus keras, Ia meremas keningnya frustasi, menyesali kebodohan yang ia perbuat. Tidak ingin membuang waktu lebih lama lagi, Donghae lekas memunguti pakaiannya yang berserakan dilantai , memakainya dengan awut – awutan lalu menarik gagang pintu. Donghae berjalan cepat. Dalam pikirannya kini, Yoona sedang duduk disudut kamar mandi sambil menangis dengan air yang mengaliri tubuhnya. Donghae mempercepat langkahnya, Ia menyenggol bahkan menabrak apapun yang Ia lewati. Dan ketika sebuah kursi menubruki lantai karena sambaran tubuhnya, suara bernadakan protes terdengar dari ruang tengah. Donghae mengurungkan niatnya berhambur kearah kamar mandi. Ia menyambangi ruang tengah dan mendapati sesuatu diasana…

“E-eomma?” Donghae berdesis tidak percaya.
Seseorang disana yang merasa diperhatikan lantas menoleh, “Haishh akhirnya kau muncul juga, ayo kemari !” pinta orang itu melambai – lambaikan tangannya. Seorang yeoja paruh baya, Nyonya Lee.

Dengan ragu – ragu Donghae melangkah ketempat dimana Eommanya duduk. Eommanya duduk didepan meja lantai yang sudah digerubuti oleh mangkuk makanan. Bukannya Donghae tidak berselera dengan makanan, Ia berselera bahkan rindu dengan masakan Eommanya tapi, yang membuat jantungnya berdegup kini ialah sosok Yoona yang duduk persis didepan Eommanya.

Sedari tadi Donghae kalut dengan pikiran gilanya, sampai – sampai Ia berpikir bahwa Yoona akan gantung diri setelah kejadian semalam tapi yang bisa namja itu saksikan sekarang adalah… Yoona baik – baik saja bahkan masih bisa menyambut kedatangan Eomma ‘mertuanya’.

“Eomma baru saja tiba, lima belas menit yang lalu. Kau tahu? Sejak kau memberitahu Yoona sakit, Eomma tidak tenang dirumah jadi pagi – pagi buta Eomma putuskan memasak untuk kalian. Berhubung karena krystal adikmu, anak gadis anti dapur itu bersedia membantu, pekerjaan masak memasak pun menjadi cepat selesai. Eomma lalu bergegas kemari. Eomma bersyukur melihat Yoona lebih baik sekarang.” Nyonya Lee sibuk mengoceh sambil mengambil nasi beserta lauk pauknya untuk ia berikan pada Donghae. Yeoja paruh baya itu tidak menyadari situasi hening yang terpecahkan oleh suaranya sendiri.

Donghae masih berdiri menatap Yoona tanpa kata. Yoona tidak membalasnya. Yeoja itu hanya sibuk menunduk sambil mengaduk makanannya pelan. Donghae mendapati tingkah Yoona yang seperti malas – malasan, membuat perasaannya kian berkecamuk. Aura dingin dari tubuh Yoona seolah menguar dan menusuk kulitnya. Donghae sungguh merasa bersalah.

“Hae-ya, apa untungnya menjadi patung jadi – jadian begitu? Cepat duduk.” Perintah nyonya Lee seraya menepuk – nepuk tempat kosong disampingnya.

Pandangan Donghae menerawang kearah Yoona, separuh kesadarannya terpecah. Namja itu duduk, mematuhi perintah Eommanya seperti orang bodoh karena sungguh, apa pun yang dikatakan Eommanya masih belum bisa ia cerna dengan baik. Pikiran Donghae hanya terfokus pada Yoona. Berjuta tanda tanya besar mulai menggerogoti syaraf – syaraf tertentu dan melumpuhkan apapun disekitarnya selain Yoona.

“Kalian pasti rindu masakan Eomma, kan?” Nyonya Lee bertanya dengan girang, “Iyakan Hae?” tanyanya lagi. Donghae yang baru saja menyadari pertanyaan Nyonya Lee langsung tersentak, “Uh? I-ya… Eomma.” Jawabnya terbata – bata. Nyonya Lee memicing. Donghae yang mulai mencium tatapan curiga dari Eommanya lantas menunduk. Donghae beralih menatap makanannya lalu memakan semua yang ada dengan lahap.

Nyonya Lee menghela napas seraya meletakkan sumpitnya disamping mangkuk, “Eomma lihat sedari tadi kau memperhatikan Yoona terus ? Wae? Kalian ada masalah ?”

“Aniyoo—“ Yoona tiba – tiba menimpali sebelum Donghae menjawab, “Kami baik – baik saja, iyakan Oppa?” sambung Yoona dengan senyuman. Yeoja itu menatap Donghae. Seolah tersihir, Donghae akhirnya mengangguk setelah diam beberapa detik.

“Oh, baguslah.” Nyonya Lee mengangkat bahu lalu mengambil sumpitnya kembali. Setelah itu tidak ada pembicaraan diantara mereka bertiga hingga akhirnya Nyonya Lee berbicara lagi,

“Kenapa kalian diam saja?” yeoja paruh baya itu memajukan wajahnya heran.

“Huh?” Yoona mendelik, nyonya Lee menatapnya, “Eomma pikir tidak biasanya… Kukira dulu kalian sering memperdebatkan hal – hal sepele bahkan di maja makan sekali pun. Apakah kalian merasa aneh setelah perubahan status ?”

“Apa? Tidak Eomma…” sangkal Yoona

Nyonya Lee menatap tidak percaya, “Hmmm Eomma tahu…” Ia merenung sejanak, “Yonna-yah, apa Donghae melakukan perbuatan yang tak seronoh padamu ? Sudahlah dia memang dari dulu selalu begitu. Sikapnya berubah – ubah dan sulit ditebak… Eomma sampai hawatir Ia akan salah memilih yeoja untuk dinikahi tapi untunglah kekhwatiran itu terbantahkan sekarang.”

