Diposkan pada Super Generation FF

SuGen FF YoonHae – Why I Hate You (Part 5)

Image

Title :  Why I Hate You

Author : Nana Shafiyah a.k.a Nana/Nasha

Genre : Romance, Family

Rating : PG-17

Cast : SNSD  Yoona, Super Junior Donghae

Other Cast : SNSD  member, Super Junior Sungmin, F(x) Sulli

Soundtrack :   SNSD  –  Day By Day

                       SUJU –  Reset

Annyonghaseoo…

Kali ini aku membawa lanjutan dari ff YoonHae yang udh kalian tunggu-tunggu #emang ada yg nunggu ?? kekeke

Langsung ajjah yahh..

Semoga kalian suka !!!

Happy Reading All…

Part 5

Adakah alasan untuk membenciku???…. “Why I hate you”

Pagi ini, Donghae memacu mobil putihnya dengan kecepatan diatas rata-rata. Ia mulai menyalip kilat mobil yang menghalangi jalannya. Hingga  tak ada satupun kendaraan yang berani mendekat. Namja itu mulai menambah kecepatan melebihi batas wajar.  Perlahan ia mulai mengurangi kecepatan dan berbelok kesuatu komplek perumahan. Hingga akhirnya, ia pun memeberhentikan mobil yang dikemudikannya didepan sebuah rumah.“TING NONG” Donghae menekan bell disamping pintu.

Pintu terbuka. Terlihat seorang Ahjumma sedang berdiri dibaliknya. Ia mengamati Donghae dari ujung kaki sampai keujung rambut.

“Ajhumma,..” sahut Donghae sambil menahan pintu yang akan ditutup kembali oleh ahjumma.

Donghae menatap ahjumma itu penuh harap, ”Aku hanya ingin bertemu dengan Yoona. Sebentar saja, kumohon”

“Mian, bukannya aku tidak mau, tapi ini perintah nyonya” tegas ajhumma itu.

“Kalau begitu izinkan aku beremu dengan Nyonya  dan tuan Im”

“Siapa yang datang ahjumma Min?” Sahut seseorang dari dalam.

Terlihat seorang yeoja paruh baya mendekat kearah pintu. Yeoja paruh baya itu sepertinya akan keluar rumah. Jelas, Ia memakai  kemeja merah dibalut oleh blezer hitam rapih. Warna merah kemejanya sungguh serasi dengan wajahnya yang merah mendidih. Berkobar diwajahnya sebuah api amarah yang mulai membara.  Membakar orang-orang disekitarnya. Termasuk namja yang sedang berdiri didepan pintu.

“Ini Nyonya Im..” kata Ahjumma.

Mata seseorang yang dipanggil nyonya Im itu menatap tajam namja yang berdiri mematung didepan pintu. Sorotan matanya seperti memancarkan aura kebencian. Itu pasti !

‘PLAAKK’ Untuk kesekian kalinya, Donghae kembali merasakan hantaman keras menimpa wajahnya.

Dengan nanar, Donghae menggesek pipinya yang perih akibat terkena tamparan. Sakit, tentu. Namun ini hanya bagian terkecil dari hukuman yang harus diterimanya. Hukuman akibat perbuatan jahat appanya.

“Berani-beraninya kau ! huh ! setelah apa yang keluargamu lakukan, kau masih berani menampakkan wajahmu ??” seru nyonya Im murka.

Sekuat baja, Donghae berusaha mengumpulkan tenaganya yang hilang entah kemana, “Mianhamnida, Umma”

“Mwo??? Mian…?? Dengar yah ! sampai kapanpun, keluargamu dan keluarga kami adalah ‘musuh’… Lebih baik kau buang saja kata maafmu, sekalian injak dan hancurkan !”

“Umma..”

“Pergi !!!” hardiknya..

Donghae menarik nafas kuat-kuat. Sepertinya ini bukanlah waktu yang tepat untuk memperbaiki semua. Semua, segala hal yang terlanjur kacau dan porak-poranda. Pergi, mutlak adalah pilihan terbaik baginya sekarang.

“Baiklah, Aku akan pergi, tolong sampaikan salamku pada Yoona..” ucapnya lemas.

“Cih…Sudah pergi sana !”

Donghae menghela nafas. Kemudian berbalik. Berjalan dengan perasaan bersalahnya. Ia masih memandangi rumah putih bertingkat dua milik Yoona. Halaman yang dipenuhi oleh bunga-bunga. Sangat cantik. Menggambarkan pemiliknya.

Yoona.

Namja itu takut, Yoona juga marah padanya. Ia takut Yeoja itu enggan menatapnya. Paling tidak, Yoona bersedia menemuinya. Juga berbicara barang sepatah kata. Memukulnya sekalipun, itu berharga. Sangat.

“Tittttttttttttttttttttttt…” Suara klakson mobil menancap tajam ditelinga Donghae.

Lamunan Namja itu dibuyarkan oleh sebuah mobil merah berisik dibelakangnya. Terlihat nyonya Im berusaha membuat orang yang menghalangi jalannya untuk minggir. Selangkah, Donghae bergeser kesamping. Membiarkan nyonya Im lewat dengan mobilnya.

Donghae menghela nafas. Mungkin besok Appanya akan menyita mobil merah itu. Ya Tuhan ! bagaimana ini?

“TRENGG”

“Awwww” Pekik Donghae saat merasa sesuatu dari belakang membentur kepalanya.

Apa itu? Donghae menatap benda yang kini terjatuh diatas rerumputan. Sebuah kaleng? Donghae mengangkat alis. Berusaha mencermati asal mula benda itu mendarat bebas dikepalanya.

Donghae mendengak. Namja itu merasa seseorang memanggilnya dari atas, “Apa?!”

………………………

Yoona mengerjap-erjapkan matanya yang sembab. Terasa perih. Yeoja itu menangis semalaman, mustahil jika matanya baik-baik saja. Ia lalu mengingat kejadian yang baru saja menimpanya. Rencana perceraian.

“Akhhh” Yoona menjambak rambutnya frustasi. Yeoja itu ingin menangis. Namun ia terlalu mengasihani matanya. Sebaiknya jangan.

“Tittttttttttttttt” Suara klakson mobil menusuk nyaring ditelinga Yoona.

“Huh ! siapa yang membunyikan klakson pagi-pagi begini, berisik sekali !” Runtuknya.

Dengan sekali hentakan, Yoona berhasil memijakkan kakinya. Tangannya mulai menggapai gordeng yang berjejer dijendela. Menggeser helaian kain itu hingga ketepi. Pemandangan luar yang tergambar dari lantai dua rumahnya, kini terpampang jelas. Pun tanpa diundang, sinar matahari sesuka hati masuk menembus jendela kaca kamar Yoona. Membuat mata sembab yeoja itu menyipit. Silau.

“Ternyata Umma..” gumamnya sambil menatap sinis.

Yoona mengendus pelan. Mendadak yeoja itu tertegun. Ia lalu membulatkan matanya lebar-lebar. Mengecek apakah ada yang salah dengan penglihatannya. Ah, sepertinya tidak.

“Sedang apa namja itu disana?” Gumam Yoona

Situasi yang bagus. Ummanya sudah pergi, “Donghae Oppa” Teriak Yoona dengan suara tercekik. Sial ! Kenapa suaranya malah menghilang disaat-saat seperti ini.

“Hei…” Panggilnya lagi. Agak kecewa. Namja yang disahutinya dari jendela lantai dua kamarnya itu, tak menoleh sedikitpun.

Percuma saja. Sebaiknya Yoona memikirkan cara ampuh agar Donghae berbalik. Ah, sebuah ide cemerlang singgah diotaknya. Buru-buru, Yoona menyambar minuman kaleng dimeja samping ranjang. Yeoja itu membuka dan membuang isinya. Kemudian mulai mengambil ancang ancang dari kaca jendelanya yang terbuka.