Yoona mengangguk mengerti seraya tersenyum hambar, mendengar penuturan Nyonya Lee membuat Yoona mencerna sesuatu.

Donghae menghela napas, “Eomma… Eomma kesini untuk menjenguk Yoona atau ingin menghakimiku?”

Nyonya Lee tertawa, “Dua – duanya bolehkan?” cadanya kemudian menatap Donghae prihatin,

“Hae-ya dewasalah sedikit. Kau sebentar lagi menjadi ayah—”

“Uhukk—“

Dua pasang mata menoleh kearahnya. Donghae memegangi dadanya akibat tersedak oleh makanan yang baru saja Ia masukkan secara lekas kedalam mulut. Ia terbatuk panjang. Peristiwa dadakan itu membuat nyonya Lee menatap heran karena setahunya Donghae selalu makan dengan hati – hati. Dilihatnya Yoona yang hanya menunduk usai menoleh sekilas, seperti mengindikasikan bahwa Yoona sudah mengerti kenapa Donghae bisa tersedak, sehingga mengganggap hal itu wajar.

“Gwencana?” tanya nyonya Lee hawatir. Ia mengambilkan segelas air lalu menyerahkan gelas itu pada Donghae.

Anggukan pelan dari anaknya membuat Nyonya Lee bernapas lega, “Gwencana Eomma.” Jawabnya setelah menenggak habis segelas air.
Beberapa saat setelahnya, sarapan bersama itu berjalan tanpa pembicaraan berarti. Baik.

Donghae, Yoona maupun nyonya Lee sibuk dengan sarapan mereka masing – masing. Ada kalanya Nyonya Lee melirik kearah Donghae dan Yoona. Belum ada interaksi apa pun yang Ia harapkan, seolah ada tembok tak kasat mata yang tertanam diantara keduanya, membuat Nyonya Lee bertanya – tanya dalam batin. Ia juga melihat pandangan mata mereka sedikit kosong dan sendu.

Lima belas menit kemudian, Nyonya Lee teringat dengan suaminya dan Krystal adik Donghae. Sebentar lagi tuan Lee akan berangkat kerja dan krystal akan bersekolah. Mereka pasti akan menghancurkan isi rumah jika ditinggal berdua. Nyonya Lee tahu persis watak Krystal yang sama persis seperti Appanya. Ceroboh dan tak mau ambil pusing.

Yeoja paruh baya itu lalu bergegas pulang setelah berpamitan pada anak dan menantunya. Ia sempat menawarkan diri untuk membenahi piring – piring bekas sarapan tapi Yoona melerai. Nyonya Lee merasa tidak enak setelah Ia terpaksa harus pulang, lebih awal dari niat semula.

“Jaga diri kalian. Mianhe Eomma hanya sebentar.” Sesalnya setelah didepan pintu.
Yoona membalalasnya dengan senyum, “Tak apa Eomma, aku senang Eomma datang kemari dan membawa sarapan yang lezat.”

Nyonya Lee mengangguk kemudian menggenggam tangan Yoona, menatap matanya dalam – dalam, “Kau harus kuat, Nak.” Ujarnya lirih. Nada bicara Nyonya Lee terdengar penuh harap, membuat Yoona harus menahan suaranya sebelum Ia terisak. Entah, ini sungguhan atau bukan, Yoona merasa kalau nyonya Lee bisa menerobos pikirannya. Yoona sebisa mungkin menunduk, menghindari tatapan yeoja paruh baya itu sebelum semuanya terungkap lebih.

“Eomma pergi dulu dan kau Donghae.” Nyonya Lee menatap anaknya, “Jaga Yoona baik – baik, kau jangan selalu sibuk dengan duniamu sendiri.” ujar nyonya Lee setengah mengancam. Donghae menghela napas, Ia pun mengangguk.

Punggung Nyonya Lee mulai menjauh. Segera Yoona berbalik menuju ruang tengah, Yeoja itu pergi tanpa sekali pun menatap Donghae yang tengah berdiri disampingnya. Donghae menarik napas sambil menimbang – nimbang sesuatu, Ia kemudian mulai mengekori langkah Yoona. Donghae menatap bersalah seiring perubahan sikap Yoona yang menjadi sedingin es. Kini yeoja itu tampak menyusun piring – piring kotor bekas sarapan.

Donghae sengaja mengambil posisi didepan Yoona sambil membantu yeoja itu membersihkan piring – piring diatas meja namun Yoona belum juga menatapnya dan memilih sibuk sendiri. Donghae mulai gerah. Namja itu menggigit bibir bawahnya seraya mengumpulkan keberanian untuk berbicara sesuatu.

“Yoong kita perlu bicara.” Ujar Donghae mengiringi langkah cepat Yoona menuju westafle. Donghae ikut dibelakangnya dan mulai mendesak yeoja itu —agar Ia berhenti sejenak—-dengan nada memohon tapi Yoona masih tak acuh.

“Yoong…”

“Yoona.”

“Im Yoona !”

Prangg… Suara benturan antara tembok westafle dengan tumpukan kaca menggebrak situasi memanas diantara mereka. Setelah Donghae menyahutinya dengan nada meningggi Yoona menghentakkan tumpukan mangkuk di samping westafle dengan perasaan jengah.

Yoona menghela napas. Tanpa menatap Donghae Ia berkata datar, “Aku sedang malas bicara.”