3,2,1, Yoona melempar kaleng tersebut. Sukses. Benda itu mendarat mulus dikepala Donghae.

“Hei…”

“Donghae Oppa, disini… diatas !!!” ucap Yoona sambil melambai-lambaikan tangannya dari atas jendela.

Berhasil. Donghae akhirnya berbalik. Menatap lambaian tangan Yoona. Namja itu mendekat kearah jendela kamar Yoona dilantai dua. Masalahnya, ada ahjumma Min. Donghae mustahil bisa masuk ke rumah Yoona.

“Gapai tali ini” seru Yoona usai mengambil sebuah tali tambang besar yang seratnya seperti sumbu kompor. Tali yang biasa digunakannya untuk bermain tarik tambang berama club dance GG.

Yoona buru buru mengikat tali itu pada kayu tegak yang membelah dua jendelanya. Yeoja itu kemudian menatap Donghae penuh keyakinan. Apa? Jangan bilang Yoona menyuruhnya naik kelantai dua kamarnya dengan tali itu.

“Naiklah, cepat ! sebelum ahjumma datang ! ayo!!” desak Yoona dari atas.

Ternyata benar ! sudahlah sebaiknya Donghae menyanggupi permintaan Yoona. Namja itu bersyukur, Yoona masih mau bertemu dengannya. Meskipun untuk terakhir kali. Demi Tuhan ! Jangan sampai.

“Ayo cepat !” desaknya lagi sambil menoleh kiri kanan.

“Ne, ne baiklah..” Katanya lalu mulai memanjat menggunakan tali itu. Dengan sekuat tenaga, Donghae menahan tubuhnya agar tetap seimbang. Dari atas, Yoona menatap Donghae penuh harap. Tatapan Yoona yang seperti itu seolah menambah energi dalam diri Donghae untuk terus berjuang. Berusaha untuk menggapai talinya sampai keatas.

“Ayo…” harap Yoona..

Nah, itu dia! Ujung talinya sudah mulai kelihatan. Dengan satu tangan Donghae berhasil meraih tiang jendela kamar Yoona. Dengan sigap, namja itu mengangkat tubuhnya keatas. Sangat sulit rupanya. Beruntung, ia bisa masuk melalui jendela itu.

Melihat Donghae berhasil menerobos kamarnya, Yoona buru-buru melepas ikatan tali yang melilit kemudian menutup jendelanya. Pintu kamarnya pasti sudah terkunci. Baguslah. Yoona hanya hawatir jika ahjumma Min mendapati mereka kemudian melaporkan kejadian itu pada orang tuanya.

“Kau pasti lelah” ucap Yoona sambil melap dengan sapu tangan kuning, keringat namja yang berdiri didepannya.

Donghae berusaha mengatur nafasnya yang tersenggal-senggal. Menghilangkan sesak didadanya yang kian bertambah karena kehadiran Yoona didekatnya. Yoona, apakah kau tahu? Namja yang berdiri didepanmu ini, ingin sekali memelukmu. Tapi apakah sekarang kau sedang marah padanya? Namja itu sungguh takut jika kau mengusirnya, terlebih jika mengucapkan kata perpisahan…

Yoona membisu. Sungguh ! ini sangat canggung. Pertengkaran keluarga membuat Yoona bingung harus berkata apa pada namja dihadapannya. Yoona takut. Kemungkinan besar hubungannya harus berakhir. Perceraian ! Ummanya berencana mengurus hal itu. Kini, apalagi yang harus ia pertahankan?

“Yoona-ah..” Donghae akhirnya membuka mulut. Mengamati wajah yeoja didepannya dengan seksama.

“Nde…”

“Matamu sembab, kau menangis ?” tanyanya khawatir. Donghae ingin sekali menyentuh wajah itu. Sungguh !

Yoona menggerak-gerakkan matanya, “Apa?!”

“Wae? Karena Appaku ?”

“Aniyo.. Aku… “

“Yoona-ah…”

“Aku…mmm…..” Ucap Yoona sedikit tersedu. Baiklah ! menyembunyikan perasaannya didepan Donghae adalah percuma. Yoona benar-benar payah dalam  melakukan hal itu.

“Aku…Hikzzz…”

Donghae menghela nafas. Perih saat melihat Yoona menangis. Perlahan Ia maju dua langkah. Mendekat kearah Yeoja yang menagis sendirian. Yeoja itu mematung membiarkan butiran bening bergelimang membanjiri wajahnya. Bahkan tanpa menyekanya sama sekali.

Dengan keras, Donghae mengigit bibir bawahnya. Membuang jauh-jauh pikiran bodohnya. Kemudian mendekap yeoja yang tengah bersedih itu, seerat mungkin.

“Menangislah..” gumam Donghae sambil menepuk pelan punggung Yoona.

Yoona mendengarkan suara detak jantung yang berayun lembut diantara tangisannya. Tangisan yang seakan tertumpah. Terbuang seluruhnya pada bahu namja yang tengah mendekapnya erat. Pelukan yang hangat. Yoona bisa merasakan itu. Ia berharap seterusnya  akan seperti ini. Mugkinkah ?

“Donghae Oppa” Panggil Yoona setelah melepas dekapan namja didepannya.

“Nde..”

“Kita.. kau tahu keluargaku marah…”

Donghae mengerutkan kening, “Aku tahu..Dan kau juga marah?”

Lemah dan pelan, Yoona menggeleng sambil menundukkan wajah.

Tatapan Donghae tak berkutik sedikitpun dari wajah sendu Yoona. Namja itu kemudian meraih tangan kanan Yoona. Menggenggam dan meletakkan tangan dingin itu di-dada kirinya.

“Tetaplah disisiku..” ucapnya sambil menatap lekat yeoja yang tengah tertunduk lesu.

Yoona mendelik. Menerobos masuk menuju titik terdalam dari mata namja yang tengah menatapnya lekat.

“Jadilah belahan jiwaku, selamanya..”

Untuk waktu yang lama, Yoona tertegun. Bingung harus berkata apa. Sejujurnya ia pun menginginkan hal ini, tapi?

“Yoona-ah, dengarlah permohonanku, untuk pertama dan terakhir..”

Dengan gagap, Yoona memberanikan diri untuk bersuara, “Aku.. Mianhe Oppa.. tapi aku..”

Wajah cemas Donghae bertambah ketika mendengar nada keraguan terucap dari bibir Yoona. Hatinya mulai terasa sakit. Layaknya tengah dicabik oleh beribu pisau tajam.

Namja itu menghela nafas sempit, “Yoona-ah, aku tahu kau…”

“Aku…”

“Kau akan menolakku?” gumam Donghae dalam batin

“Aku… Baiklah..”

Donghae mengangkat alis, “Apa?”

Lembut, Yoeja itu tersenyum sambil mengangguk pelan, “Baiklah.. aku…aku bersedia tinggal disisimu..”

Donghae beralih menyentuh kedua pipi Yoona dan mengangkatnya keatas. Membuat yeoja itu mendengak. Hingga mata mereka saling bertatap, “Benarkah?”

Pancaran tersipu mengiringi anggukan pelan Yoona sekali lagi.

Tuhan! Ini bukan mimpi. Mata donghae berubah berkaca-kaca, seperti air matanya akan tumpah. Siapa yang menyangka jika Yoona bersedia tinggal dengannya? Mungkin melompat  dari kamar Yoona, belumlah mampu untuk menggambarkan perasaan senangnya. Perasaan kini dan nanti.

“Gomawo, Yoona-ah..” ucapnya lembut sambil mendekap kembali yeoja didepannya.

“Gomawo, Donghae Oppa, karena masih menginginkanku tinggal disisimu..”

Yoona melepaskan pelukan itu lalu tersenyum simpul, “Kumohon jangan membuatku menyesal..atau, aku akan membunuhmu..!!”

Dengan senyuman, Donghae membalas pernyataan, atau semacam gurauan Yoona. Namja itu kemudian mendekatkan wajahnya ke wajah yeoja didepannya. Mendekatkan mata mereka. Hingga beberapa lama, bibir mereka saling bertemu. Hangat.

Beberapa detik kemudian Yoona melepaskan pertemuan itu. Binar keraguan tiba-tiba terlukis jelas diwajah ovalnya.

“Bagaimana dengan keluargamu?…mmm maksudku keluarga kita..?” Tanya Yoona tiba—tiba. Pertanyaannya itu membuat suasana mendadak tegang.

“Mereka tak perlu tahu.. cukup kita..” jawab Donghae..

“Maksudmu..???”

“Keadaan sekarang sangat rawan untuk mengatakan semuanya.. Hanya menimbulkan perpecahan.. Izinkan aku memperbaiki semuanya, dan membuat keadaan membaik..”

Yoona terdiam. Yeoja itu masih mencerna kalimat Donghae barusan. Mungkin benar sekarang situasinya sedang kacau. Akan bertambah buruk jika keluarga mereka mengetahui hal ini.

Dengan erat, donghae mengenggam pundak Yoona, “Tunggulah sampai situasinya membaik…”

Yoona hanya membalas setiap kalimat yang dilontarkan Donghae dengan senyuman. Sulit rasanya memberontak. Apakah ini berarti, Ia sudah sangat mempercayai namja dihadapannya?

Donghae merogoh saku celanya hendak mengambil sebuah benda, “Ini, ambillah !!” ucapnya menyerahkan sesuatu.

“Handphone-ku?”

“Benda itu tertinggal didalam tas selempangmu !”

Tok tok tok

“Ahgassi, sarapan dulu..” sahut Ahjumma Min dari luar pintu.

Yoona kembali tertuduk lesu, “Aku tidak lapar” gumamnya.

“Yoona-ah, kau harus makan !! Aku tak ingin melihat tuan putri cantik didepanku kurus kering..” timpal donghae.

“Kalau tidak lapar, masa harus makan?”

“Kau belum makan kan? Mungkin dari saat ummamu menyeretmu kemari ! Ayo cepat ! atau aku yang akan menggotongmu kehadapan Ahjumma Min !”

“Kau ingin dimakan ummaku?”

“Biarkan saja..”

“Ahgassi..” panggil ahjumma Min sekali lagi.

“Ya sudah ayo..” desak Donghae

“Ya, ya, ya “ Sahut Yoona  kemudian melanjutkan dengan suara dikecilkan, “tapi setelah ini kau mau kemana?”

“Aku ingin ke, kantor..”

Mendadak suasana hening. Yoona dan Doghae hanya saling bertatap sambil mengartikan tatapan itu masing-masing. Yoona sesekali tertunduk lalu tersenyum.  Membuat namja didepannya ikut melakukan hal yang sama.

“Nah, berarti aku harus mengalihkan pandangan ahjuma Min, agar kau bisa keluar !” sambung Yoona tiba-tiba.

“Baiklah terserahmu !”

Perlahan Yoona melangkahhkan kakinya kearah pintu. Dibukanya pintu putih itu sedikit. Mungkin hanya kepalanya yang terlihat dari luar.

“Ahjumma..”Panggil Yoona

“Ahgassi, sarapan dulu !!!” khawatirnya.

“Ahjumma ! aku ingin ahjumma melihat sesuatu di toilet kamar umma, sepertinya kerannya bocor..” pinta Yoona.

“Mwo? Masa?” ragu ahjumma..

“Cepatlah ahjumma !!! Sebelum ahjumma melihatnya, aku belum mau sarapan !”

Ahjumma Min berfikir sejenak, “Ne, ne, ne, tapi ahgassi harus makan !”

Yoona mengangguk, kemudian memberikan sebuah isyarat kearah Donghae. Tanda bahwa yeoja itu akan menghubunginya jika keadaan sudah aman. Saat itulah Donghae harus keluar dari tempat persembunyiannya.

Setelah Yoona pergi dengan Ahjumma Min, Donghae melihat pemandangan kamar Yoona. Namja itu baru pertama kalinya kemari. Terlihat kamar yang dipenuhi cat berwarna pink muda itu, dipenuhi oleh bingkai photo disetiap dindingnya. Photo Yoona dengan teman-temannya. Photo Yoona dengan orang tuanya dan photo Yoona semasa SMA.. Donghae tersenyum jika mengingat masa itu.

Drt..drt..drt..

From : My Princess

Keadaan sudah aman ! cepatlah..

To : My Princess

Baiklah jagiya…

Jaga dirimu..

From : My princess

Ok….

Donghae akhirnya berjalan mengendap-endap menuju pintu rumah Yoona. Suasana dirumah itu cukup lengang. Suasana yang bagus untuk keluar.

Clekk..

Namja itu membuka gagang pintu sepelan mungkin. Diliriknya kanan dan kiri. Sepi. Bukankah ini terlihat seperti akan menyatroni rumah seseorang?

Buru-buru Donghae menuju ketempat dimanana mobilnya diparkir. Tepatnya disamping jalan kecil depan rumah Yoona. Namja itu segera membunyikan mesin mobilnya, “Yoona-ah tunggulah ! sampai keadaan membaik..” gumamnya.

………………………

Donghae berjalan melewati koridor gedung perusahannya. Ia menuju ruang kerja yang belakangan ini menjadi sebuah momok menakutkan. Dilihatnya seseorang yang sedang duduk melihat kearah jendela. Orang itu duduk disebuah kursi yang sering ditempati namja itu. Seseorang yang sedang memakai jas dan terlihat rapih kini sedang memutar kursi beroda itu kekanan dan kekiri.

Donghae menyipitkan matanya dan berusaha mengenali orang yang sekarang tengah duduk membelakanginya, “Sungmin hyung?”

Orang yang dipanggil Sungmin oleh Donghae itu akhirnya berbalik. Benar, Orang itu memang Sungmin. Kakak Laki kaki Donghae.

“Ah, Donghae-ssi… kau sudah datang !” sambut Sungmin tersenyum menyeringai.

“Sedang apa disini?” tanya Donghae penasaran. Mungkin ada sesuatu yang membuat Sungmin datang keruangannya.

“CLEKKKKKKK”  Seseorang dengan terburu buru membuka pintu ruangan.

“Sungmin !” seru orang  itu.

Donghae menoleh. Ternyata orang itu adalah appanya.

“Appa, kau juga disini?” tanya Sungmin dengan santainya.

“Keluar !!!…” Perintah tuan Lee pada Sungmin tanpa basa basi.  Namun anak itu hanya tersenyum enteng sambil memutar-mutar kursi yang didudukinya.

“Lee Sungmin. Cepat keluaaarrr!” perintahnya lagi.

“Sungmin kau tidak mendengarku? Cepat, sebelum aku menyuruh orang untuk menyeretmu” bentak  tuan Lee.

“Appppaaa!” bentak Sungmin balik.  “Aku bukan lagi berandalan seperti dulu, aku sudah belajar, izinkan aku membuktikannya !” Sungmin menjelaskan.

Tuan Lee menarik nafas panjang, “Apa kau bilang? Belajar? Maksudmu belajar berpesta, belajar ke club dan menganggu ketenangan?  belajar berfoya-foya begitu, huh?

“Bukankah aku ini anak kandung  appa? aku ingin mencobanya, apakah salah???” sahutnya

“Kau ini dasar !!!” Tuan Lee mulai kesal karena ucapan Sungmin. Ia melangkahkan kakinya hendak memukul anaknya namun, Donghae  dengan cepat menahan tindakan itu, “Sudah Appa, jangan buat keributan !”

Sungmin membuang mukanya tak sudi, “Heh, Donghae-ssi kau bukan siapa-siapa disini..”

“Sungmin hyung cepatlah keluar !” perintah Donghae sekali lagi.