“Yoona—“ Donghae menahan lengan Yoona yang baru saja akan mengambil sebuah mangkuk sebelum mencucinya. Yoona tersentak lalu menatap Donghae tanpa sadar.

“Yoona dengarkan aku, Jebal.” Ujar Donghae menatap Yoona dalam – dalam. Yoona terlambat. Ia sulit bergerak. Tatapan Donghae terlanjur menguncinya dan membuat semua… apa pun menjadi gelap, kecuali wajah namja itu.

Tanpa menunggu persetujuan, Donghae menarik lengan Yoona lalu membawanya ke ruang tengah. Donghae langsung mendudukkan tubuh Yoona diatas kursi kayu, sedang Ia bersimpuh dibawahnya.

Yoona membelalak, “Apa yang kau lakukan ?”

Donghae meraih dua tangan Yoona dan meletakkan kedua benda itu diatas pangkuan Yoona, menggenggamnya erat lalu bergumam, “Yoong…”

Yoona menatap Donghae yang saat ini terdiam merenungkan sesuatu. Yoona lekas berpaling ketika Donghae mulai mendongak menatapnya. Namja itu tidak bicara apa – apa. Ia hanya memandangi Yoona. Hening panjang hadir dan membuat Yoona risih. Yoona tidak berani bertatapan dengan Donghae. Mata Donghae terlalu teduh dan menusuk, membuat Yoona merasa kalau tatapan namja itu memberi indikasi bahwa ada yang salah dengan dirinya.

Yoona berdecak, “Oppa—“

“Aku sedang memohon padamu.” Timpal Donghae, membuat Yoona benar – benar menatapnya sekarang.

“Kumohon dengarkan aku… Kali ini saja dan setelah itu kau bebas melakukan apa pun, termasuk menghindariku, jika memang perlu.” Ujar Donghae pelan – pelan.

Yoona menggigit bibir bawahnya kemudian berusaha membuat pandangannya berfokus pada Donghae. Tapi Yoona tidak sanggup. Yeoja itu hanya mampu mengarahkan tatapannya pada lantai yang dingin.

“Semalaman aku menyusun alur tentang bagaimana aku bisa seperti ini….” Donghae menarik napas, menghembuskannya pelan. Ia tidak peduli sekarang, Yoona menatapnya atau tidak. Yang jelas, Ia cukup bisa memastikan kalau Yoona mendengarkannya.

“Berawal dari gadis kecil bernama Im Yoona yang tinggal di rumahku. Aku menyayanginya seperti adik namun semua berubah. semakin dewasa, aku menyayanginya lebih dari adik, semakin hari aku semakin ingin memilikinya. Ketika suatu hari Ia dihadapkan pada sebuah pilihan sulit , aku… aku belum sanggup melepasnya. Orang – orang itu… mereka orang – orang jahat membuatnya terpojok.” Donghae memejamkan mata kemudian memaksakan seulas senyum, “Sebelum semuanya terlambat, aku meminta izin untuk menikahinya, semua berjalan lancar. Tapi aku tahu, dia merasa aneh dengan semua ini, Yoona. Aku juga.” Dongahe menjeda.

“Nde, aku tahu.” Yoona memberanikan diri menatap Donghae, “Aku sudah tahu, jadi untuk apa menceritakan semua itu, Oppa?” Yoona meminta penjelasan. Ia takut cerita Donghae menjadi kian meruncing dan membuatnya semakin ingin menghindar.

Donghae bergeleng, “ Aku pernah berpikir, ada yang salah dengan kita , kau tahu?”

Yoona terdiam. Keringatnya tiba – tiba mengucur deras. Yoona mencoba menebak pikiran Donghae. Mencoba menebak apakah namja itu sudah mengetahui apa yang salah pada diri Im Yoona setelah kejadian semalam.

“M-maksudmu ?” Yoona tergagap.

Donghae menatapnya tanpa ekspresi, “Aku menikahimu karena tidak ingin kehilanganmu. Kupikir akan mudah. Menikahimu dan memperlakukanmu dengan perlakuan yang sama , seperti sebelumnya ketika kita masih sebatas adik – kakak dan sahabat… aku yang kerap menggodamu… Aku yang membuatmu kesal atau aku yang selalu menginginkanmu beraegyo,”

“Tetapi perlakuanku salah. Nyatanya, masalah yang kau hadapi tidak segampang merebut permen dan mengambilnya lagi dari orang iseng, tak semudah mengambilnya dengan hanya mengandalkan puppy eyes yang lucu…” Donghae diam sejenak seiring dengan napas Yoona yang berhembus perlahan. Entah mengapa Yoona lega karena Donghae tidak membahas kejadian itu.

“Aku tidak sadar kalau kau sudah dewasa…”

“Bukan kau yang salah Oppa—”

“Aku salah Yoong… Aku tidak mau bermain – main lagi seperti dulu. Aku ingin serius padamu.”

Sepasang tangan Yoona kembali menghangat. Donghae kian menggenggamnya erat. Namja itu terdiam beberapa saat, membiarkan hening mengambil alih suasana. Beberapa saat Ia mendongak dan berbisik, “Yoona, Aku tidak tahu apa yang menimpamu. Aku tidak tahu bagaimana orang – orang jahat itu bisa mengejarmu dan aku tidak peduli, apa pun alasannya.”

Bingung. Yoona tidak tahu harus berbuat apa. Yeoja itu hanya menunduk merasakan rintikan embun dari langit – langit matanya terjun bebas membentuk anak sungai. Bahkan tanpa bisa Ia halau, sebagian dari butiran – bitiran itu berguguran membasahi lengan Donghae yang kala itu masih berpangku menggenggam tangannya.