Pelan, Sungmin berjalan ketempat Donghae dan Appanya berada, “Kau lihat saja !”

Donghae terkekeh sembari membatin, “Tindakan konyol apalagi ini !”

Dengan cepat, sungmin menghilang dari ruangan itu. Sekarang hanya tinggal Donghae yang sedang menatap tajam kearah Appanya, “Appa akan menyita semua aset keluarga Im?”

“Yah, seperti dugaanmu ! ini karena Investasi yang dilakukan perusahaan kita pada perusahaan mereka merugi, jadi apa salahnya jika disita?”

“Investasi? Investasi basa-basimu kau bilang merugi? Dan ini akibat dari penarikan investasi raksasa atas nama group kang yang kau buat sendiri? Lucu sekali ! sudahlah, sebaiknya Appa keluar..”

Namja paruh baya itu berbalik menatap tajam, “Donghae dendam kita masih beranjut ! ingat itu !” Tuan lee memperingatkan. Kemudian lekas menghilang dari Balik pintu.

Donghae mengepalkan tangannya keras-keras, “Akhhh..” geramnya.

“Tuhan ! kenapa Appa jadi seperti ini !”

Baiklah. Sekarang saatnya namja itu memulai pekerjaannya. Berkas-berkas dimeja itu telah menunggu diperiksa dan ditanda tangani. Juga ada banyak masalah yang harus dipikirkan solusinya. Termasuk masalah Appanya yang masih bertahan pada peringkat satu.

Drt…. drtt..drtt.. Satu pesan masuk.

From: My Princess

Oppa Hwaiting !!!

Sebuah senyuman tiba-tiba merekah dari bibir Donghae. Padahal hanya membaca sebuah pesan singkat, susana hati namja itu berubah drastis. Apapun itu, mengingat Yoona adalah energi baginya. Sungguh !

……………

Seusai kelas siang tadi, Yoona hanya duduk merenung. Yeoja itu duduk sambil mengaduk-aduk jus jeruknya tanpa menyeruputnya sama sekali. Pikirannya sekarang tengah melayang. Pergi jauh menerawang masa depannya nanti. Bagaimana ini?

“Hei, Im Yoona-ah..” Seru seseorang dari belakang.

Nafas Yoona menyesak. Suara itu jelaslah sangat mengagetkan, “Sunny-ah, Taeng, kalian sangat mengganggu !”

“Hei, kaulah yang menganggu kami, sejak tadi hanya diam, lesu dan lunglai, sebenarnya ada apa denganmu?” semprot Taeyeon.

Yoona menghela nafas lesu lalu tertunduk, “Keluargaku  bermasalah lagi.. Perusahaanku bangkrut dan semua itu karena appa Donghae.. Dia ingin membalas dendam atas perlakuan appaku dulu yang dituduh memanipulasi dan membawa kabur uang perusahaan mereka, juga memutar balikkan fakta… Jadi aku.. aku harus ..bercer.. mmm maksudku memutuskan hubungan dengan Donghae” Jelas Yoona panjang lebar.

Yeoja itu malas jika harus menjawab pertanyaan temannya tentang masalah Keluarga Lee dan Im. Jadi sebelum mereka berkicau dengan berbagai pertanyaan, lebih baik jika ia menceritakannya secara panjang lebar.

Terlihat Sunny dan Taeyeon hanya terdiam mendengar ujung cerita Yoona. Mereka hanya menancapkan tatapan prihatin. Teman Yoona itu saling bertatap sendu.

Taeyeon menepuk pundak Yoona pelan, “Tenang masalahmu pasti ada jalan keluarnya”

“Bagaimana reaksi Donghae?” timpal Sunny.

Yoona mendelik, “Hmm, dia menyuruhku menunggu, sampai urusannya dengan appanya selesai… Dia ingin aku tetap tinggal disisinya tapi.. mungkin agak sulit.. “

“Yoona-ah jangan bilang jika kalian akan backstreet?” terka Sunny.

“Apa?!”

Drrtt..drtt…drt… Getaran handphone Yoona menggema. Yeoja itu memandang layar handphonenya. Kemudian buru-buru mengangkatnya.

“Yoboseyo” sapanya

“Aku? sedang bersama temanku.. kenapa?”

“Apa? sore ini? Baiklah..”

“Dah.. “ ucapnya menutup teleponnya sambil tersenyum senang.

Sunny dan Taeyeon hanya saling berpandangan melihat tingkah temannnya. Bukankah sejak tadi temannya itu sedang sedih?

“Hei, siapa yang menelpon? dia?” Terka Taeyeon.

Yoona mengerutkan kening, “Dia??” Kemudian mengangguk, “Oh…”

“Kalian benar-benar akan backstreet..?” tatap sunny penuh minat.

“Hey, kami bukan remaja labil ! hubunganku dengannya sudah resmi !” tampik Yoona.

Sunny mengerucutkan bibir, “Tetap saja, keluargamu akan marah besar jika mengetahui ini!”

“Mungkin.. Entahlah…” ucapnya mengangkat bahu lalu menghela nafas pelan.

………………….

Ditengah sore, Yoona buru-buru melangkahkahkan sepasang kakinya menuju mobil putih didepannya.Yeoja itu membuka pintu lalu duduk tepat didekat bangku samping kemudi.

Yoona tersenyum pada namja disampingnya sekilas. Kemudian memasang sabuk pengamannya, “Hy..” sapanya.

“Hy.. Aku datang tepat waktu..?” tanyanya.

“Aniyoo, kau datang sebelum aku datang.  Itu namanya bukan tepat waktu..”

Namja itu berpikir sejanak,“Baiklah, Aku membuatmu menunggu?” ulangnya.

Yoona kembali tersenyum, “Tidak.. mm tapi kita mau kemana?”

“Kesuatu tempat.. nanti kau juga akan melihatnya”

Sebenarnya dia mau kemana? Pikir Yoona dalam batin.

Namja itu memang sering membawanya kesebuah tempat tanpa memberitahu letaknya lebih dahulu. Benar-benar membuat orang penasaran !

Perlahan Donghae mulai membelokkan mobilnya kesebuah persimpangan. Yoona melihat pemandangan tempat itu dari kaca jendela. Lokasi yang berbukit  dan tandus. Ini seperti daerah pemakaman. Makam?

Mobil pun berhenti. Donghae turun dari mobil dan langsung mengambil sesuatu pada jok belakangnya. Sebuah bunga, air mawar dan berbagai perlengkapan untuk berziarah lainnya, sudah tersedia.

“Sini aku bawakan” ucap Yoona membantu namja yang tengah sibuk membawa bunga.

Mereka berjalan mencari sebuah makam. Yoona sesekali melirik namja yang berjalan disampingnya. Sedih. Yoona bisa melihat pancaran itu.

“Appa aku membawa seseorang kemari” ucap Donghae setelah tiba didepan sebuah makam.

“Anyong Haseyo, Im Yoon-ah imnida” Yoona memperkenalkan diri didepan makam appa kandung Donghae. Mereka lalu menaruh sebuket bunga mawar di makam bertuliskan nama ‘Lee Young Min’. Setelah itu mereka bersembahyang untuk mendoakan appa Donghae yang sekarang sedang berada disisi-NYA.

“Appa. Mohon restui kami” Donghae membungkuk pada makam appanya dan diikuti oleh Yoona yang tengah duduk disampingnya.

Donghae mematung menatap makam bernisan biru didepannya. Sesekali namja itu tersenyum. Seperti tersenyum miris.

“Appa, kau ingat? Dulu kau pernah berkata jika aku harus memilih apa yang seharusnya kupilih dan menyingkirkan apa yang kuragukan. Aku bingung apakah keputusanku ini salah ! tapi mungkin lebih baik jika aku melakukannya…”

Mata Yoona masih mengarah pada Donghae. Namja itu sedang berbicara didepan makam appanya. Namun Yoona sama sekali bingung dengan maksudnya. Donghae berbicara layaknya seseorang yang sedang, ngelantur. Baiklah, sebaiknya Yoona mendengarkan.

“Appa, aku membawa seseorang yang membuatku yakin dengan pilihan itu. Demi dia aku rela menyingkirkan semuanya..”

Drt..drt..drt.. getaran handphone Yoona kembali menggema. Gawat ! seseorang menelponnya disaat-saat membingungkan. Yoona menatap Donghae yang sedang memandang kearahnya. Agak ragu Yoona tersenyum sambil mengangkat bahunya.

“Angkatlah..” Katanya..

“Ah ne..”

Dengan tangan berhamburan Yoona buru buru mengangkat teleponnya.

“Yoboseyo..” sapanya sambil tertunduk..

“Ne Appa”

“Mwoooo?” kaget Yoona sambil membuka mulut selebar-lebarnya.

Mendadak wajah Yoona memucat. Bahkan Yeoja itu belum menutup sambungan teleponnya. Donghae bisa mendengar seseorang diseberang sana sedang memangil-manggil nama Yoona. Orang itu mungkin Appanya. Bukan mungkin, tapi pasti. Apa yang terjadi? Masalah lagi ?

“Yoona-ah kenapa?” tanya donghae pelan.

Yeoja itu hanya menggeleng bingung, “Kita.. aku… harus pulang..”

“Wae ?”

“Appa.. Umma… hikz..” ucapnya dalam tangisan.

Sekali Lagi, Donghae bisa menduganya. Appanya itu pastilah enggan untuk memberhentikan aksinya.

Donghae bergeser sedikit. Kemudian mendekap Yoona dalam pelukannya, “Yoona-ah, mianhe..”

……………………..

Donghae menepikan mobilnya. Namja itu memandang Yoona dari kaca spion didepannya. Wajah cemas dan ketakutan. Melihat wajah itu semakin membuatnya merasa bersalah. Sebaiknya ia harus bergerak cepat.

“Aku pergi dulu.. “ ucapnya sambil tersenyum. Kemudian membuka pintu mobil disampingnya.

“Yoona-ah tunggu..” cegah Donghae.

Yoona berbalik dan sedikit menyeka air matanya, “Ne..”

“Hubungi aku jika terjadi sesuatu.”

“Baiklah..” jawabnya lalu segera memijakkan kaki kirinya.

Buru-buru Yoona berlari menuju rumahnya. Kerikil besar yang mengganjal dibawah sepatunya terus saja ia terjang. Nafas yeoja itu semakin berkejaran. Sedikit gesekan, Yoona menyeka keringat dikeningnya. Rahangnya menegang ketika melihat sesuatu. Tepat dihadapannya.

“Apa yang terjadi ?” ucap Yoona sendiri, saat tiba dihalaman rumahnya.

Pemandangan mengerikan. Rumah bertingkat dua dihadapannya tengah dipenuhi oleh segerombol orang berpakaian kemeja biru seragam.  Mereka membawa selembar kertas berwarna merah dan ditempelkannya diberbagai barang-barang disana. Ini seperti?

Yoona masuk menerobos orang orang yang menghalangi jalannya. Orang-orang berpakaian seragam biru itu menatap Yoona dengan tatapan sinis. Salah satu dari mereka juga terlihat sedang terkekeh pelan.

Dilihatnya Nyonya Im, ummanya sedang berteriak histeris, sedangkan Tuan Im, Appanya sedang berbicara dengan seorang namja berwajah sangar.

“Umma, apa yang sebenarnya terjadi?” Tanya Yoona saat menghampiri ummanya

“Yoona-ah, rumah kita Yoona, barang-barang kita disita..” isak nyonya Im.

“A-ap-a??”

“Bagaimana ini ? Bagimana?”

Yoona menatap Ummaya yang sedang kebingungan. Didekapnya yeoja paruh baya itu erat, “Sudah umma..” ucapnya menenangkan.

Nafas nyonya Im semakin menyesak, “Ini semua karena mereka, kenapa, kenapa mereka tega sekali…. hikz….hikzz.. Omoo… hhhik..”

Perih, Air mata Yoona ikut tertumpah, “Umma jangan menangis.hikz….”

Tangis nyonya Im terhenti. Suaranya tiba-tiba menghilang, “Umma.. umma…” panggil Yoona menepuk nepuk pipi nyonya Im yang jatuh pingsan.

“In Young.. bangun..” panik tuan Im datang menghampiri.

Tuan Im langsung membopong istrinya yang tengah pingsan itu kedalam kamar.

“Umma…. bangun..” ratap Yoona sambil memandang Ummanya yang sedang terbaring.

Dengan sendu, Tuan Im menatap wajah anaknya, “Yoona-ah, kita harus pindah dari sini, seminggu lagi rumah ini akan disita. Setelah urusan Appa selesai kita pindah ke Busan”

“Apa? Ke Busan.. Aniyo Appa aku tidak mau..”

“Yoona kita tidak punya keluarga di Seoul”

“Tapi aku harus melanjutkan kuliah appa ! aku.. aku bisa bekerja sambil kuliah disini..”

“Yoona-ah..”

Yoona menarik nafas panjang, “Appa, cukup ! Appa sudah mengacaukan hidupku sekali ! Cukup sekali Appa !” tegas nya.

Sunyi. Tuan Im hanya terdiam mendengar penegasan yang dilontarkan anaknya. Penegasan yang sangat menusuk pendengaran. Hal yang justru menambah daftar panjang seutas penyesalan dalam hidupnya.

“Yoon-ah anakku..” rintih nyonya Im dengan setengah sadar.

“Umma..”

“Kau ikuti saja appamu, ini juga demi kebaikanmu…”

“Umma, Appa ! aku bukan lagi anak kecil ! aku bisa menjaga diriku..! aku akan membuktikannya, aku bisa bekerja, aku bisa kuliah, semua aku bisa melakukannya asal aku berusaha..!”

Tangis Yoona tertumpah.Yeoja itu merasa semua orang memojokkannya. Bahkan orang tuanya sekalipun. Sekarang keadaannya semakin buruk. Keluarga Lee akan menyita rumah mereka seminggu lagi. Kebencian keluarganya pastilah semakin bertambah. Jika demikian, bagaimana bisa yeoja itu memperbaiki semuanya? Semua, segala sesuatu yang terlanjur hancur.

Yoona bangkit dari posisinya. “Umma, Appa, aku ke kamar dulu !” ucapnya lalu bertolak menuju pintu keluar.

“Yoona-ah pikirkan ucapan Appa” seru tuan Im menghentikan langkah Yoona.

Yoona berbalik, “Appa juga harus memikirkan ucapanku !”

……………………………..

Donghae tengah menimbang-nimbang handphone dalam genggamannya. Ditatapnya layar monitor benda kecil itu. Kosong. Ia berharap seseorang disana baik-baik saja. Semoga yeoja itu maksudnya Yoona dijauhkan dari hal buruk apapun. Sebaiknya Donghae memastikan hal itu. Tapi, bagaimana jika sekarang yeoja itu sedang kesal? Kesal kenapa? Donghae sangat ingin tahu jika itu benar.  Perasaaan seperti ini sangatlah membingungkan.

Ditatapnya handphone itu sekali lagi. Benar, Namja itu merasa jika ia harus memastikannya sendiri. Ia pun bergegas mencari nomer Yoona dikontak teleponnya. Namun sepertinya agak tertunda,

“Sorry..sorry..” alunan lagu dari handphone yang dipegang Donghae tiba-tiba terdengar. Namja itu langsung berdecak kesal.

“Yoboseyo..” sapanya segera.

“Yoboseyo..”

“Ini siapa?”

“Aku pengacara Park, tadi aku tidak mengangkat teleponmu”

“Oh,, Mianhamnida.. aku memang menelponmu..”

“Ada masalah?”

“Mmm begini pengacara Park, bisakah kau datang kekantorku besok pagi?”