Yoona tidak mampu lagi menyembunyikan sesuatu dari pelupuk matanya. Terlalu panas dan sesak untuk Ia tahan sendiri. Dan saat kesakitan itu menghujamnya, Donghae berlutut menggapai wajah Yoona. Pelan – pelan Ia membasuh air mata Yoona. Air mata yang tak mampu yeoja itu bendung sendiri.

Donghae benar – benar menghapusnya sambil berkata, “Aku tidak peduli dengan masa lalumu

Yoong…”

Yoona menatap Donghae bersalah. Yeoja itu susah payah menahan isakannya, tapi didepan Donghae, semua gagal.

“Aku takut kau menyesal Oppa.”

Donghae tersenyum, senyum yang begitu menenangkan, membuat pijakan Yoona seolah ringan dalam genggamannya, “Aku tidak pernah menyesali ini. Bertemu denganmu dan menjalani semua bersamamu sampai hari ini, besok dan seterusnya. Aku ingin melindungi masa depamu… masa depanku dan masa depan kita…”

Sebisa mungkin Yoona berusaha membuat bulir – bulir itu menghilang. Ia menyeka pipinya sedikit kasar, lalu menunduk sesal, “Mianhae Kau dan keluargamu begitu baik padaku sedangkan aku hanya bisa merepotkan kalian. Eommamu sampai bilang kalau aku adalah yeojayang baik untukmu padahal—”

“Jangan membuatku hawatir.”

Yoona mendongak, “Huh?”

“Jangan membuatku hawatir. Itu sudah cukup meringankan bebanku.” Ulang Donghae penuh keyakinan, “Aku ingin kau menjadi Yoona yang ceria. Yoona yang selalu tak ambil pusing dengan perkataan orang, Yoona yang selalu menatap masa depannya…”

Yoona diam, menggali keseriusan didalam mata Donghae.

“Aku merindukan senyummu, Yoong…” ujarnya menggenggam tangan Yoona kembali, “Aku akan berusaha melupakan peristiwa kemarin, minggu lalu, bulan lalu dan seterusnya, aku berharap kau melakukan hal sama.” Donghae mempererat genggamannya.

“Kumohon padamu dengan sungguh – sungguh. Jangan lagi menengok kebelakang karena ada aku disampingmu.”

Detik berganti memutar pikiran Yoona, mengulang setiap kata yang keluar dari mulut Donghae. Sedikit keraguan datang dan menggoyahkan keyakinannya. Yoona ingin berkata sesuatu tapi bibirnya menjadi kelu. Yeoja itu tidak ingin mengecewakan Donghae. Mata namja itu terlalu teduh untuk dibanjiri oleh hujan. Ditambah keluarga Lee sudah terlalu baik padanya. Tapi bukan berarti tindakannya harus didasarkan pada itu. Yoona selalu nyaman didekat Donghae, bahkan seandainya Donghae bukan bagian dari keluarganya yang sekarang, Yoona pasti akan sangat berharap kalau namja seperti Donghae bersedia tinggal disisnya.

Dan sekarang bukan lagi masalah bersedia atau tidak, tapi lebih. Namja itu sudah memohon padanya. Yoona jahat kalau Ia menyia- nyiakan namja sebaik Donghae… Tapi, tapi… puluhan kata tapi menahannya, menggerogti pikiran Yoona. Haruskah?

“A—aku…” Suara Yoona bergetar, Matanya terpejam . Didalam gelap Yoona melihat sosok Donghae tersenyum tulus padanya. Donghae kemudian berjalan kearahnya lalu menghapus air mata kesedihan yang bergelayut, jatuh percuma.

Ketika Yoona membuka matanya, genangan – genangan yang tadinya sudah mengering kembali hadir. Tanpa mampu berkata – kata lagi, anggukan pelan Ia berikan kepada Donghae sebagai ganti dari jawaban yang belum juga keluar dari mulutnya. Seketika perasaannya mencelos. Seperti kerikil – kerikil yang menanancap dalam tubuhnya tercabut begitu saja.

Donghae berdiri dengan kedua lututnya. Memeluk Yoona dengan penuh kelembutan, “Gomawo Yoong…” bisiknya pelan. Jantung namja itu bergemuruh. Gembira , terharu, senang, segalanya bercampur sehingga Donghae bingung dengan perasaannya sendiri.

Hangat pelukan itu kian kental ketika Yoona menelungkupkan wajahnya diatas bahu Donghae. Yoona memperdalam pelukan mereka untuk memperoleh kehangatan lebih. Yoona mulai terisak, menumpahkan kesesakan – kesesakan yang masih tertinggal. Baju yang dikenakan namja itu tampak basah karena air matanya.

Dan sedikit pun Yoona tak menyesali keputusannya. Membuka lembaran baru bersama seseorang yang bisa membuatnya tenang dalam pelukan orang itu, Lee Donghae.

Menit – menit berganti dengan cepat. Cahaya yang teduh berganti. Sinar matahari mulai masuk melalui celah jendela, membuat penglihatan Yoona menyipit, “Ngomong – ngomong, ini sudah jam berapa Oppa?” tanya Yoona malas – malasan. Jujur, Ia masih ingin memeluk Donghae lebih lama lagi.

Donghae melepaskan pelukannya. Ia pun tersadar dengan maksud Yoona dan mulai mendongak kearah jam dinding.

“Kau tidak berencana bolos lagi kan?” Yoona tersenyum seraya menelungkupkan tangannya dikedua pipi Donghae. Namja itu balas tersenyum dan menggeleng.

Yoona bangkit dan menarik tangan Donghae untuk berdiri, “Cepatlah, nanti bisa telat.” Perintah Yoona seraya mendorong punggung Donghae menuju kamar mandi. Kemarin namja itu harus membolos karenanya, sekarang Yoona tidak mau hal itu terulang kembali.

Sementara Donghae di kamar mandi, Yoona membuka lemari disudut kamar namja itu. Meskibelum terbiasa, Yoona bertekad sebisa mungkin menyiapkan keperluan Donghae sebelum bekerja. Meski Yoona sendiri bingung bagaimana memilih kemeja yang disukai namja itu. Ia juga bingung memadu padankan warna kemeja dan bawahannya. Yoona mengacak rambutnya. Bahkan Ia sendiri tidak pernah peduli dengan baju yang Ia kenakan. Kalau sudah begini, haruskan dirinya berkonsultasi dengan Yuri?!

Tanpa pikir panjang, Yoona menggunakan instingnya untuk mengambil sebuah kemeja ditengah tumpukan baju. Kemeja berwarna merah bata dan celana hitam. Apa ini cocok? Patokan Yoona adalah, warna hitam Ialah warna nertal, jadi semua warna pasti akan cocok dipadukan dengan warna hitam.

Donghae akhirnya keluar dengan setelan yang sudah Ia pilih. Yoona manggut – manggut sambil berpikir kalau pilihannya tidak buruk. Yoona mendekat kearah Donghae lalau merapikan kerah kemeja namja itu. Dari jarak tujuh senti Yoona bisa mencium jelas, wangi perfume namja itu yang menguar kemana – mana.

“Sebelum berangkat…” ucap Yoona menyampirkan rambutnya kebelakang telinga. Ia juga membasuh keningnya berkali – kali, supaya tidak ada lagi anak rambut yang berjatuhan disana.

Donghae mengulum senyumnya. Ia tahu maksud Yoona dan segera mendekatkan wajahnya. Yoona memejamkan mata. Tidak lama ia merasakan bibir Donghae mendarat dikeningnya.

Yoona mulai salah tingkah, Donghae menjauhkan kepalanya kemudian mulai menetap Yoona lagi. Tidak ingin Donghae melihat pipinya yang mulai merona menjadi semakin akut, Yoona cepat – cepat mengusir namja itu pergi.

“Sudah sana.” Ucap Yoona mendorong punggung Donghae kearah pintu. Donghae hanya tertawa melihat tingkah Yoona.

Waktu itu Yoona memastikan kalau Donghae akan pergi setelahnya, tapi dugaannya salah. Donghae tak lantas pergi. Ia berbalik mencubit hidung Yoona kemudian kabur begitu saja, membuat Yoona geram. Yoona memasang wajah cemberut seraya melipat dua tangannya didepan dada.

Sebelum punggung Donghae menghilang namja itu sempat berbalik dan menjulurkan lidahnya. Bukannya kesal, Yoona malah tersenyum sendiri. Wajah yang tadinya merona, berubah merah, semerah tomat. Yoona yang sadar bahwa ia sudah tersenyum seperti orang gila sejak tadi, segera menutup pintu. Senyumannya belum pudar. Yoona mengambil posisi berdiri didepan cermin kemudian mulai menatap wajahnya sendiri.

“Apa ini mimpi ?” ucap Yoona menepuk pipinya sendiri. Angan – angannya kembali mengukir wajah Donghae. Membayangkan kembali bagaimana senyum Donghae dan cara namja itu memperlakukannya.

Yoona bisa melihat matanya sembab, meski begitu, ia merasa bahwa dirinya adalah yeoja tercantik di dunia.
………………..

Satu jam setelah Donghae pergi, Yoona mulai bersiap untuk mengukuti jejak namja itu. Ia merapikan tas dan buku – buku yang akan Ia gunakan untuk menjalani hari – harinya selama di kampus. Begitu selesai, Yoona lekas keluar dari pintu rumahnya. Ia menarik napas dan menghembuskannya pelan. Cahaya matahari diatas sana mulai menyorotnya lagi, membuat bibir ranum itu kian meliuk.

“Oppa kenapa kau begitu jelek? Aku tidak bisa melupakan wajahmu. Kau menyebalkan :-p”

Send. Yoona tertawa sendiri ketika pesan yang sengaja Ia tulis untuk Donghae sudah terkirim. Kali ini kepala Yoona tidak bisa menampung apa pun kecuali bayang – bayang Donghae, dimulai ketika namja itu memohon padanya sampai ketika pada tadi, Yoona merasakan sebuah kecupan tulus dari Donghae mendarat dikeningnya.

Yoona tak memperhatikan lagi apa pun disekitarnya. Sambil berjalan, ia membuka ponsel dan menatap Photo selcanya bersama Donghae yang sudah tak terhitung.

Pikiran Yoona baru bisa fokus ketika Ia berjalan melewati lorong. Satu – satunya Jalan yang bisa membawanya menuju halte bus terdekat. Situasi dilorong itu cukup sepi. Yoona mengamati sekitar, keringatnya tiba – tiba bercucuran. Kenapa tidak ada orang satu pun?! Pikirnya.

Yoona berusaha mengenyahkan pikiran – pikiran negatifnya selama perjalanan, tapi semakin Yeoja itu mencoba melupakan, semakin perasaan resah itu kian menjadi.

Tiba – tiba suara siulan terdengar —entah dari arah mana— Yoona tersentak. Kedua kakinya semakin mengayuh cepat. Baru saja Yoona akan berlari kencang, suara siulan itu berubah memanggil namanya,

“Yoonaa…” panggil suara itu sekali lagi saat Yoona tak menggubris.
Seseorang tiba – tiba muncul didepannya. Ia menyeringai, “Eitsss, Tenanglah, aku tidak akan menyakitimu. Kau bisa menelpon polisi kalau menurutmu tindakanku ini keterlaluan.”