“Oh, baiklah…”

“Maaf mengganggu..”

“Tak apa.. aku pasti datang…”

“Aku sudah sering merepotkanmu..”

“Sudah santai saja…”

“Mungkin aku mengganggumu.. mmm…kalau begitu selamat malam, sampai jumpa besok !”

“Yasudah, sama-sama”

Cukup lama Donghae berkelut dengan pikirannya. Tujuan awal ingin menghubungi Yoona terlupakan begitu saja. Pikiran tentang appanya membuat tubuh namja itu menengang. Meredam dendam appanya adalah hal yang mutlak dilakukannya sekarang. Sebelum semua terlambat. Sebelum appanya bertindak lebih jauh. Dan sebelum Yoona… tunggu ! Yoona?

“Tulalitt..tulalitt..” terdengar dentingan nyaring ditelinga namja itu.

Donghae mengigit bibir bawahnya, “Sesuatu terjadi?”

“Tulalitt… tulalit…”

“Akhhh” Donghae mengacak rambutnya frustasi. Ingin rasanya ia berlari ketempat Yoona sekarang juga. Harapan yang mustahil.

Donghae menghempaskan tubuh lelahnya diatas ranjang. Namja itu menghela nafas panjang kemudian memejamkan matanya perlahan. Mata yang sangat sulit terpejam ditengah malam yang panjang. Bukannya terlelap, pikirannya malah berkeliaran menuju usaha balas dendam appanya. Tentang Yoona. Yeoja yang harus ia selamatkan dan sebuah dendam yang harus diredamnya.

………………

Pagi ini , Yoona bergelatungan ditepi jalan. Seperti tekadnya, yeoja itu harus menemukan pekerjaan. Semua agar kedua orang tuanya tidak lagi semena-mena. Setidaknya, Yoona bisa membuktikan jika dirinya mampu bertahan hidup secara mandiri.

Sepertinya terasa ada yang kurang. Yoona mengerutkan kening mencoba mengingat. Ah, yeoja itu mengingat jika dari kemarin Donghae belum menghubunginya. Namja itu lupa atau pura-pura lupa? Sungguh menyebalkan.

Yoona mengacak tas selempangnya. Diraihnya benda kecil diantara barang-barang yang bertebaran didalam tas coklat itu.

Mata sipit Yoona membulat, “Apa? 23 panggilan tak terjawab?”

Buru-buru Yoona melihat nama sang penelpon, “Donghae?”

Berarti sejak tadi dirinya-lah yang menyebalkan! Yoona menggerutu sendiri kemudian menggetok kepalanya keras.

Drt…drt..drt…

“Yoboseyo.” Seru Yoona semangat.

“Hei, kenapa baru mengangkat?” kesal seseorang diseberang sana.

“Aku melupakan handphoneku ! masih dirumah?”

“Anio, aku di mobil, baru saja aku akan kerumahmu..”

Yoona kembali membulatkan matanya, “Apa?“ Ia lalu menahan nafas yang tercekat ditenggorokan,”Oppa !! kau ingin dikubur hidup-hidup oleh ummaku..” kesalnya

“Dikubur hidup-hidup? Baiklah, Aku mau asalkan itu bersamamu..” balasnya sambil terkekeh.

Yoona mengerucutkan bibir, “Huh, aku serius.. Dan jangan bilang kau juga serius..”

“Baiklah, hanya bercanda… mmm kau dimana?” tanyanya

“Aku ditepi jalan depan mini market ! “

“Sedang apa tuan putri cantik disana?”

“Mmm…hanya berjalan iseng..” Ucapnya dengan senyum merekah.

“Berjalan iseng? Baiklah tunggu aku disana”

“Ne..” Ucapnya lalu menutup telepon.

Yoona menatap layar handphonenya, “Ne Jagi… “

Kekanan dan kekiri Yoona memalingkan pandangannya. Yeoja itu lalu mendudukkan tubuhnya diatas teras minimarket. Ia menghela nafas kemudian melirik jam tangannya sekilas. Waktu baru berjalan sepuluh menit semenjak namja itu menelpon. Bahkan baru sepuluh menit, waktu terasa sangat lama.

Yoona memejamkan matanya. Sangat lelah tepatnya mengantuk. Sejak malam tadi, yeoja itu hanya tidur tiga jam. Pikirannya terlalu sibuk memikirkan masa depannya nanti. Imbasnya, sekarang matanya terasa sangat lengket. Tanpa terasa mata itu malah terpejam dengan sendirinya.

“Yakk,,” Kaget Yoona.

“Hei siapa…” ucap Yoona saat merasa tangan dingin seseorang sedang menutup matanya.

Yeoja itu lalu meraba-raba tangan yang menutup matanya, “Aku tahu… Donghae Oppa, sudah mengaku saja !”

Namja yang dipanggil Donghae itu langsung mengambil posisi persis disamping kanan Yoona, “Kelihatannya kau sedang mengantuk? Aku menganggu mimpimu?” tanyanya.

“Aniyo, hanya mengagetkan..”

Donghae menepuk nepuk bahunya, “Letakkan kepalamu..” ucapnya sambil menatap Yoona.

“Apa? Aku malu..”

Tangan Donghae mendorong pipi Yoona mengarah kepundaknya, hingga Kepala Yeoja itu bersandar dibahunya, “Lakukan saja, pagi-pagi begini, jalanan masih sepi”

“Huee,..” pasrah Yoona tetap menyandarkan kepalanya pada bahu namja disampingnya. Lagi pula ini menyenangkan.

“Dimana mobilmu diparkir ?” tanya Yoona kemudian.

“Dibelakang mini market” jawabnya.

Yoona mengangguk mengerti, “Oh..”

“Yoona-ah, bagaimana keluargamu?”

Nafas riang Yoona menurun, “Oppa, kau mengacaukan suasana hatiku..!” timpalnya agak sebal.

“Mian…”

Yeoja itu menghela nafas, “Rumahku disita seminggu lagi dan aku harus pindah ke Busan. Aku tidak mau pindah ! sekarang, aku harus mencari pekerjaan agar mereka bisa mengizinkanku tinggal !”

“Aku masih bisa membiayaimu. Yoona-ah, Kau masih tanggung jawabku..” tampik Donghae.

“Ne, ara, tapi orang tuaku akan langsung membopongku pulang jika aku berkata seperti itu ! Aku hanya ingin membuktikannya..”

Donghae terdiam dalam pikirannya, “Baiklah,” ucapnya kemudian.

“Tapi jangan bekerja terlalu keras, dan pentingkanlah kuliahmu..” sambungnya.

“Gomawo..” girang Yoona kemudian tanpa sadar memeluk namja disampingnya.

Donghae membalas pelukan itu dengan senyuman. Disisi lain seorang ahjussi sedang menatap mereka tajam.

“Hei, aduh ! kenapa pacaran disini, cepat pindah !!!” geramnya.

Mendadak kedua orang itu menjadi salah tingkah, “Ne.. ahjussi mianhamnida..” ucap Yoona dan Donghae menunduk menyesal secara bersamaan. Mereka akhirnya angkat kaki dari tempat itu.

“Ckckckc, pagi-pagi sudah pacaran” Gumam ahjussi menatap punggung dua orang yang berjalan meninggalkannya.

Yoona berjalan merangkul tangan namja disampingnya, menuju parkiran. Semilir angin pagi mulai menyambar rambut mereka. Sangat menyenangkan.

“Sorry..sorry..” alunan sebuah lagu berdering nyaring diantara suasana hening.

“Yoboseyo..” sapa Donghae. Sementara itu Yoona hanya menggerutu. Yeoja itu sungguh sebal dengan orang yang menelpon disaat-saat seperti ini.

“Apa? Pengacar…ah, Sudah datang? Baiklah..” katanya lalu buru-buru menutup teleponnya.

Yoona menatap namja disampingnya lekat, “Siapa?”

“Ah, itu mmm para dewan direksi sudah datang, aku…”

“Harus pergi.. ?” timpal Yoona lesu.

“Kau mau kemana setelah ini? Biar kuantar…”

“Tak usah, pergilah…” jawab Yoona malas.

Donghae memandang wajah yeoja didepannya dengan perasaan menyesal. Sepertinya Yoona kecewa. Baru saja mereka bertemu, pastilah ia sedih. ‘Yoona-ah mian, tunggulah sampai aku menyelesaikan masalah ini’ batinnya.

Dengan wajah berkerut, Yoona menatap mobil putih yang mulai berjalan didepannya. Menatapnya hingga menghilang dari jangkauan penglihatan. Namja itu pasti belum sarapan. Baru saja ia berniat mengajaknya.  Seseorang yang menelpon tadi benar-benar menjadi pengacau pagi ini.

“Akhh..” Yoona menendang kaleng didepannya dengan hentakan keras.

“Heeee hikzz… hikzz.. “

“Apa? Aduh bagaimana ini? Kaleng itu pasti terpental..”

Yoona mendekat kearah sumber suara. Terlihat seorang anak perempuan yang kira-kira berusia empat tahun sedang menangis sendiri. Anak itu berjongkok sambil memegang kepalanya. Pasti anak itu baru saja terkena kaleng yang ditendang Yoona berusan.

“Anyonghaseyo.. anak manis, sedang apa disini?” tanya Yoona lembut setelah berdiri dihadapan anak itu.

“He…hikz…”

Yoona ikut berjongkok menyejajarkan possinya, “Kenapa? Apa karena kaleng itu..” Ucapnya lalu menunjuk kaleng yang tergeletak ditanah.

Anak itu menggeleng, “Aniyoo…”

Alis Yoona terangkat, “lalu?”

“Eonnie… aku… aku  dan teman temanku, ingin ikut lomba menari, tapi tidak ada yang mengajar, guru kami sedang sibuk…. hikzz.. aku sedih… “

“Apa?” tegun Yoona dengan senyum merekah.

……………………………..

Dengan hati-hati Donghae memeriksa beberapa dokumen diatas meja kerjanya. Pengacara park yang duduk berseberangan juga dengan seksama menyocokkan beberapa dokumen. Mata mereka terus memperhatikan gerak angka pada sebuah layar komputer.

“Donghae-ssi, kau yakin akan melakukan ini?” ragu pengacara park.

Donghae menghela nafas, “Aku berbohong jika kubilang aku yakin, tapi sedikit saja keraguan akan menggoyahkan sekokoh keyakinan.”

Pengacara park mengangkat alis. Ia lebih memilih menuruti permintaan client-nya. Mungkin Donghae sudah memikirkan hal ini matang-matang. Tak ada alasan untuk bersikap cemas. Namun pengacara park khawatir tindakan ini malah akan membahayakan client-nya.

Beberapa jam, menit, detik pun berlalu. Kedua orang itu masing-masing sibuk berkutat dengan berkas-berkas didepannya. Hingga alarm jam berbunyi. Donghae mendengak melihat jam dinding yang menujukkan pukul 13.30.

“Pengacara park, sebaiknya kita sudahi dulu, kita lanjutkan nanti” ucap Donghae sambil membereskan berkas-berkas yang berkeliaran diatas meja.

“Nde…”

“Oh ya, apak…”

“Clekk..” suara pintu terdengar…

“Sungmin hyung?” gumam Donghae saat melihat seorang namja yang sedang menenteng map biru berjalan kearahnya.

“Aniyong haseyo, Donghae-ssi..” sapanya.

Donghae menyipitkan matanya, kenapa tiba-tiba..”Hyung?”

“Mianhamnida aku mengganggu, Donghae-ssi.. Tenang aku bukan ingin melakukan hal aneh, aku hanya ingin mengantarkan sebuah berkas yang harus ditandatangani,” tampiknya.

“Hanya itu?” selidik Donghae.

“Tenanglah dongsaengku tersayang ! aku sekarang mulai bekerja disini, kenapa kaget?”

“Aniyo..” bantahnya.

“Ya sudah, selamat siang” katanya lalu melesat keluar dari ruangan dingin itu.

Donghae menunduk menatap sendu meja kerjanya, “Apalagi yang kau rencanakan hyung?”

“Aku permisi dulu..” pamit pengacara park yang sedari tadi sibuk menatap wajah client-nya.

“Baiklah selamat siang” ucap Donghae.

“Ne..” jawabnya kemudian keluar dari ruangan itu.

Tuhan ! Dirinya bisa gila jika terus seperti ini. Sikap Appanya yang selalu mementingkan sebuah acara balas dendam sudah cukup membuat kepala namja itu nyaris meledak . Kini hyung-nya juga melakukan hal yang sama.  Sikap Sungmin yang tiba-tiba berubah malah membuatnya semakin bingung.

Baiklah, Yoona adalah alasan bagi Donghae untuk bertahan. Sekaligus alasan bagi namja itu untuk menentang balas dendam appanya. Jauh dari bayangannya, jika Yoona menghilang, Antara menjadi seseorang bertampang bodoh atau menghilang dari dunia ini. Yoona adalah alasan untuk bertahan ditengah dendam appanya yang semakin membabi buta.

Selama ini sosok Yoona selalu berterbangan dikepalanya. Namja itu mengingat jika pagi tadi Yeoja itu sepertinya agak kecewa. Mungkin sedikit meluangkan waktu bisa menghibur suasana hatinya.

“Yoboseyo” sapa Donghae ditelepon. Mendengar suasana berisik diseberang sana membuat namja itu harus menajamkan telinganya.

“Yoboseyo..” sahutnya.  Kali ini suara diseberang sana semakin jelas.

“Yoona-ah kau dimana? Kenapa berisik sekali ?”

“Aku sedang berada di taman kanak-kanak !”

Donghae mengangkat alis, “Taman kanak-kanak? Baiklah, apa aku boleh kesana…”

“Terserahmu…”

“Ya sudah, kirimkan saja alamatnya…”

“Nde, ne… bye…” katanya lalu menutup sambungan telepon mereka.

……………………………

Suasana gaduh membuat keringat Yoona mengucur dua kali lipat bahkan lebih. Mengajar anak TK menari ternyata berlipat-lipat lebih melelahkan. Bagaimana tidak, sejak tadi Yeoja itu harus mengajarkan gerakan sambil berteriak menyahuti anak-anak yang menjahili temannya, atau menenangkan seorang anak yang menangis karena belum bisa mempraktekkan tarian yang diajarkan. Belum lagi jikalau anak itu mengompol dan lain sebagainya. Kesabaran yeoja itu benar-benar diuji.

Yoona mendudukkan tubuh lelahnya disudut tembok. Sejenak ia menyeka keringatnya sambil menghela nafas. Nafas yang terasa pengap ditengah ruangan yang panas dan berisik. Atau bisa dikatakan, ruangan yang penuh dengan tawa dan tangis anak-anak Tk.

Sekilas Yoona melirik jam dinding. Sudah siang. Ah, yeoja itu mengingat jika ia belum mengirimkan alamat taman kanak-kanak ini pada Donghae. Segera diketiknya sebuah pesan pada handphone yang Ia genggam. Terkirim. Yeoja itu tersenyum lega. Sebentar lagi kelas menari akan berakhir. Anak-anak itu akan kembali ke alamnya masing-masing.

Terlihat para orang tua atau wali mulai berdatangan. Itu berarti anak-anak itu sudah mendapat jemputan. Bagusalah. Yoona bangkit dari posisinya. Yeoja itu hendak menyapa para orang tua atau wali yang datang. Namun sesuatu menggantung langkahnya.