Yoona gelagapan. Otaknya sibuk berputar untuk mencari jalan keluar. Ia ingin sekali menerobos siapa pun yang menghalanginya tapi kedua kaki yeoja itu mendadak lemas.

“Berikan aku uang beberapa lembar saja, aku belum sarapan.”

“Shinjung-ssi… minggir.” Yoona berkata datar dan sedikit panik, Ia melangkah kekanan dan kekiri untuk mencari celah, tapi Shinjung menghalagi. Yoona meniup ubun- ubunnya gerah, “Apa maumu?!”

Orang itu terkekeh seraya memutar – mutar gantungan kunci ditangannya. “Apa perlu kuulang ? Aku butuh uang untuk sarapan.”

“Memangnya kau tidak punya?!” Sahut Yoona memberanikan diri, meski Ia mendengar suaranya bergetar, “Minta saja pada keluargamu.” Ucapnya kemudian mencoba berbalik arah tapi suara Shinjung menahannya.

“Come on dear, bagaimana kalau mereka tahu… Appamu bahkan pernah mencoba menjualm—“

“Yak !” teriak Yoona kemudian mendekat ketempat Shinjung berdiri. Namja itu tertawa mengejek, membuat Yoona ingin sekali meninju wajahnya.

“Ini.” Yoona menyodorkan dua lembar uang.
Dua alis namja itu terangkat, “Mianhae Nyonya Lee, ini hanya cukup membeli kimchi. Aku ingin barbeque.”

Yoona menarik napas dalam – dalam. Ia membuka dompetnya dan mengeluarkan beberapa lembar uang. Padahal Donghae baru saja memberikannya.

“Nah ini baru cukup.” Shinjung mencium uang yang baru saja Yoona berikan. Ia tersenyum menyeringai, “Thanks Yoona.”

Sorot mata Yoona yang tajam membuat Shinjung tertawa. Namja gimbal itu sangat mengerti maksud dari tatapan Yoona. Ia bergeser kesamping seraya mempersilahkan, “Baiklah, lanjutkan perjalananmu.”

…………………………..

Beberapa orang mondar – mandir dengan tumpukan script ditangan mereka. Beberapa diantaranya sibuk menatap layar monitor mereka untuk mengontrol not – not music dari sebuah lagu yang akan dimainkan oleh beberapa musisi. Seorang namja berkumis mulai menunjuk – nunjuk layar monitor sambil berkacak pinggang, Ia berkali – kali mengomentari soal nada tambahan dari lagu yang baru saja direvisi.

“Donghae-ssi, kemarilah.” Perintah namja itu melambaikan tangannya kearah Donghae.

Donghae berpaling dari tuts piano dan buku partitur dihadapannya. Ia bangkit lalu melangkah menuju tuan Kim, seorang produser rekaman.

“Ah aku baru melihatmu. Apa kemarin kau sakit ?” Tanya tuan Kim setelah Donghae berdiri didepannya. Donghae gelagapan hendak menjawab. Ia terdiam sejenak hingga akhirnya mengangguk, “Ah, Nde.”

Tuan Kim ikut mengangguk, “Aku sudah mengirimkan demo lagumu bulan kemarin, mereka baru meresponnya tiga haru yang lalu, aku sudah berbicara melalui telepon.”

Kelopak mata Donghae belum mengatup, Ia masih menunggu tuan Kim melanjutkan ucapannya.

“Setelah melalui proses seleksi mereka akhirnya setuju memasukkan beberapa lagumu menjadi ost drama mereka.” Tuan Kim menepuk bahu Donghae yang tiba – tiba mematung.

“J-jeongmal ? Donghae tergagap. Tuan Kim mengangguk seraya melanjutkan ceritanya, “Mereka bahkan sudah menentukan penyanyinya. Mereka akan akan datang sebentar lagi.”

“Bersiaplah. Mereka ingin bertemu langsung di studio latihan.” Tuan kim tersenyum.

“Nde, sajangnim.” Donghae membunggkuk hormat kemudian berbalik menuju studio latihan. Sebelum masuk kedalam studio latihan, Donghae berhenti untuk menyapu beberapa kertas yang berserakan diatas meja. Donghae numpuk kertas – kertas itu menjadi satu kemudian melanjutkan langkahnya.

Bunyi getaran menghentikan langkah Donghae. Namja itu berhenti untuk merogoh saku celananya. Ia mengeluarkan benda persegi dari dalam sana lalu matanya menatap layar, sebuah pesan masuk baru saja dikirimkan seseorang. Dari Yoona. Melihat nama ‘Lee Yoong’ terukir diantara cahaya ponselnya membuat bibir Donghae melengkung.

From : Lee Yoong

“Oppa kenapa kau begitu jelek? Aku tidak bisa melupakan wajahmu. Kau menyebalkan :-p”

Jemari Donghae mematung diatas Keyboard ponselnya. Ia masih menyusun beberapa kata diotaknya. Sambil tersenyum, Donghae bersiap menekan huruf-huruf Hangeul diponselnya. Baru saja Ia mengetik huruf awal, seseorang menginterupsinya dari kejauhan. Donghae mendongak dan melihat Tuan Kim sedang mendekat kearahnya. Donghae cepat – cepat memasukkan kembali ponselnya. Jemarinya tanpa sadar menekan tombol ‘send’

“Cepatlah Donghae-ya, mereka sudah didalam.” Kata tuan Kim buru – buru.

“Mwo?!” Donghae kaget. Ia langsung menyimpulkan bahwa mereka pasti masuk melalui pintu utara, “Nde, baiklah.” Katanya lalu bergegas menuju ruang latihan.

Kosong. Begitulah pikiran Donghae ketika melihat suasana di ruang latihan. Ia menyapu pandangannya kearah masing – masing sudut ruangan. Donghae mulai penasaran. Ia melangkah masuk dan mengamati kolong meja, bilik – bilik ruangan atau apapun tapi tidak ada orang. Mungkin Tuan Kim salah lihat, atau managernya itu sedang membohonginya agar Ia bergegas, mungkin juga orang – orang itu tak lantas datang kemari, pikir Donghae.

Semua menjadi gelap. Jemari hangat dan lentik tiba – tiba hadir untuk menekan matanya agar mengatup. Donghae berdesis kaget sebagai reaksi atas kejutan yang Ia terima dari balik punggungnya. Donghae meraba – raba telapak tangan lembut yang menghalangi sepasang matanya. Sepertinya pemilik tangan itu adalah seorang yeoja. Tapi tidak mungkin yeoja itu Yoona, bukan?

“Tebak aku siapa.” Katanya. Donghae memutar otak. Ia mulai mengingat – ingat suara teman – temannya. Suara itu… Donghae mengenalnya. Suara itu terdengar akrab. Donghae mematung sejenak, memastikan bahwa apakah dugaannya kali ini meleset atau justru tepat sasaran ?

“J-jes…”

Perlahan – lahan matanya mulai menangkap cahaya. Satu demi satu jemari yang menekan matanya terlepas. Detik pertama Donghae tidak bisa melihat jelas mengenai, siapakah yeoja yang tahu – tahu sudah berdiri didepannya, pandangan namja itu masih buram. Donghae mengucek matanya lalu segalanya menajam. Wajah tirus yeoja itu disertai dengan senyum lebarnya langsung tertangkap jelas oleh mata Donghae.

“Jessica, Sica- ya? Sedang apa kau—“ Donghae tergagap tak percaya. Teman lamanya muncul setelah beberapa lama hilang komunikasi karena kesibukan masing – masing. Donghae belum bisa mengedipkan mata, melihat Jessica berdiri dihadapannya. Ia dan Jessica pernah satu sekolah. Sekolah music. Setelah lulus, Jessica memilih sibuk mengikuti training menjadi penyanyi di sebuah agency terkenal.

“Aku sudah menunggumu dari tadi. Aku bersembunyi dibalik pintu.”

“Huh?” Donghae menatap bingung. Jessica langsung mengibas – ibaskan tangannya didepan wajah Donghae. Ia tahu kalau namja itu belum sepenuhnya sadar.

“Eumm bagaimana kau bisa mengajariku untuk menyanyikan lagumu kalau keadaanmu masih seperti ini.” Ungkapnya prihatin.

Donghae yang mulai fokus, terbelalak mendengar ucapan Jessica, “Mwo, jeongmal? Aishh kau jangan bercanda.” Tanggapnya balas menatap prihatin.

“Aku serius Donghae-ya.” sangkalnya cemberut, “Apa tidak boleh ?”

Donghae terkekeh, “Aniyo, aku hanya terkejut. Kupikir kau lebih tertarik dengan lagu ceria , lagu dengan karakter mayor…”

“Aku bosan dengan lagu – lagu seperti itu. Hidup tidak akan menarik jika hanya didominasi oleh kesenangan. Aku merasa hal – hal seperti itu terlalu datar , kau tahu?”

Namja dihadapannya mengangkat bahu tak peduli, “Jadi kau ingin mencoba hal baru?” Donghae berjalan menuju sisi kanan dinding. Ia mulai mempersiapkan pianonya untuk dipakai sebagai alat musik utama.

“Kudengar Kim Taeyeon yang akan menyanyikan lagu ini. Tapi ketika kutahu bahwa itu adalah lagumu, aku langsung tertarik menyanyikannya.” Jessica bercerita selama Ia mengekori langkah Donghae. Yeoja itu mengingat lagi cerita dikepalanya. Dan Jessica ingat, sebelum masuk keruang latihan, Ia sudah mengusir beberapa kru agar dirinya bisa leluasa mengobrol dengan Donghae.

Donghae mengangkat alis dan mulai berdiri dibelakang piano hitam, berhadapan dengan Jessica. Ia lalu ber ‘oh’ panjang sebelum Jessica menceritakan hal lain, “Jadi kau merebut lagunya ? Ah, rupanya kau belum berubah, Sica-ya.”

“Sincah?” Jessica menatap ingin tahu, “Menututmu aku seperti apa?”

“Ani, Tidak apa – apa. Kau baik – baik saja menurutku.” Jawab Donghae tiba – tiba.

“Jangan berbohong.” Jessica menghentakkan kaki kanannya.

Donghae berpikir sebentar lalu tertawa, “Aku hanya tidak ingin kau sakit hati mendengar ucapanku.”

“Ah, bisa kutebak, berarti sifatku sangat buruk ya?” tanyanya sarkatis, memasang wajah cemberut.

“Bisa jadi.” Donghae mengangkat bahu. Ia mulai mengarahkan tatapannya pada tuts piano. Sementara itu Jessica menggerutu dalam hati. Donghae selalu saja berbicara setengah – setengah. Sejak pertama kali melihat Donghae di sekolah musik, Jessica mulai berpikir bahwa Donghae adalah sosok misterius. Jessica lalu tertarik mendekatinya dan jadilah… Mereka menjadi dekat sampai sekarang, bahkan setelah lama kehilangan kontak, hungan mereka masih seperti dulu. Tak ada kecanggungan sedikit pun.

Saat ini Donghae tengah memainkan nada – nada dasar untuk pemanasan. Jessica masih mematung memandanginya. Bagaimana pun, tatapan wajah Donghae yang memancarkan keseriusan selalu berhasil mengalihkan dunia Jessica. Bahkan seorang aktris yang tengah naik daun sepertinya masih terperangah.