“Apa??” Mata Yoona membulat selebar-lebarnya. Yeoja itu melihat seorang ahjumma, seingatnya bernama Nyonya Han datang menjemput salah satu murid. Tapi bukan itu masalahnya ! Dibelakang nyonya Han mengekor nyonya Lee yang tak lain dan tak bukan adalah Umma mertuanya. Gawat !

Yoona buru buru mengecek pesan pada layar handphonenya, “Sudah terkirim? Tidak ! mungkin Donghae sudah menuju kemari ! aduh bagaimana ini?” Yoona panik sendiri.

Nyonya Han tampak terkejut saat menyadari kehadiran Yoona. Terlihat yeoja paruh baya yang tengah mengenakan sanggul sambil menenteng tas ditangannya itu mulai mendekat. Bukan hanya Nyonya Han tetapi juga Nyonya Lee. Umma mertuanya itu lebih terkejut. Ia lalu menatap tajam kearahnya. Melihat tatapan itu membuat bulu kuduk Yoona menancap keatas. Wajah mertuanya bahkan lebih menyeramkan dari hantu di film horror.

Yoona menengguk ludahnya, “Anyong haseyo” sapa yeoja itu berusaha bersikap tenang.

“Sedang apa disini?” tanya Nyonya Lee tanpa basa basi.

“Emm aku..”

“Kau mengajar menari disini? Wah.. bagus sekali..” puji Nyonya Han tiba–tiba. Ia lalu menatap Yoona lebih dekat, “Kau pasti lelah, sangat sulit mengajar menari anak Tk bukan?”

“Nde..” jawab Yoona sambil tersenyum.

Drt..drt..drt… Yoona merasa handphonenya bergetar. Diliriknya layar itu sekilas. Donghae menelpon. Ini bahaya ! mungkin namja itu sudah sampai. Bahkan sudah ada diluar. Tuhan ! bagaimana ini?

“Kanapa kau gelisah sekali?” timpal nyonya Lee.

“Nde?”

“Seseorang menelponmu? Siapa?” lanjutnya.

Dengan nafas tercekat Yoona buru-buru membantah, “Aniyo… bukan.. maksudku tidak..”

Nyonya Lee mengangkat alis. Menantunya itu gelagapan sendiri. Sungguh aneh !

“Ah, ahjumma kesini menjemput cucu? Siapa namanya?” Tanya Yoona berusaha mengalihkan perhatian.

Nyona Han tersenyum, “Oh iya tentu saja ! cucuku namanya Han Hyo Joo”

Yoona mengangguk, “Oh, Hyo Joo” Kemudian melihat disekelilingnya, “Itu disana..”ucapnya menunjuk kearah dekat jendela.

Nyonya Han melihat mengikuti arah jari telunjuk Yoona, “Oh iya.. Aku kesana dulu” lalu berkata, “Yoona-ssi kau juga harus bisa memberikan cucu pada Ummamu..” ucapnya membuat nyonya Lee menatap dongkol kearah menantunya.

“Nde..” jawab Yoona..

“Cepatlah.. Jangan lama-lama, segera punya anak” ucap nyonya Han kemudian beranjak pergi.

Yoona menahan nafas. Semenjak kepergian nyonya Lee suasana diantara Yeoja itu dan umma mertuanya semakin memanas. Mungkin setelah ini akan ada api yang berkobar ditengah mereka.

Nyonya Lee berdehem, “Cepat katakan kenapa kau disini? Ah aku tahu, kau bekerja karena sebentar lagi rumahmu akan disita, iya kan?”

“Apa.. Itu..” Ucapan Yoona menggantung ketika menangkap sosok Donghae. Namja itu sedang menoleh kekanan dan kekiri. Pabo-ya. Dia sedang mabuk atau apa? Apakah matanya itu buta saat menagkap kehadiran ummanya?

Bertambah sudah. Yoona semakin panik ketika melihat Donghae mulai menyadari posisi perpijakannya. Gawat, gawat ! Yeoja itu memejamkan matanya erat. Perang dunia akan dimulai sebentar lagi.

Yoona melihat sempit diantara matanya yang terpejam. Terlihat nyonya Lee berbalik badan.

“Donghae-ssi sedang apa disini?” Terdengar suara mertuanya.

Donghae memberhentikan langkahnya. Namja itu mematung saat mendapati ummanya kini sedang menatap dengan tatapan yang sulit diartikan. Oh my God !

…………………..To be continued………………………

Makasih udah baca !!!

Jangan lupa RCL yaww :-)

Dadahhhh…

Penulis:

nyanya nyinyi nyonyo :p

43 tanggapan untuk “SuGen FF YoonHae – Why I Hate You (Part 5)

  1. wahhh…nasha daebak banget cerita lo…
    Awal baca ni FF..gue sempet mikir ceritanya bakalan cengeng alias melow..ternyata penuh dengan ketegangan..kekekkek
    ya ampuun gue sempet tegang lohh…kirain yoona bakal melepas donghae ternyata gak..kkekekekekk..

    ohh, donghae oppa pengen memperbaiki keaadaan ??? kayaknya langkah yg diambil penuh resiko nih…ckckkck

    Ayo Yoonhae bikin cucu secepatnya…hehehe

    Aduhh udh g sabar nih pengen tau kelanjutannya…
    Jangan bikin gue galau yah sha…Awas lo…#ngancem

    maaf baru komen nih…:0

  2. annyong…
    wahh di part ini banyak konflik kayaknya…
    yoonhae momentnya sering kepotong oleh para pengganggu, yg pertama ahjumma min, ehh pas ada lg, pengacara nelpon ckckck..

    Unn please banget part selanjutnya Yoonhae bikin romantis dong…hehehe tapi konfliknya di panasin lagi yah #emang kompor…

    aduhh pas lagi seru-seru bersambung lagi..hufft, aku kan pengen liat adegan donghae vs mami lee…:(

    di post GPL yah thor….
    gomawo udh nulis cerita yg DAEBAK ini…
    99 jempol deh buat author…

  3. Suka bgt ma kalmat “aku harus memilih apa yang seharusnya kupilih dan menyingkirkan apa yang kuragukan”

    Donghaenya nekat…ayo haeppa singkirkan appamu…#waduh…g maksutnya singkirkan balas dendam appamu…#maap maap yahh

    njuttt

  4. keren ><
    errr….aku jadi pengen tau,ngapa yoona nerima cinta donghae…padahalkan kelurga haeppa udh jahatin keluarga yoona unni ?? adakah alasan ?? masa iya Yooong g curiga ama haeppa ??

    uhh penasaran..di tunggu.ok

  5. Ommo makin seru aja chingu… Kapan yah hubungan ummanya donghae sama yoong unnie itu jadi baik? Aq pengen ngeliat umma donghae itu sayang sama yoong unnie…

    Aduh galau gimana reaksi donghae sama umma donghae.. Jebal, part selanjutny jangan lama2 yah chingu.. Fighting..^.^

    YoonHae jjang…^.^

  6. donghae egois..kenapa dia tetep pengen bersatu padahal kan dia juga tau keluarga yoona akan semakin menderita. Yoona unni uga sih egois juga..kan udh tau keluarganya bakalan menderita.
    Cinta emang egois #reader lg galau
    saya g nyangka ceritanya bakal kaya gini…

    ya udh jangan buat saya makin penasaran..lanjut thor..ok

    1. DDemi apa? Critanya kyk romeo juliet? Aku kok ga ngerasa… apa aku yg ga nyadar ya? #plakkk..
      Nga papa, anggep aja romeo juliet yoonhae version.. Kekeke..
      Gomwo udah bc n coment 🙂

  7. Authoorrr daeeebbaaakkk ,,, seru banget cerita’y ,, part 6’y cepetan d’post yah saya udah gatel pengen baca lagi sekalian pengen ikut nimbrung bantu YoonHae nyelesein konflik’y ,, #nahloh
    oke thor jangan lama” yah lanjutan’y ,, coming soon ne 🙂

Tinggalkan Balasan ke pyrotechnicsloveyh Batalkan balasan