Sayangnya sejak dulu, ada satu hal yang begitu Ia risaukan dalam diri Donghae adalah bahwa namja itu terlalu dekat dengan anak asuh keluarganya sendiri. Im Yoona…

………TBC…….

Aigooo akhirnya aku bisa mempublish part 4, setelah berbulan – bulan, aku bahkan lupa sudah berapa bulan lamanya (?)

Huhu sebenarnya aku berharap kalau readers yang nungguin ff ini dikit, supaya dosa aku karena udah menelantarkan mereka, gak banyak – banyak amet ><

Aku merasa bersalah sih… apalagi sempat rada pikun sama nih cerita, kan kesannya melalaikan tanggung jawab bangett #apa deh?

Semoga kalian suka dengan part ini. See youu byeee 🙂

Penulis:

nyanya nyinyi nyonyo :p

40 tanggapan untuk “FF YoonHae – Marry You, My Best Friend ! ( Part 4 )

  1. oooohhh ayolah…. aku benci TBC…. next part jgn lama2 yah… kalo bisa panjang critanya dua kali lipat dri biasanya. hahahaha kidding……. fghting chingu!!!!!! 🙂

  2. Akhirnya…….setelah sekian lama nunggu……
    Waduh kayanya bakal ada pengganggu nih…..?????
    Nextnya dtunggu….,

  3. .stlah skian lama d post juga ff.ny…
    Smpat lupa sama part sbelumnya jdi d baca ulang dh..

    Next part d tnggu…^

  4. Akhrnya d post juga ff.ny..
    Smpat lupa mha part sblumnya jdi hrus d baca ulang dh…

    Next part d tnggu..^

  5. Daebbakk ,cepet di next buat yoonhae moment nya makin banyak lagi 🙂 dan semoga gak harus ada masalah apa2 dengan kedatangan jessica

  6. Daebbak !! Semoga di next partnya lebih banyak YoonHae moment lagi 🙂
    dan semoga ,kedatangan Jessica gak bakal jadi masalah berat buat hubungan YoonHae yg baru membaik 🙂
    gak mau ada sedih2an terus !

  7. Aish itu jessica kenapa muncul jgn” mau ngerusak hbgan mereka lg. Mga” aja YH baik” aja hbgannya, lanjut thor jan lma” ngepost nya. Faighting!

  8. Kenapa disaat mereka udah baikan muncul orang ketiga???
    Nyebelin banget deh
    Semoga donghae imannya kuat yaaa
    Next thor

  9. Syukur deh kalo yoona udh mau nerima donghae. Itu knapa musti ada jessica sih? Bakal jd konflik ini -_- *sotak* pdahal udh cukup kok konflik2nya, kasian yoong entarnya 😦 yaudah next chapternya ditunggu kok thor, hwaiting! ^^

  10. aigoo.. lama amat nie FF d publishnya.. sampe lumutan aq nunggunya. hehehee
    syukur dech, akhirnya nie FF udh d post. aq tunggu kelanjutan FFnya.
    pokoknya FF nie DAEBAKK.. q tunggu konflik selanjutnya.. hehehee

  11. akhirnya ada lanjutannya nich ff, yoonhae mulai membaik hub.mereka nich.
    Bkin yo0nhae m0ment lebih bnyak dan sweet donkkkk….aduch knapa sica muncul disaat-saat y6 tdk tepat. Jgan bkin yoonhae pisah dgn kehadiran sica.
    Kyaknya tmbh pnjang nich ff.
    Pi lauw bisa tiap mgu bsa publis ff biar g kelamaan . Hehehehe

  12. Dan sayangnya yang nunggu ff nya banyak..
    *selamat menikmati dosamu ya thor, siapa suruh menelantarkan reader setia mu -,-
    *hahahaha* #Evilsmirk :p

    Ah, sudah muncul orang ke-3 nya ..
    Dan lagi lagi jessica eonni..
    Penasaran am kelanjutannya.
    Next part jangan lama lama ya thor

  13. aku baru buka lagi blog ini.terakhir baca yg part 2. dan sekalinya buka blog ini lagi udh sampe part 4 ditunggu part 5 nya

  14. Akhirnya setelah berbulan2 nungguin lanjutan ff ini. Di publis juga. #sujudsyukur

    jujur aja tadi sempet baca ulang part sebelumnya. Krna udah lupa sama jalan ceritanya. Wkwkw

    eh Ada neng Jessica nongol. Bakal jadi pengganggu YoonHae ngga ya kedepannya. Feeling aku sih eumm IYA. Semoga Donghae ngga tergoda ya. Kan Yoona dah nerima Donghae sepenuhnya.
    Trs kalau bisa jangan buat Jessica jadi peran antagonis ya, kauak suka kekerasan, menyakiti Yoona dll. aku suka YoonSic soalx. #gaknanya.
    Next partnya jangan lama2 ne?
    Fighting!!? Oke..

  15. Annyeong readers baru,^^ mian bru cpment di part ini soal nya di tntasin dlu bca’y hehe 😀

    Jgn blng khdran jessica bkal mempngruhi hbgn YoonHae ohh jgn smpe. Pnsran bgt jdi part slnjut’y jgn lma” ya hehe 😀

  16. lama baru di post ini fanfic…
    yoona blum sadar ya klo dia spertinya menyukai donghae..
    pnasaran sama masa lalu yoona..
    tmbah konflik nih kyaknya..dg adanya si jess…
    next part..jngan lama-lama ne..

Tinggalkan Balasan ke Lin Batalkan balasan